Pengembangan Media Pembelajaran Matematika Berbasis

Pertanyaan penelitian yang pertama mengenai situasi lapangan berkaitan dengan penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar di kelas. Selama ini, kebanyakan guru menggunakan metode mengajar konvensional yaitu ceramah. Guru menggunakan buku sebagai sumber belajar dan hanya menjelaskan materi di papan tulis. Tentu saja selama ini, siswa yang telah terbiasa dengan metode tersebut tidak terlalu mengalami kesulitan. Masalah muncul ketika materi yang akan disampaikan tidak hanya dapat dijelaskan melalui buku ataupun tulisan di papan tulis. Siswa tidak dengan mudah memamahi materi tertentu tersebut sehingga perlu ada metode khusus yang dilakukan guru untuk mengatasi hal tersebut. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah metode mengajar dengan memanfaatkan media pembelajaran. Hal ini sangat jarang dilakukan oleh guru karena keterbatasan waktu untuk menyelesaikan materi dan juga minimnya pengetahuan guru tentang berbagai model media pembelajaran. Padahal dengan kemajuan teknologi yang ada saat ini, guru dapat dengan mudah membuat media pembelajaran yang membantu menjelskan materi sekaligus memudahkan siswa memahami materi yang diberikan. Manfaat dari penggunaan media pembeljaran ini juga akan berdampak pada minimnya waktu yang diperlukan untuk menyelsaikan materi dan peningkatan pemahaman siswa akan materi yang diberikan sehingga menghasilkan nilai akademik yang memuaskan. Berdasarkan wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti di sekolah tempat penelitian, guru mengungkapkan bahwa metode mengajar konvensional merupakan kebiasaan yang sangat sulit dihilangkan. Sekalipun metode tersebut tetap digunakan tetapi dikombinasikan dengan penggunaan media pembelajaran, hal tersebut justru menimbulkan masalah baru yaitu tentang media pembelajaran tersebut. Guru belum mampu untuk membuat media pembelajarn sendiri termasuk media pembelajaran yang berbasis software tertentu. Hal tersebut karena masih minimnya pelatihan dan sumber referensi bagi guru untuk menghasilkan sebuah media pembelajaran terkhususnya yang berbasis software. Hal lainya adalah siswa sering bosan dengan kondisi kelas dan metode mengajar guru. Matematika sebagai salahsatu pelajaran eksak yang cukup menjadi momok bagi siswa selama ini perlu untuk diubah. Kebosanan dan ketakutan siswa dalam mempelajari matematika dapat diubah dengan menciptakan kondisi pembelajaran yang menyenangkan dan menarik. Hal tersebut dapat diwujudkan dengan menggunakan media pembelajaran dalam proses belajar mereka. Media yang dihasilkan juga harus mampu dipahami oleh siswa sendiri jika tidak ada pendampingan dari guru. Hal ini bertujuan agar siswa dapat mengulang materi yang diberikan dengan mempelajari media yang ada tidak hanya di sekolah tetapi juga di rumah. Pertanyaan penelitian yang kedua mengenai prosedur pembuatan media pembelajaran berbasis Adobe Flash Professional CS5. Peneliti menggunakan prosedur pengembangan produk dari langkah Borg Gall Sukmadinata, 2011: 169 yang dikombinasikan dengan pengembangan milik Sugiyono 2012: 298. Hasil kombinasi dari prosedur milik Borg Gall dan Sugiyono diperoleh 5 tahapan. Tahapan tersebut terdiri dari 1 studi pendahuluan, 2 perancangan media pembelajaran, 3 validasi produk, 4 Instrumenasi uji coba terbatas, dan 5 uji coba terbatas. Peneliti mendapatkan kelas penelitian berdasarakan rekomendasi yang diberikan oleh guru. Sebelum melakukan ujicoba terbatas peneliti melakukan studi pendahuluan untuk menemukan masalah yang muncul dalam proses pembelajaran. Dari hasil wawancara dan observasi, peneliti menyimpulkan bahwa siswa menginginkan metode mengajar yang tidak hanya membantu memahami materi tetapi juga menciptakan suasan pembelajaran yang menyenangkan. Guru juga mengalami keterbatasan waktu dalam menyampaikan materi yang ada dan cukup mengalami kesulitan ketika menjelaskan materi-materi tertentu. Dari wawancara dan obervaisi yang ada, peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian pengembangan terkait dengan penggunaan media pembelajaran di sekolah. Pengembangan media pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti adalah menghasilkan media pembelajaran yang memuat semua konten multimedia yang bermanfaat bagi pembelajaran seperti teks, suara, gambar, video, animasi, dan soal interaktif. Materi yang ada dalam media pembelajaran mengacu pada buku guru, buku siswa dan sumber-sumber lain yang terkait dengan materi yang diajarkan nanntinya. Langkah selanjutnya adalah menyusun storyboard yang akan memudahkan peneliti dalam proses pembuatan media. PEnyusunan storyboard memberikan gambaran awal pada peneliti tentang model media pembelajaran yang dihasilkan. Langkah terakhir adalah menyusun media pembelajaran dengan berpedoman pada storyboard yang ada dan konten-konten terkait materi yang akan dimasukan ke dalam media pembelajaran. Pertanyaan penelitian yang ketiga mengenai kualitas produk media pembelajaran yang dihasilkan. Untuk mengetahui kualitas dari produk media pembelajran yang dihasilkan, peneliti melakukan validasi kepada enam orang ahli atau pakar. Hasil penilaian dari para validator berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Hasil dari data kuantitaif penilaian produk media pembelajaran memperoleh nilai 304 dengan persentase keidealan sebesar 86.36 dan termasuk kategori “Sangat Baik”. sehingga layak untuk diujicobakan. Akan tetapi, peneliti juga mendapatkan kritik dan masukan untuk memperbaiki beberapa hal dalam media pembelajaran dari para validator. Revisi produk yang dihasilkan dilakukan peneliti dengan berpedoman pada saran dan kritik dari validator secara tertulis maupun lisan. Revisi yang dilakukan secara umum adalah mengenai media yang meliputi tata letak, penggunaan warna, ukuran dan fungsi navigasi. Revisi mengenai materi meliputi defenisi, penulisan, simbol dan tanda juga gambar pada media. Sedangkan revisi mengani pembelajaran meliputi pewarnaan animasi, penjelasan tambahan dan fungsi navigasi serta peletakan menu untuk pengguna. Produk media pembelajaran yang dihasilkan terdiri dari : 1 Frame pembuka; 2 Petunjuk; 3 Materi; 4 Latihan Soal dan 5 Evaluasi. Produk media pembelajaran tersebut juga memuat hampir semua konten multimedia seperti teks, gambar, suara, video, animasi dan soal interaktif.

