10
Sumber : Salkind, 2009 Gambar 2.1 Zona perkembangan proksimal Zone of Proximal Development
Gambar 2.1 menunjukkan bahwa Zona perkembangan proksimal Zone of Proximal  Development  merupakan  tempat  yang  optimal  untuk  terjadinya  suatu
pembelajaran,  terlebih  jika  didukung  dengan  adanya  perancahan  Scaffolding. Perancahan  Scaffolding  diartikan  sebagai  teknik-teknik  yang  digunakan  oleh
pendidik untuk membangun jembatan antara apa yang  sudah diketahui oleh anak dan apa yang harus diketahui olehnya apa yang tengah diajarkan Salkind, 2009:
379. Scaffolding juga diartikan sebagai bantuan sementara yang diberikan kepada anak  oleh  orang  dewasa  untuk  melompat  dari  zona  perkembangan  aktual  ke
potensial.  Scaffolding  dapat  dilakukan  dengan  melibatkan  aktivitas  sosial  atau kelompok  yang  bervariasi,  sehingga  mendukung  anak  dalam  perkembangannya.
Hal  ini  sesuai  dengan  pendapat  Vygotsky  yang  menekankan  pentingnya  peran sosial dalam belajar Salkind, 2009: 381. Menurut Vygotsky, guru, teman sebaya,
dan  orang  tua  memberikan  rangsangan  sosial  dan  kultural  bagi  anak  sehingga memungkinkan  terjadinya  perkembangan.  Selain  itu,  kerja  sama  dengan  teman
sebaya dapat mendorong anak untuk belajar secara efektif.
2.1.1.2 Metode Pembelajaran
Metode  pembelajaran  adalah  seluruh  perencanaan  dan  prosedur  maupun langkah  kegiatan  pembelajaran  termasuk  pilihan  cara  penilaian  yang  akan
dilaksanakan  pada  pembelajaran  di  kelas  Suyono    Hariyanto,  2011:  19.  Sani 2013: 158 mengemukakan metode pembelajaran adalah langkah operasional dari
strategi pembelajaran yang dipilih untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pendapat lain  yaitu  Surakhmad  dalam  Suryosubroto,  2002:  148  mengatakan  bahwa
metode pengajaran adalah langkah-langkah pelaksanaan dalam proses pengajaran atau  teknisnya  suatu  bahan  pelajaran  yang  diberikan  kepada  murid-murid  di
11
sekolah. Jadi dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah prosedur atau langkah yang digunakan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan yang diharapkan.
2.1.1.3 Metode Inkuiri 1.  Pengertian Metode  Inkuiri
Pengertian  metode  inkuiri  dapat  dipahami  secara  lesikal  dan  secara  umum. Secara  lesikal,  metode  inkuiri  berasal  dari  kata  “inquiry”  dalam  bahasa  Inggris,
yang  secara  harafiah  berarti  penyelidikan  Mulyasa,  2007:  108.  Dapat dirumuskan  bahwa  metode  inkuiri  adalah  sebuah  metode  yang  berdasar  pada
kegiatan-kegiatan penyelidikan atau penelitian.
Pengertian  metode  inkuiri  secara  umum  menurut  Ismail,  Idros    Samsudin 2005:  23  adalah  suatu  proses  mencari  dan  menemukan  suatu  permasalahan,
merumuskan  hipotesis,  melakukan  eksperimen,  mengumpulkan  data,  dan membuat  kesimpulan  dari  permasalahan.  Pendapat  lain  menurut  Carin  dan  Sund
dalam Mulyasa, 2006: 195 mengemukakan bahwa Inquiry adalah the process of investigating  a  problem,  sedangkan  Piaget  dalam  Mulyasa,  2006:  195
mengungkapkan  bahwa  metode  inkuiri  merupakan  metode  yang  mempersiapkan peserta  didik  pada  suatu  situasi  untuk  melakukan  eksperimen  sendiri  secara  luas
agar melihat apa  yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan- pertanyaan  dan  mencari  jawabannya  sendiri,  menghubungkan  penemuan  yang
satu  dengan  penemuan  yang  lain,  serta  membandingkan  apa  yang  ditemukan dengan  yang  ditemukan  oleh  siswa  lain.  Dari  beberapa  pengertian  tersebut,
metode  inkuiri  memiliki  suatu  strategi.  Gulo  dalam  Trianto,  2009:  166 mengemukakan  strategi  inkuiri  berarti  suatu  rangkaian  kegiatan  pembelajaran
dengan  memaksimalkan  seluruh  kemampuan  siswa  dalam  proses  pencarian  dan penyelidikan  secara  terstruktur,  kritis,  logis,  analitis,  sehingga  siswa  dapat
merumuskan sendiri penemuannya dengan percaya diri.
