21
Alam IPA atau science menurut Powler dalam Samatowa, 2011: 3 adalah ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis dan
tersusun secara teratur, berlaku umum, dan berupa kumpulan dari hasil eksperimen atau observasi secara sistematis. Berlaku umum artinya berlaku untuk
semua orang dan akan memperoleh hasil yang sama dan konsisten jika diterapkan pada semua orang. Sistematis artinya tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri
sendiri, saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga menjadi satu kesatuan. Carin dalam Amien, 1987: 4 menyatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan
pengetahuan yang tersusun secara sistematik, yang di dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Sementara itu Fisher dalam
Amien, 1987: 4 menjelaskan bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan metode-metode yang berdasarkan observasi.
Berdasarkan teori-teori tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa IPA adalah ilmu pengetahuan yang tersusun secara sistematik untuk mempelajari suatu gejala alam
berupa benda atau makhluk hidup berdasarkan hasil observasi.
2.1.1.8 Materi Pernapasan Pada Manusia 1.
Pengertian Bernapas
Bernapas adalah kegiatan menghirup udara dan mengeluarkan udara. Udara mengandung berbagai komponen gas, salah satunya adalah oksigen O2.
Oksigen inilah yang diperlukan oleh tubuh. Oksigen masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan. Selanjutnya, pernapasan menghasilkan karbondioksida
CO2 yang dikeluarkan dari dalam tubuh. Bernapas menggunakan alat-alat pernapasan Azmiyawati, dkk, 2008: 2.
2. Organ atau alat pernapasan manusia
Alat pernapasan manusia terdiri atas hidung, tenggorokan, dan paru-paru Azmiyawati, dkk, 2008: 2.
a. Hidung
Hidung merupakan tempat keluar masuknya udara pernapasan. Udara masuk melalui lubang hidung menuju rongga hidung. Di dalam rongga hidung
terdapat rambut hidung dan selaput lendir. Rambut hidung dan selaput lendir berfungsi menyaring udara yang masuk agar bebas dari debu dan kuman.
22
Dengan demikian, udara yang kita hirup bersih dari kotoran, debu, maupun kuman penyakit. Di dalam hidung udara juga mengalami penyesuaian suhu
dan kelembaban. b.
Tenggorokan Trakhea Udara pernapasan dari hidung turun ke tenggorokan trakhea.
Tenggorokan merupakan sebuah saluran yang panjangnya kira-kira 9 cm. Pada tenggorokan terdapat bulu-bulu halus yang berfungsi menyaring udara
dari kotoran yang masih dapat menuju ke tenggorokan. Ujung trakhea bercabang menjadi dua bagian. Cabang-cabang ini disebut bronkus. Bronkus
kanan menuju paru-paru kanan, bronkus kiri menuju paru-paru kiri. c.
Paru-paru Paru-paru berada di dalam rongga dada di atas diafragma. Diafragma
adalah sekat antara rongga dada dan rongga perut. Paru-paru ada dua buah yaitu paru-paru kiri dan paru-paru kanan. Paru-paru kiri terdiri atas dua
gelambir. Paru-paru kanan terdiri atas tiga gelambir. Paru-paru dibungkus oleh selaput paru-paru yang disebut pleura. Di dalam paru-paru terdapat cabang-
cabang bronkus yang disebut bronkiolus. Bronkiolus juga memiliki percabangan dengan jumlah sangat banyak. Cabang-cabang tersebut sangat
halus dan tipis. Tiap-tiap ujung cabang membentuk kantung berdinding tipis yang disebut alveolus. Alveolus merupakan gelembung yang sangat tipis.
Gelembung tersebut diselimuti pembuluh kapiler darah. Pada alveolus terjadi pertukaran gas O2 dan CO2.
Pada saat udara yang kita hirup sampai di alveolus, oksigen melewati dinding kapiler darah. Oksigen diikat oleh hemoglobin Hb darah. Setelah itu,
darah akan mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh. Dalam tubuh, oksigen digunakan untuk proses pembentukan energi. Pada proses tersebut dihasilkan
energi dan gas karbondioksida CO2. CO2 tersebut diikat kembali oleh hemoglobin darah. Setelah itu, darah akan membawa CO2 ke paru-paru. CO2
dari paru-paru menuju tenggorokan, kemudian ke lubang hidung untuk dikeluarkan dari dalam tubuh.
23
2.2 Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan 2.2.1 Penelitian tentang Metode Inkuiri
Berikut ini akan disajikan beberapa penelitian tentang metode inkuiri dari penelitian-penelitian sebelumnya.
Kurniawati, Wartono, dan Diantoro 2014 meneliti pengaruh pembelajaran inkuiri terbimbing integrasi peer instruction terhadap penguasaan konsep dan
kemampuan berpikir kritis siswa. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 02 Batu yang terdiri dari delapan kelas sejumlah 244 siswa.
Sampel penelitian yang diambil secara random sebanyak enam kelas. Sampel penelitian ini yaitu kelas X-5 dan X-7 menggunakan pembelajaran inkuiri
integrasi peer instruction eksperimen 1 sejumlah 60 siswa, kelas X-1 dan X-3 menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing eksperimen 2 sejumlah 60 siswa,
serta kelas X-2 dan X-4 menggunakan pembelajaran konvensional kontrol sejumlah 60 siswa. Rancangan penelitian menggunakan kuasi eksperimen dengan
posttest only design. Data dianalisis dengan analisis multivariate manova satu jalur dan uji lanjut LSD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis fisika siswa yang menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing integrasi peer instruction,
pembelajaran inkuiri terbimbing, dan pembelajaran konvensional. Penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa yang belajar dengan pembelajaran
inkuiri terbimbing integrasi peer instruction lebih tinggi daripada pembelajaran inkuiri terbimbing dan pembelajaran konvensional. Hasil penelitian ini
menunjukkan adanya pengaruh penggunaan metode inkuiri terbimbing, khususnya integrasi peer instruction dalam pembelajaran karena dengan metode ini siswa
diasah kemampuan berpikir kritisnya dan dikembangkan penguasaan konsepnya melalui eksperimen dan diskusi secara peer.
Sari 2010 melakukan penelitian tentang peningkatan kualitas pembelajaran IPA melalui pendekatan inkuiri pada siswa kelas IV SDN I
Maribaya, Karanganyar, Purbalingga. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas PTK. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV SD
Negeri Maribaya Karanganyar Purbalingga yang terdiri atas 4 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan serta guru. Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif