SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING POLICIES continued

PT BANK ARTHA GRAHA INTERNASIONAL Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Tanggal 31 Desember 2014 dan Untuk Tahun yang Berakhir pada Tanggal Tersebut Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain PT BANK ARTHA GRAHA INTERNASIONAL Tbk NOTES TO THE FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2014 and For The Year Then Ended Expressed in millions of Rupiah, unless otherwise stated 54

3. PENGGUNAAN PERTIMBANGAN, ESTIMASI DAN ASUMSI

SIGNIFIKAN OLEH MANAJEMEN lanjutan

3. USE

OF SIGNIFICANT JUDGMENTS, ESTIMATES AND ASSUMPTIONS BY MANAGEMENT continued Pertimbangan lanjutan Judgments continued Klasifikasi aset dan liabilitas keuangan Classification of the financial assets and liabilities Bank menetapkan klasifikasi atas aset dan liabilitas tertentu sebagai aset keuangan dan liabilitas keuangan dengan mempertimbangkan bila definisi yang ditetapkan PSAK 55 Revisi 2011 dipenuhi. Dengan demikian, aset keuangan dan liabilitas keuangan diakui sesuai dengan kebijakan akuntansi seperti yang diungkapkan pada Catatan 2c. The Bank determines the classification of certain assets and liabilities as financial assets and financial liabilities by judging if they meet the definition set forth in PSAK 55 Revised 2011. Accordingly, the financial assets and financial liabilities are accounted for in accordance with the accounting policies disclosed in Note 2c. Penentuan mata uang fungsional Determination of functional currency Mata uang fungsional dari Bank adalah mata uang dari lingkungan ekonomi primer dimana entitas beroperasi. Mata uang tersebut adalah mata uang yang mempengaruhi pendapatan dan beban dari jasa yang diberikan. Berdasarkan substansi ekonomi dari kondisi mendasari yang relevan, mata uang fungsional dan penyajian Bank adalah Rupiah. The functional currency of the Bank is the currency of the primary economic environment in which each entity operates. It is the currency that mainly influences the revenue and cost of rendering services. Based on the economic substance of the relevant underlying circumstances, the functional and presentation currency of the Bank is the Indonesian Rupiah. Nilai wajar atas instrumen keuangan Fair value of financial instruments Bila nilai wajar aset keuangan dan liabilitas keuangan yang tercatat pada laporan posisi keuangan tidak tersedia di pasar aktif, nilainya ditentukan dengan menggunakan berbagai teknik penilaian termasuk penggunaan model matematika. Masukan input untuk model ini berasal dari data pasar yang bisa diamati sepanjang data tersebut tersedia. Bila data pasar yang bisa diamati tersebut tidak tersedia, pertimbangan manajemen diperlukan untuk menentukan nilai wajar. Pertimbangan manajemen tersebut mencakup pertimbangan likuiditas dan masukan model seperti volatilitas untuk transaksi derivatif yang berjangka waktu panjang dan tingkat diskonto, tingkat pelunasan dipercepat dan asumsi tingkat gagal bayar. When the fair values of financial assets and financial liabilities recorded in the statement of financial position cannot be derived from active markets, they are determined using a variety of valuation techniques that include the use of mathematical models. The inputs to these models are derived from observable market data where possible, but when observable market data are not available, management‟s judgment is required to establish fair values. The management‟s judgments include considerations of liquidity and model inputs such as volatility for long-term derivatives and discount rates, early payment rates and default rate assumptions. Bank menampilkan nilai wajar atas instrumen keuangan berdasarkan hirarki nilai wajar sebagai berikut: The Bank presents the fair value of financial instruments based on the following fair value hierarchy:  Tingkat 1: Harga kuotasi tidak disesuaikan dalam pasar aktif untuk aset atau liabilitas yang identik;  Level 1: Quoted prices unadjusted in active markets for identical assets or liabilities;  Tingkat 2: Teknik penilaian yang menggunakan input selain harga kuotasi yang termasuk di dalam tingkat 1 yang dapat diobservasi untuk aset atau liabilitas, baik langsung misalnya, harga maupun tidak langsung misalnya, turunan dari harga; dan  Level 2: Valuation techniques using inputs other than quoted prices included within level 1 that are observable for the asset or liability, either directly i.e. as prices or indirectly i.e. derived from prices; and  Tingkat 3: Teknik penilaian yang menggunakan input untuk aset dan liabilitas yang tidak didasarkan pada data pasar yang dapat diobservasi input yang tidak dapat diobservasi.  Level 3: Valuation techniques using inputs for the asset or liability that are not based on observable market data unobservable inputs. PT BANK ARTHA GRAHA INTERNASIONAL Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Tanggal 31 Desember 2014 dan Untuk Tahun yang Berakhir pada Tanggal Tersebut Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain PT BANK ARTHA GRAHA INTERNASIONAL Tbk NOTES TO THE FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2014 and For The Year Then Ended Expressed in millions of Rupiah, unless otherwise stated 55