Berdasarkan  pengertian  metode  inkuiri  secara  lesikal  maupun  secara  umum, dapat  dipahami  bahwa  metode  inkuiri  memiliki  unsur  penting  yaitu  kegiatan
pembelajaran  yang  berdasar  pada  proses  maupun  prosedur  penelitian  dan keterlibatan  siswa  secara  aktif.  Dengan  demikian  dapat  disimpulkan  bahwa
12
metode  inkuiri  adalah  metode  pembelajaran  yang  melibatkan  siswa  secara  aktif untuk  menemukan,  menyelidiki,  mencari,  dan  merumuskan  sendiri  hasil
penemuannya.
2.  Prinsip Metode Inkuiri Sanjaya 2006: 196 menjelaskan prinsip-prinsip inkuiri sebagai berikut:
a. Berorientasi pada pengembangan intelektual adalah strategi pembelajaran
yang  berorientasi  pada  hasil  belajar  juga  proses  belajar  untuk mengembangkan kemampuan berpikir.
b. Prinsip interaksi adalah adanya proses interaksi, baik interaksi antara siswa
maupun  interaksi  siswa  dengan  guru  bahkan  antara  siswa  dengan lingkungan.
c. Prinsip  bertanya  adalah  adanya  peran  guru  sebagai  penanya,  karena
kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir.
d. Prinsip  belajar  untuk  berpikir  adalah  belajar  bukan  hanya  mengingat
sejauh mana fakta. Akan tetapi belajar adalah proses berpikir, yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan.
e. Prinsip keterbukaan adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan,
sehingga  siswa  perlu  diberikan  kebebasan  untuk  mencoba  sesuai  dengan perkembangan kemampuan logika dan nalarnya.
Menurut  Kuhlthau,  Maniotes,  dan  Caspari  2007:  25  terdapat  tujuh  prinsip inkuiri yaitu sebagai berikut :
a. Anak-anak belajar dengan menjadi aktif terlibat dalam dan merefleksikan
pengalaman. b.
Anak-anak belajar dengan membangun apa yang mereka sudah tahu. c.
Anak-anak  mengembangkan  pemikiran  tingkat  tinggi  melalui  bimbingan di titik-titik kritis dalam proses pembelajaran.
d. Anak-anak memiliki cara yang berbeda dan model belajar.
e. Anak-anak belajar melalui interaksi sosial dengan orang lain.
f. Anak-anak  belajar  melalui  instruksi  dan  pengalaman  sesuai  dengan
perkembangan kognitif mereka.
13
3.  Macam-Macam Metode Inkuiri
Metode  inkuiri  terdiri  dari  beberapa  macam.  Sund  dan  Trowbridge  dalam Sanjaya, 2006 mengemukakan tiga macam metode inkuiri sebagai berikut :
a. Inkuiri terbimbing Guided Inquiry
Pada  inkuiri  terbimbing,  peserta  didik  memperoleh  pedoman  sesuai  dengan yang  dibutuhkan.  Pedoman  tersebut  biasanya  berupa  pertanyaan-pertanyaan
yang membimbing. b.