2. Dampak Pengembangan Media Pembelajaran Matematika

Berbasis Adobe Flash Professional CS 5 Rumusan masalah penelitian berikutnya adalah “Bagaimana efektifitas pengembangan media pembelajaran matematika berbasis Adobe Flash Professional CS5 pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar kelas VIII pada uji coba terbatas? ”. Selama proses pelaksanaan penelitian pengembangan media, siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik dan juga memudahkan siswa memahami materi yang dimuat dalam media pembeljaran. Selama proses penelitian pengembangan media terdapat beberapa hambatan tetapi secara umum tidak mengganggu keefektifan penggunaan media tersebut dalam proses pembelajaran. Penjabaran mengenai rumusan masalah ini dapat dilihat pada jawaban atas pertanyaan penelitian yang keempat berikut. Pertanyaan penelitian yang keempat mengenai dampak penggunaan poduk media pembelajaran. Untuk mengetahui mengenai dampak penggunaan produk media pembelajaran, peneliti melakukan uji coba terbatas pada kelas penelitian. Uji coba terbatas dilakukan setelah peneliti melakukan revisi produk sesuai dengan saran dan kritik dari para ahli atau pakar. Uji coba dilakukan pada 32 orang siswa kelas VIII di sekolah penelitian. Penggunaan media pembelajaran dalam proses belajara dan mengajar di kelas memberikan dampak tidak hanya bagi siswa tetapi juga bagi guru. Dampak bagi siswa adalah ketertarikan dan antusiasme siswa saat pembelajaran berlangsung. Siswa secara aktif mengikuti pembelajaran dan mengerjakan semua latihan soal dengan semangat. Selain itu selama proses pembelajaran siswa juga aktif bertanya. Kondisi kelas cukup kondusif dan siswa mengikuti pembelajaran dengan baik. Hasil pengerjaan siswa secara keseluruhan sudah cukup baik. Setelah siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran selama enam kali pertemuan, siswa mengerjakan soal postest. Instrumen soal yang digunakan untuk postest sama dengan soal untuk pretest. Siswa diberi kesempatan untuk mengerjakan soal tersebut selama 45 menit. Siswa mengerjakan dengan sungguh-sungguh ketika diberi waktu untuk mengerjakan. Peneliti mengawasi proses pengerjaan soal agar tidak ada