3. PENGGUNAAN

PERTIMBANGAN, ESTIMASI DAN ASUMSI SIGNIFIKAN OLEH MANAJEMEN lanjutan

3. USE OF

SIGNIFICANT JUDGMENTS, ESTIMATES AND ASSUMPTIONS BY MANAGEMENT continued Pertimbangan lanjutan Judgments continued Penurunan nilai kredit yang diberikan Impairment losses on loans Bank menelaah kredit yang diberikan yang signifikan secara individual pada setiap tanggal laporan posisi keuangan untuk menilai apakah penurunan nilai harus dicatat dalam laporan laba rugi komprehensif. Secara khusus, pertimbangan manajemen diperlukan dalam estimasi jumlah dan waktu arus kas di masa mendatang ketika menentukan kerugian penurunan nilai. Dalam estimasi arus kas tersebut, Bank melakukan penilaian atas kondisi keuangan peminjam dan nilai realisasi neto agunan. Estimasi tersebut didasarkan pada asumsi dari sejumlah faktor dan hasil akhirnya mungkin berbeda, yang mengakibatkan perubahan di masa mendatang atas cadangan penurunan nilai. The Bank reviews its individual significant loans at each statement of financial position date to assess whether an impairment loss should be recorded in the statement of comprehensive income. In particular, judgment by the management is required to estimate the amount and timing of future cash flows when determining impairment losses. In estimating these cash flows, the Bank makes judgments about the borro wer‟s financial condition and the net realizable value of collateral. These estimates are based on assumptions from a number of factors and the actual results may differ, which may result the future changes in the impairment allowance amount. Penurunan nilai aset keuangan tersedia untuk dijual dan dimiliki hingga jatuh tempo Impairment of available-for-sale and held-to- maturity financial assets Bank mengevaluasi efek utang yang diklasifikasikan sebagai tersedia untuk dijual dan dimiliki hingga jatuh tempo pada setiap tanggal laporan posisi keuangan untuk menilai apakah telah terjadi penurunan nilai. Penilaian tersebut memerlukan pertimbangan yang sama seperti yang diterapkan pada penilaian secara individual atas kredit yang diberikan. The Bank reviews its debt securities classified as available-for-sale and held-to-maturity at each statement of financial position date to assess whether they are impaired. This requires similar judgment as applied to the individual assessment of loans. Sewa Leases Bank memiliki perjanjian sewa dimana Bank sebagai Lessee sehubungan dengan sewa gedung. Bank mengevaluasi apakah risiko dan manfaat signifikan atas kepemilikan aset sewaan ditransfer berdasarkan PSAK 30 Revisi 2011, “Sewa”, yang mengharuskan Bank untuk membuat pertimbangan dan estimasi atas transfer risiko dan manfaat terkait dengan kepemilikan aset. The Bank has leases whereas the Bank acts as lessee in respect of office rental. The Bank evaluates whether significant risks and rewards or ownership of the leased assets are transferred based on PSAK 30 Revised 2011, “Leases”, which requires the Bank to make judgments and estimates of the transfer of risks and rewards related to the ownership of asset. Berdasarkan penelaahan yang dilakukan Bank atas perjanjian sewa gedung, transaksi sewa tersebut diklasifikasikan sebagai sewa operasi. Based on the review performed by the Bank for office rental agreement, the rent transactions were classified as operating lease.