Inkuiri bebas Free Inquiry Pada  inkuiri  bebas,  peserta  didik  melakukan  penelitian  sendiri  bagaikan
seorang  ilmuwan,  sehingga  peserta  didik  harus  dapat  mengidentifikasi  dan merumuskan berbagai topik permasalahan yang hendak diselidiki.
c. Inkuiri bebas yang dimodifikasi Modified Free Inquiry
Pada  inkuiri  ini  guru  memberikan  permasalahan  atau  problem,  dan  kemudian peserta  didik  diminta  untuk  memecahkan  permasalahan  tersebut  melalui
pengamatan, eksplorasi, dan prosedur penelitian. Sesuai dengan hal tersebut, Hanafiah dan Suhana 2010: 77 membedakan metode
inkuiri menjadi tiga yaitu : a.
Inkuiri terbimbing yaitu kegiatan inkuiri dimana pelaksanaan atas dasar arahan dari  guru  berupa  seperangkat  pertanyaan  inti  dan  pertanyaan  melacak  yang
mengarahkan siswa pada kesimpulan yang diharapkan. b.
Inkuiri  bebas  yaitu  kegiatan  inkuiri  dimana  peserta  didik  melakukan penyelidikan  secara  bebas,  siswa  merumuskan  masalah,  melakukan
penyelidikan, dan menarik kesimpulan secara mandiri. c.
Inkuiri  bebas  yang  dimodifikasi  yaitu  kegiatan  inkuiri  yang  bertujuan  untuk membuktikan  kebenaran  suatu  teori  dimana  guru  mengajukan  masalah
berdasarkan teori yang sudah dimengerti siswa. Berdasarkan  hal  tersebut,  maka  metode  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini
adalah  metode  inkuiri  terbimbing  guided  inquiry,  karena  anak  usia  SD  masih memerlukan  arahan  dan  bimbingan  dalam  melakukan  pembelajaran  dengan
metode  inkuiri.  Anak  memiliki  kemampuan  berpikir  yang  terbatas  pada  hal-hal konkret, sehingga diperlukan bimbingan dan arahan dari guru supaya kemampuan
berpikir kritis anak dapat berkembang.
14
4.   Metode Inkuiri Terbimbing
Mulyasa 2007: 109 mengemukakan bahwa dalam inkuiri terbimbing guided inquiry  siswa  memperoleh  pedoman  sesuai  dengan  yang  dibutuhkan  berupa
pertanyaan-pertanyaan yang membimbing. Sesuai dengan pendapat tersebut, Sani 2013:  217  menjelaskan  inkuiri  terbimbing  guided  inquiry  yaitu  peserta  didik
diberikan  pertanyaan,  kemudian  membuat  rancangan  percobaan  atau  investigasi, dan  menarik  kesimpulan  sendiri  berdasarkan  hasil  eksperimen.  Hanafiah  dan
Suhana  2010:  77  mengartikan  metode  inkuiri  terbimbing  sebagai  kegiatan dimana  pelaksanaan  atas  dasar  arahan  dari  guru  berupa  seperangkat  pertanyaan
inti  dan  pertanyaan  melacak  yang  mengarahkan  siswa  pada  kesimpulan  yang diharapkan.  Dari  beberapa  pendapat  tersebut  dapat  disimpulkan  bahwa  metode
inkuiri  terbimbing  guided  inquiry  adalah  metode  pembelajaran  di  mana  siswa mendapatkan  seperangkat  pertanyaan  dari  guru  untuk  membimbing  atau
membantu  siswa  tersebut  dalam  penelitian  dan  menemukan  jawaban  dari  suatu masalah. Metode ini dapat membantu kemampuan siswa dalam mempelajari IPA.
5. Langkah-langkah  Metode Inkuiri Terbimbing
Kuhltau, Maniotes, dan Caspari 2007: 3 mengemukakan langkah atau proses inkuiri  terbimbing  guided  inquiry  meliputi  kegiatan  membuka,  melibatkan,
mengeksplorasi,  mengidentifikasi,  mengumpulkan,  membuat,  membagi,  dan mengevaluasi.  Pendapat  lain  menurut  Gulo  dalam  Trianto,  2009:  169  langkah-
langkah  metode  inkuiri  terdiri  dari  mengajukan  pertanyaan  atau  permasalahan, merumuskan  hipotesis,  mengumpulkan  data,  analisi  data,  serta  membuat
kesimpulan.  Senada  dengan  dua  pendapat  tersebut,  Sanjaya  2006:  200-203 merumuskan  langkah-langkah  pelaksanaan  metode  inkuiri  terbimbing  sebagai
berikut: a.
