Sekolah Dasar mampu berfikir, belajar, mengingat, dan berkomunikasi karena proses kognitifnya tidak lagi egosentris dan lebih logis.
Siswa dapat berpikir secara logis dan memahami hubungan sebab akibat dengan mengobservasi, menjawab pertanyaan, dan memberikan alasan logis atas
jawaban mereka, namun harus dikaitkan dengan contoh konkret. Apabila tidak dikaitkan dengan contoh konkret siswa belum dapat melakukan penalaran
hipotetik atau abstrak Upton, 2012. Siswa dengan usia delapan sampai dua belas tahun memasuki tahap analisis. Dalam masa ini siswa telah mampu membeda-
bedakan sifat dalam mengenal bilangan-bilangan. Fantasi siswa mulai berkurang dan digantikan dengan pengamatan yang
nyata. Siswa mulai menganalisis apa yang mereka amati dan dengan berpikiran kritis mereka sedikit demi sedikit mulai mencapai tingkat berpikir abstrak
Ahmadi, 2005. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa siswa kelas II
Sekolah Dasar dengan usia 7 hingga 8 tahun memasuki tahap operasional konkret. Hal ini ditandai oleh kemampuan untuk dapat melakukan pengelompokan
berbagai macam operasional terutama objek yang dimanipulasi. Siswa sudah mampu menghubungkan dimensi yang satu dan yang lainnya, siswa juga mampu
melakukan aktivitas logis dalam situasi yang konkret.
2.1.9 Model Pembelajaran Discovery Learning
Model pembelajaran penemuan atau discovery pertama kali diperkenalkan oleh Plato dalam suatu dialog antara Socrates dengan seorang anak. Discovery
berasal dari kata “discover” berarti menemukan. Discovery merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pandangan konstruktivisme.
Model ini menekankan pentingnya pemahaman struktur atau ide-ide penting terhadap suatu disiplin ilmu, melalui keterlibatan siswa secara aktif dalam proses
pembelajaran. Pengertian discovery learning menurut Jerome Bruner adalah metode belajar yang mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan dan menarik
kesimpulan dari pinsip-prinsip umum praktis contoh pengalaman Bruner dalam
Hosnan, 2014: 281. Hal yang menjadi dasar ide Bruner ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa siswa harus berperan secara aktif dalam belajar di kelas.
Oleh karena itu, Bruner memakai cara yang disebut dengan discovery learning, yaitu siswa mengorganisasikan bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir.
Model discovery learning didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi
diharapkan mengorganisasi sendiri. Sebagaimana pendapat Bruner, bahwa: “Discover learning can be defined as the learning that takes place when the
student is not presented with subject matterm the final fotm, but rather is required to organize it him self
” dari pendapat tersebut dapat diartikan bahwa model pembelajaran discovery learning dapat didefinisikan sebagai pembelajaran yang
terjadi ketika siswa tidak disajikan dengan subjek materi bentuk akhir dan instan, melainkan memerlukan siswa sendiri dalam mengatur subjek materi dan
menemukan pengetahuan mereka Bruner dalam Kemendikbud, 2014. Dalam proses belajar Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap siswa, dan
mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan.
Lingkungan diperlukan untuk memfasilitasi rasa ingin tahu siswa pada tahap eksplorasi sebagai penunjang proses belajar. Discovery adalah cara mengajar yang
mengatur pengajaran sehingga siswa memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum ia ketahui. Di dalam penerapannya, kegiatan atau pembelajaran dirancang
sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip- prinsip melaui proses mentalnya sendiri Hamiyah, 2014. Dalam discovery
learning, guru menyediakan data dan siswa diberi pertanyaan atau masalah untuk membantu mereka mencari jawaban, kesimpulan, generalisasi, dan solusi. Dalam
discovery learning guru masih diperkenankan membantu mengarahkan proses pembentukan konsep pada siswa seandainya dibutuhkan.
1. Ciri-ciri dan karakteristik pembelajaran
Model pembelajaran discovery learning mempunyai tiga ciri utama yaitu: a.
Mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan, dan menggeneralisasikan pengetahuan.
b. Berpusat pada siswa.
c. Kegiatan menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang
sudah ada. 2.
Tahap dan langkah-langkah pembelajaran Tahap dan langkah-langkah penerapan discovery learning adalah sebagai
berikut: a.
