70
Gambar 4.2 menunjukkan bahwa gain terendah pada kelompok kontrol adalah
–0,67, sedangkan gain terendah pada kelompok eksperimen adalah 0,00. Gain tertinggi kelompok kontrol sebesar 3,33, sedangkan gain tertinggi kelompok
eksperimen adalah 3,67. Hal ini menunjukkan bahwa selisih pretest –posttest I
pada kelompok eksperimen lebih dominan daripada selisih pretest –posttest I pada
kelompok kontrol. Frekuensi siswa yang mendapat nilai ≥ 1,83 pada kelompok kontrol ada 7
anak, sedangkan pada kelompok eksperimen ada 15 anak. Nilai 1,83 merupakan nilai tengah gain score yang didapat dengan menghitung 50 dari nilai tertinggi.
Persentase gain score ≥ 1,83 pada kelompok kontrol sebesar 23,33, sedangkan
persentase gain score ≥ 1,83 pada kelompok eksperimen sebesar 51,72. Dengan
kata lain 23,33 siswa pada kelompok kontrol diuntungkan dengan penerapan metode ceramah, sedangkan 51,72 siswa pada kelompok eksperimen
diuntungkan dengan penerapan metode inkuiri. Dengan demikian, penerapan metode inkuiri memiliki persentase peningkatan yang lebih dominan daripada
penerapan metode ceramah.
2. Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I
Uji signifikansi peningkatan rerata pretest ke posttest I dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan skor yang signifikan dari pretest ke
posttest I pada kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen. Uji ini menggunakan statistik parametrik Pired samples t-test karena data yang diuji
adalah data normal dan berasal dari kelompok yang sama Field, 2009: 325. Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95. Kriteria yang digunakan untuk
menolak H
null
adalah jika harga Sig.2-tailed 0,05 Field, 2009: 53. Hasil uji peningkatan rerata skor pretest ke posttest I dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut
lengkapnya lihat Lampiran 4.8.1.
Tabel 4.8 Hasil Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Skor Pretest ke Posttest I Kemampuan Mengaplikasi
No. Kelompok t
t
2
df r
R
2
Efek
1 Kontrol
7,16 51,26
29 0,79
0,63 63
Besar 2
Eksperimen 9,09
82,62 28
0,86 0,74
74 Besar
71
Skor rerata kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol yaitu M = 1,89; SD=1,12; SE= 0,20; n=29; dan df = 28. Hasil skor kelompok
kontrol yaitu M = 1,17; SD = 0,89; SE = 0,16; n= 30; dan df = 29. Hasil uji peningkatan rerata skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol untuk
kemampuan mengaplikasi adalah harga Sig.2-tailed 0,05 yaitu 0,00, maka
H
null
ditolak dan H
i
diterima. Artinya, ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol terhadap kemampuan mengaplikasi.
Kesimpulan yang dapat ditarik adalah terdapat peningkatan skor yang signifikan dari skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol terhadap kemampuan
mengaplikasi. Sedangkan hasil uji peningkatan rerata skor pretest ke posttest I pada kelompok eksperimen untuk kemampuan mengaplikasi adalah harga Sig.2-
tailed 0,05 yaitu 0,00, maka H
null
ditolak dan H
i
diterima. Artinya, ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest ke posttest I pada kelompok
eksperimen terhadap kemampuan mengaplikasi. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah terdapat peningkatan skor yang signifikan dari skor pretest ke posttest I
pada kelompok eksperimen terhadap kemampuan mengaplikasi. Persentase besar pengaruh penerapan metode inkuiri pada kelompok
eksperimen lebih besar daripada persentase besar pengaruh penerapan metode ceramah pada kelompok kontrol. Besar pengaruh penerapan metode inkuiri pada
kelompok eksperimen terhadap kemampuan mengaplikasi adalah 0,86 atau 74 yang setara dengan efek besar, sedangkan besar pengaruh penerapan metode
ceramah pada kelompok kontrol terhadap kemampuan mengaplikasi adalah 0,79 atau 63 yang setara dengan efek besar.
3. Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I