Orientasi  adalah  langkah  untuk  membina  suasana  atau  iklim  pembelajaran yang responsif.
b. Merumuskan  masalah  adalah  langkah  yang  membawa  siswa  pada  suatu
persoalan  yang  mengandung  teka-teki,  sehingga  persoalan  yang  disajikan menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki. Kata tanya yang tepat
digunakan pada bagian ini adalah “apakah”, yang membutuhkan jawaban “ya”
15
atau  “tidak”.  Penggunaan  kata  tanya  “apakah”  dalam  metode  inkuiri terbimbing  sangat  sesuai  dengan  perkembangan  kognitif  anak  usia  SD  yang
masih  berada  pada  tahap  operasional  konkret  untuk  membuktikan  suatu fenomena penelitian di sekitarnya.
c. Merumuskan  hipotesis  adalah  langkah  memberikan  jawaban  sementara
terhadap suatu permasalahan yang dikaji dan perlu diuji kebenarannya. d.
Mengumpulkan  data  adalah  aktivitas  untuk  menjaring  informasi  yang dibutuhkan untuk  menguji hipotesis  yang diajukan. Peran guru di  sini adalah
mengajukan pertanyaan  yang dapat  mendorong siswa untuk  berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.
e. Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima
sesuai  dengan  data  atau  informasi  yang  diperoleh  berdasarkan  pengumpulan data.  Dalam  menguji  hipotesis  yang  terpenting  adalah  mencari  tingkat
keyakinan  siswa  atas  jawaban  yang  diberikan  serta  mengembangkan kemampuan berpikir rasional.
f. Merumuskan  kesimpulan  adalah  mendeskripsikan  temuan  yang  diperoleh
berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Berdasarkan  beberapa  pendapat  tersebut,  peneliti  merumuskan  tujuh  langkah
pembelajaran  dengan  metode  inkuiri  terbimbing.  Ketujuh  langkah  tersebut  yaitu orientasi,  merumuskan  permasalahan,  merumuskan  hipotesis,  melakukan
eksperimen,  menarik  kesimpulan,  mempresentasikan  hasil,  dan  mengevaluasi. Langkah-langkah  tersebut  dipilih  oleh  peneliti  karena  kelengkapan  dan
penggunaanya  dapat  mengembangkan  kemampuan  ilmiah  anak  sesuai  dengan usianya  dan  membantu  anak  untuk  meningkatkan  kemampuan  mengaplikasi  dan
menganalisis pada pembelajaran IPA, sesuai dengan variabel penelitian.
6.  Manfaat Metode Inkuiri
Metode inkuiri memiliki berbagai manfaat dalam suatu pembelajaran. Jerome Bruner  dalam  Sanjaya,  2006:  133  mengemukakan  manfaat  metode  inkuiri
sebagai berikut 1 siswa akan memahami konsep-konsep dasar dan ide-ide lebih baik,  2  membantu  dalam  menggunakan  daya  ingat  dan  transfer  pada  situasi-
situasi proses belajar yang baru, 3 mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja
16
atas  inisiatifnya  sendiri,  4  mendorong  siswa  untuk  berpikir  inisiatif  dan merumuskan  hipotesisnya  sendiri,  5  pengajaran  menjadi  student  centered,  6
proses  belajar  melalui  kegiatan  inkuiri  dapat  membentuk  dan  mengembangkan konsep  diri  pada  anak,  7  tingkat  pengharapan  bertambah,  8  dapat
mengembangkan  bakat  kemampuan  individu  serta  dapat  menghindarkan  siswa
dari cara-cara belajar tradisional.
Berbagai manfaat dapat diperoleh melalui penggunaan metode inkuiri. Metode ini mampu memfasilitasi anak sebagai pembelajar yang aktif melalui pendekatan
konstruktivisme.  Berkenaan  dengan  sifat  anak  sebagai  pembelajar  yang  aktif, metode  ini  menekankan  pada  pengembangan  kemampuan  berpikir  anak  melalui
penelitian.  Selain  itu,  metode  inkuiri  dapat  meningkatkan  kemampuan  dalam mempraktekkan  metode  itu  sendiri  dan  teknik  penelitiannya.  Metode  ini  juga
digunakan sebagai sarana berlatih menemukan suatu pertanyaan penelitian.
2.1.1.4 Teori Kognitif  Bloom
Pendidikan  sebagai  salah  satu  proses  pengembangan  kemampuan  siswa, memiliki tiga ranah penting dalam pembelajaran yaitu kognitif, psikomotorik, dan
afektif.  Ranah  kognitif  berfokus  pada  kemampuan  berpikir  siswa,  ranah psikomotorik berfokus pada keterampilan siswa, dan ranah afektif berfokus pada
sikap  sosial  dan  spiritual  siswa.  Berkaitan  dengan  pembelajaran,  menurut Supratiknya  2012:  5  tujuan  belajar  dan  hasil  belajar  di  sekolah  lazimnya
dibedakan  mengikuti  taksonomi  tertentu.  Taksonomi  adalah  klasifikasi  atau penggolongan  tentang  objek  atau  gejala  berdasarkan  satu  atau  lebih  prinsip
tertentu.  Taksonomi  yang  digunakan  dalam  proses  kognitif  adalah  Taksonomi Bloom  yang  merupakan  teori  dari  Benjamin  Samuel  Bloom.  Kategori-kategori
dimensi  proses  kognitif  dalam  Taksonomi  Bloom  yang  sudah  direvisi  menurut Anderson dan Krathwol 2010: 99 dibagi menjadi 6 level, yaitu:
a. Mengingat
Proses  mengingat  adalah  mengambil  pengetahuan  yang  dibutuhkan  dari memori jangka panjang. Kategori mengingat mencakup proses-proses kognitif
mengenali, mengidentifikasi, mengingat kembali, dan mengambil.
17
b. Memahami
Memahami adalah mengkontruksi makna dari  materi pembelajaran, termasuk apa  yang  diucapkan,  ditulis,  dan  digambar  oleh  guru.  Kategori  proses
memahami  ini  meliputi  proses-proses  kognitif  menafsirkan,  mencontohkan, mengklasifikasikan,  merangkum,  menyimpulkan,  membandingkan,  dan
menjelaskan. c.
Mengaplikasi Mengaplikasi  adalah  menerapkan  atau  menggunakan  suatu  prosedur  dalam
keadaan  tertentu.  Kategori  proses  mengaplikasi  ini  meliputi  proses-proses kognitif mengeksekusi, mengimplementasi, menggunakan, dan melaksanakan.
d. Menganalisis
Menganalisis    adalah  melibatkan  proses  memecah-mecah  materi  menjadi bagian-bagian  kecil  dan  menentukan  bagaimana  hubungan  antarbagian  dan
antara  setiap  bagian  dan  struktur  keseluruhannya.  Kategori  proses menganalisis
ini meliputi
proses-proses kognitif
membedakan, mengorganisasi, dan mengatribusikan.
e. Mengevaluasi
Mengevaluasi  didefinisikan  sebagai  membuat  keputusan  berdasarkan  kriteria dan standar tertentu. Kategori mengevaluasi mencakup proses-proses kognitif
memeriksa  keputusan-keputusan  yang  diambil  berdasarkan  kriteria  internal dan  mengritik  keputusan-keputusan  yang  diambil  berdasarkan  kriteria
eksternal. f.
Mencipta Mencipta  adalah  memadukan  bagian-bagian  untuk  membentuk  sesuatu  yang
baru  dan  koheren  atau  untuk  membuat  suatu  produk  yang  orisinil.  Mencipta berisikan  tiga  proses  kognitif  yaitu  merumuskan,  merencanakan,  dan
memproduksi. Dalam penelitian ini, variabel  penelitian  yang digunakan oleh peneliti mencakup
dua kemampuan yaitu kemampuan mengaplikasi dan kemampuan menganalisis .
18
2.1.1.5 Kemampuan Mengaplikasi