pembelajaran Kurikulum 2013 yang telah dikembangkan berdasarkan karakteristik tersebut memperoleh skor rerata yang baik dari para validator. Rekap
hasil validasi dari ketiga ahli adalah sebagai berikut. Dosen PGSD USD
: 4,3 Kepala Sekolah SD
: 4,93 Guru Kelas II SD
: 4,92 Dari hasil tersebut didapatkan skor rerata yaitu 4,71 dengan kategori
“Sangat Baik”. Skor tersebut menunjukkan bahwa prototipe perangkat pembelajaran Kurikulum 2013 memiliki kualitas yang bagus karena pertama,
memuat deskriptor untuk menilai KI 1, KI 2, KI 4 serta kelengkapan perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus dan jaring-jaring tema. Kedua, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran memuat kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model discovery learning. Kemudian peneliti melakukan revisi sesuai saran dan
masukan dari ahli. Setelah peneliti melakukan ujicoba di SD Negeri Plaosan 1, guru menjadi terbantu. Berdasarkan hasil validasi produk, guru merasa terbantu
dalam hal: 1.
Melakukan penilaian sikap spiritual KI 1 dan sikap sosial KI 2, dan keterampilan KI 4.
2. Membuat perangkat pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
saintifik dengan model pembelajaran discovery learning. Prototipe perangkat pembelajaran yang dikembangkan oleh peneliti dapat
membantu mengatasi permasalahan guru karena memiliki kekhasan sebagai berikut:
a. Prototipe Perangkat Pembelajaran Kurikulum 2013 yang
Dikembangkan Menggunakan Pendekatan Saintifik dan Model Pembelajaran Discovery Learning.
Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar siswa secara aktif mengkontruksi konsep, hukum, atau prinsip melalui
tahapan-tahapan mengamati untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah, merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan
data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum, atau prinsip yang ditemukan Hosnan, 2014:
34. Kelima langkah pendekatan saintifik tersebut digunakan dalam melaksanakan pembelajaran yang dimuat dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP.
Langkah tersebut dapat dimanfaatkan guru untuk merancang proses pembelajaran agar siswa lebih aktif mengkonstruksi pengetahuan mereka melalui kegiatan
mengamati, menanya,
mengumpulkan informasimelakukan
percobaan, mengasosiasikanmengolah informasi, dan mengkomunikasikan hasil konsep,
hukum, atau prinsip yang mereka temukan. Contoh kegiatan pembelajaran saintifik pada pembelajaran yang kelima
yaitu tentang menulis cerita narasi dan membuat jadwal harian. Siswa diarahkan untuk menceritakan kegiatan yang pernah dilakukan dalam menjaga lingkungan
seperti yang dilakukan Dayu, hal ini adalah proses mengamati gambar. Dalam kegiatan menceritakan, siswa dibimbing agar menggunakan bahasa yang santun,
hal ini termasuk ke dalam proses mencoba. Siswa mendengarkan penjelasan dari guru mengenai langkah-langkah berdasarkan kagiatan yang dilakukan. Siswa yang
lain menanggapi cerita teman yang tampil dengan bahasa yang santun, hal ini termasuk ke dalam proses menanya dan mengkomunikasikan. Masing-masing
siswa menulis cerita narasi secara urut sesuai cerita yang disampaikan sebelumnya, hal ini termasuk ke dalam proses menalar. Dalam menulis perlu
bimbingan agar siswa dapat menulis dengan ejaan yang tepat. Siswa diarahkan mengembangkan langkah-langkah yang telah ditulis ke dalam jadwal harian
masing-masing, hal ini masuk ke dalam proses mencoba. Kemudian siswa menyampaikan jadwal harian yang telah dibuat, hal ini masuk ke dalam proses
mengkomunikasikan. Berikut adalah gambar kegiatan tersebut.
Gambar 4.1 Siswa Menulis Cerita Narasi dan Membuat Jadwal Harian
Berdasarkan hasil kuesioner validasi produk kepada guru kelas II SD, prototipe perangkat pembelajaran Kurikulum 2013 yang dibuat sangat membantu
guru karena ada pendekatan saintifik yang dijadikan petunjuk untuk menyampaikan materi pembelajaran. Pendekatan saintifik yang memuat 5M
Mengamati, Menanya,
Menalar, Mencoba,
dan Mengkomunikasikan
ditampilkan sangat detail pada kegiatan pembelajaran. Kegiatan 5M yang dituliskan dalam prototipe perangkat pembelajaran dan dilaksanakan secara runtut
dapat membantu guru dalam melihat bagaimana perkembangan siswa sesuai dengan umur mereka. Namun, tidak semua langkah dalam kegiatan pembelajaran
saintifik dapat berjalan dengan lancar dan sistematis. Pada kenyataannya sebagian siswa tidak melakukan proses menanya setelah tahap mengamati namun justru
melakukan proses tersebut ketika mereka mengalami kebingungan dalam tahap menalar.