Stimulus pemberian perangsangstimuli Pertama-tama pada tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang
menimbulkan tanda tanya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Di samping itu,
guru dapat memulai Kegiatan Belajar Mengajar KBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah
pada persiapan pemecahan masalah. b.
Problem statement pernyataanidentifikasi masalah Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutnya adalah guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda- agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya
dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis jawaban sementara atas pertanyaan masalah Syah dalam Kemendikbud 2004: 244. Permasalahan yang
dipilih itu selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, atau hipotesis, yakni pernyataan sebagai jawaban sementara atas pertanyaan yang diajukan.
c. Data colection pengumpulan data
Ketika eksplorasi berlangsung, guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis Syah dalam Kemendikbud, 2004: 244. Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan
benar atau tidaknya hipotesis. Dengan demikian siswa diberi kesempatan untuk mengumpulkan
collection berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan narasumber, melakukan uji coba sendiri, dan
sebagainya. Konsekuensi dari tahap ini adalah siswa belajar secara aktif untuk menemukan sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi,
dengan demikian secara tidak disengaja siswa menghubungkan masalah dengan pengetahuan yang telah dimiliki.
d. Data processing pengolahan data
Semua informasi hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung
dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu. Data processing disebut juga dengan pengkodeankategorisasi yang berfungsi sebagai
pembentukan konsep dan generalisasi. Dari generalisasi tersebut siswa akan mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif jawabanpenyelesaian yang
perlu mendapat pembuktian secara logis. e.
Verification pembuktian Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang diterapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing Syah dalam Kemendikbud,
2004: 244. Verification menurut Bruner dalam Kemendikbud 2014, bertujuan agar proses belajar berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang dijumpai dalam kehidupannya.
Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah
terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak. f.
Generalization menarik kesimpulangeneralisasi Syah dalam Kemendikbud, 2004: 244
Tahap generalisasimenarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian
atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi Syah, dalam Kemendikbud 2004: 244. Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-
prinsip yang mendasari generalisasi. Setelah menarik kesimpulan siswa harus memperhatikan proses generalisasi yang menekankan pentingnya penguasaan
pelajaran atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnya proses pengaturan dan generalisasi dari
pengalaman-pengalaman itu. 3.
Kelebihan model discovery learning Kelebihan model discovery learning adalah sebagai berikut Kemendikbud,
2014: 32: a.
Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan- keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha discovery learning
merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya.
b. Pengetahuan yang diperoleh melalui model ini sangat pribadi dan
ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan, dan transfer. c.
Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil.
d. Model ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai
dengan kecepatannya sendiri. e.
Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.
f. Membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh
kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya. g.
Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan guru pun dapat bertindak sebagai siswa, dan
sebagai peneliti di dalam situasi diskusi. h.
Membantu siswa menghilangkan skeptisme keragu-raguan karena mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.
i. Siswa akan mengerti konsep dasar ide-ide lebih baik.
j. Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi
proses belajar yang baru.
k. Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri.
l. Mendorong siswa berpikir intuisi dan merumuskan hiptesis sendiri.
m. Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik.
n. Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.
o. Proses belajar meliputi semua aspeknya siswa menuju pada
pembentukan manusia seutuhnya. p.
Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa. q.
Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar.
r. Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas pembelajaran dengan model discovery learning dapat diartikan sebagai cara belajar di mana siswa memperoleh
pengetahuannya secara mandiri. Guru masih diperkenankan untuk membantu siswa yang mungkin kesulitan untuk menemukan konsep dengan berperan sebagai
pembimbing dan
petunjuk jalan
saat siswa
berproses memperoleh
pengetahuannya, discovery learning dilaksanakan dengan beberapa tahap yaitu pemberian rangsangan, pernyataanidentifikasi masalah, pengumpulan data,
pengolahan data, pembuktian, dan penarikan kesimpulan. Konsep pengetahuan awal siswa sangat diperlukan untuk mengkonstruksi pengetahuan. Konsep awal
yang dipadukan dengan ide dan kreativitas siswa akan menghasilkan pengetahuan yang baru.
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian relevan yang digunakan oleh peneliti adalah dari bentuk pengembangan produk yang dibuat. Kedua penelitian di bawah ini menunjukkan
adanya produk berupa perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran ini diperuntukkan bagi siswa Sekolah Dasar. Berikut adalah beberapa penelitian yang
relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Pertama, penelitian yang relevan oleh Maria Imakulata Wea Mogi 2014
dengan judul penelitian “Pengembangan Bahan Ajar mengacu Kurikulum 2013