Model pembelajaran discovery learning adalah model pembelajaran yang termasuk dalam pendekatan saintifik. Pengertian discovery learning menurut
Jerome Bruner adalah metode belajar yang mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan dan menarik kesimpulan dari prinsip-prinsip umum praktis contoh
pengalaman Bruner dalam Hosnan, 2014: 281. Melalui langkah-langkah penerapan discovery learning, pembelajaran yang dilaksanakan dapat
mengembangkan potensi dan kemampuan yang dimiliki oleh siswa. Langkah- langkah penerapan discovery learning antara lain:
a. Stimulus pemberian perangsangstimuli
b. Problem statement pernyataanidentifikasi masalah
c. Data collection pengumpulan data
d. Data processing pengolahan data
e. Verification pembuktian
f. Generalization menarik kesimpulangeneralisasi Syah dalam
Kemendikbud, 2004: 244. Model pembelajaran discovery learning dapat diartikan sebagai cara belajar
siswa dalam memperoleh pengetahuan secara mandiri yang penemuannya didasarkan pada konsep awal yang siswa ketahui dengan bantuan ide dan
kreativitas siswa. Pada model pembelajaran ini guru masih diperkenankan untuk membantu siswa yang mungkin kesulitan untuk menemukan konsep dengan
berperan sebagai pembimbing dan petunjuk jalan dalam proses siswa dalam memperoleh pengetahuan. Model ini digunakan dalam penelitian karena diyakini
model pembelajaran discovery learning dapat membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses
kognitif karena pengetahuan yang diperoleh melalui model ini sangat pribadi dan ampuh dalam menguatkan pengertian ingatan serta trasfer pengetahuan.
Seperti pada contoh pelaksanaan pembelajaran yang keempat dengan melakukan gerakan bermain menirukan gerakan anggota tubuh. Siswa diajak
bermain tentang berjalan cepat ke depan dan ke belakang yang termasuk ke dalam tahap identifikasi masalah. Siswa memperhatikan cara melakukan permainan yang
termasuk ke dalam tahap pengumpulan data. Melatih siswa menirukan gerakan bermain melalui gerak anggota tubuh dengan menggunakan tempo sedang yang
termasuk ke dalam tahap pengolahan data. Sebelum melakukan permainan siswa diajak untuk mengamati gambar tentang bermain lampu lalu lintas yang termasuk
ke dalam tahap pemberi perangsangstimuli. Siswa dibimbing untuk membaca langkah-langkah bermain lampu lalu lintas. Siswa bermain sesuai dengan
langkah-langkah yang diberikan termasuk ke dalam langkah pembuktian. Berikut merupakan gambar kegiatan tersebut.
Gambar 4.2 Siswa Bermain Menirukan Gerakan Anggota Tubuh
Dari data yang didapatkan, siswa berpikir mengenai berjalan cepat ke depan dan ke belakang dengan bermain lampu lalu lintas. Dari hasil pemikiran tersebut
sebagian besar siswa dapat menemukan konsep jika lampu merah berarti berhenti, jika lampu kuning berarti berjalan pelan-pelan, dan jika lampu hijau berarti
berjalan terus. Hal ini melatih siswa berjalan dengan menggunakan tempo yang sedang dan cepat. Berdasarkan kuesioner validasi produk yang dilakukan, peneliti
mendapatkan data bahwa guru merasa terbantu dalam hal penggunaan metode pembelajaran saintifik dan model pembelajaran discovery learning. Guru
menyatakan bahwa beliau merasa lebih mudah karena ada metode yang dijadikan petunjuk untuk menyampaikan materi pembelajaran. Model pembelajaran
discovery learning dalam pendekatan saintifik dinilai guru sangat cocok diterapkan pada kelas II namun dalam pelaksanaannya guru masih harus tetap
membimbing dan mengarahkan siswa dalam proses pembelajaran.
b. Prototipe Perangkat Pembelajaran Memuat Deskriptor-Deskriptor