67
kelompok kontrol yaitu M = 1,17; SD = 0,89; SE = 0,16; n = 30; dan df = 57. Analisis menggunakan Independent samples t-test dengan tingkat kepercayaan
95 diperoleh harga Sig. 2-tailed sebesar 0,008 dan harga t = -2,73. Harga Sig.2-tailed 0,05 maka H
null
ditolak dan H
i
diterima, dengan demikian ada perbedaan yang signifikan antara rerata selisih skor pretest ke posttest I
kemampuan mengaplikasi pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kesimpulan dari hasil uji signifikansi pengaruh perlakuan adalah penerapan
metode inkuiri berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan mengaplikasi. Hasil perbandingan rerata selisih skor pretest ke posttest I kemampuan
mengaplikasi pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat dalam diagram berikut.
Gambar 4.1 Diagram Rerata Selisih Skor Pretest-Posttest I Kemampuan Mengaplikasi
4.1.2.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan
Uji besar pengaruh perlakuan effect size bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan
mengaplikasi. Data yang diperoleh terdistribusi dengan normal, sehingga digunakan rumus koefisien korelasi Pearson untuk data normal Field, 2009: 57.
68
Kriteria untuk menentukan besarnya efek adalah jika r = 0,10 efek kecil yang setara dengan 1 pengaruh yang diakibatkan oleh pengaruh variabel independen,
r = 0,30 efek menengah yang setara dengan 9, dan r = 0,50 efek besar yang setara dengan 25 Field, 2009: 57. Independent samples t-test digunakan untuk
mengambil t dalam melakukan uji besar pengaruh perlakuan. Persentase pengaruh perlakuan didapat dengan menghitung koefisien determinasi R
2
dengan cara mengkuadratkan harga r harga koefisien korelasi Pearson yang didapat
kemudian dikalikan 100 Field, 2009: 179. Besar pengaruh penggunaan metode inkuiri pada kelompok eksperimen terhadap kemampuan mengaplikasi adalah r =
0,33 atau 10. Berdasarkan kriteria yang digunakan untuk menentukan besarnya efek, maka hasil perhitungan r setara dengan efek menengah. Berikut ini hasil
perhitungan effect size terhadap kemampuan mengaplikasi lihat Lampiran 4.6.
Tabel 4.6 Hasil Uji Effect Size terhadap Kemampuan Mengaplikasi Kelompok Kontrol dan Eksperimen
Variabel t
t
2
df r effect size
R
2
Efek
Mengaplikasi -2,73
7,45 57
0,33 0,10
10 menengah
4.1.2.5 Analisis Lebih Lanjut 1. Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I
Perhitungan persentase peningkatan rerata pretest ke posttest I dilakukan untuk mengetahui persentase peningkatan skor rerata dari pretest ke posttest I pada
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Analisis perhitungan persentase peningkatan rerata pretest ke posttest I dilakukan dengan mengambil data rerata
skor pretest dan posttest I pada uji normalitas distribusi data menggunakan One Samples Kolmogorov-Smirnov test. Persentase peningkatan rerata pretest ke
posttest I dihitung dengan cara membagi selisih rerata pretest-posttest I dengan rerata pretest, kemudian dikali 100. Hasil perhitungan persentase peningkatan
rerata skor pretest ke posttest I dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut ini lengkapnya lihat Lampiran 4.7.1
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Skor Pretest ke Posttest I Kemampuan Mengaplikasi
No Kelompok
Rerata Peningkatan
Pretest Posttest I
1 Kontrol
2,03 3,20
57 2
Eksperimen 1,84
3,74 103
69
Data pada tabel 4.5 menunjukkan rerata pretest kelompok kontrol sebesar 2,03 dan rerata pretest kelompok eksperimen sebesar 1,84. Sedangkan rerata
posttest I kelompok kontrol sebesar 3,20 dan rerata posttest I kelompok eksperimen sebesar 3,74. Hasil perhitungan persentase peningkatan rerata pretest
ke posttest I pada kelompok kontrol sebesar 57, sedangkan hasil perhitungan persentase peningkatan rerata pretest ke posttest I pada kelompok eksperimen
sebesar 103. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah terjadi peningkatan skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol maupun kelompok ekserimen
terhadap kemampuan mengaplikasi. Persentase peningkatan skor pretest ke posttest I pada kelompok
eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol yaitu 103, sedangkan kelompok kontrol sebesar 57. Hal ini diperjelas melalui gambar 4.2
menggunakan grafik poligon untuk melihat perbedaan selisih pretest –posttest I
pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Berikut grafik yang menunjukkan frekuensi selisih pretest-postest I gain score pada kedua
kelompok.
Gambar 4.2 Grafik Gain Score Kemampuan Mengaplikasi 1
2 3
4 5
6 7
-1.00 -0.50 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00
fr e
ku e
n si
gain Grafik Gain score Kelompok Kontrol dan Eksperimen Pada
Kemampuan Mengaplikasi
kontrol eksperimen
70
Gambar 4.2 menunjukkan bahwa gain terendah pada kelompok kontrol adalah
–0,67, sedangkan gain terendah pada kelompok eksperimen adalah 0,00. Gain tertinggi kelompok kontrol sebesar 3,33, sedangkan gain tertinggi kelompok
eksperimen adalah 3,67. Hal ini menunjukkan bahwa selisih pretest –posttest I
pada kelompok eksperimen lebih dominan daripada selisih pretest –posttest I pada
kelompok kontrol. Frekuensi siswa yang mendapat nilai ≥ 1,83 pada kelompok kontrol ada 7
anak, sedangkan pada kelompok eksperimen ada 15 anak. Nilai 1,83 merupakan nilai tengah gain score yang didapat dengan menghitung 50 dari nilai tertinggi.
Persentase gain score ≥ 1,83 pada kelompok kontrol sebesar 23,33, sedangkan
persentase gain score ≥ 1,83 pada kelompok eksperimen sebesar 51,72. Dengan
kata lain 23,33 siswa pada kelompok kontrol diuntungkan dengan penerapan metode ceramah, sedangkan 51,72 siswa pada kelompok eksperimen
diuntungkan dengan penerapan metode inkuiri. Dengan demikian, penerapan metode inkuiri memiliki persentase peningkatan yang lebih dominan daripada
penerapan metode ceramah.
2. Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I
Uji signifikansi peningkatan rerata pretest ke posttest I dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan skor yang signifikan dari pretest ke
posttest I pada kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen. Uji ini menggunakan statistik parametrik Pired samples t-test karena data yang diuji
adalah data normal dan berasal dari kelompok yang sama Field, 2009: 325. Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95. Kriteria yang digunakan untuk
menolak H
null
adalah jika harga Sig.2-tailed 0,05 Field, 2009: 53. Hasil uji peningkatan rerata skor pretest ke posttest I dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut
lengkapnya lihat Lampiran 4.8.1.
Tabel 4.8 Hasil Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Skor Pretest ke Posttest I Kemampuan Mengaplikasi
No. Kelompok t
t
2
df r
R
2
Efek
1 Kontrol
7,16 51,26
29 0,79
0,63 63
Besar 2
Eksperimen 9,09
82,62 28
0,86 0,74
74 Besar
71
Skor rerata kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol yaitu M = 1,89; SD=1,12; SE= 0,20; n=29; dan df = 28. Hasil skor kelompok
kontrol yaitu M = 1,17; SD = 0,89; SE = 0,16; n= 30; dan df = 29. Hasil uji peningkatan rerata skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol untuk
kemampuan mengaplikasi adalah harga Sig.2-tailed 0,05 yaitu 0,00, maka
H
null
ditolak dan H
i
diterima. Artinya, ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol terhadap kemampuan mengaplikasi.
Kesimpulan yang dapat ditarik adalah terdapat peningkatan skor yang signifikan dari skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol terhadap kemampuan
mengaplikasi. Sedangkan hasil uji peningkatan rerata skor pretest ke posttest I pada kelompok eksperimen untuk kemampuan mengaplikasi adalah harga Sig.2-
tailed 0,05 yaitu 0,00, maka H
null
ditolak dan H
i
diterima. Artinya, ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest ke posttest I pada kelompok
eksperimen terhadap kemampuan mengaplikasi. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah terdapat peningkatan skor yang signifikan dari skor pretest ke posttest I
pada kelompok eksperimen terhadap kemampuan mengaplikasi. Persentase besar pengaruh penerapan metode inkuiri pada kelompok
eksperimen lebih besar daripada persentase besar pengaruh penerapan metode ceramah pada kelompok kontrol. Besar pengaruh penerapan metode inkuiri pada
kelompok eksperimen terhadap kemampuan mengaplikasi adalah 0,86 atau 74 yang setara dengan efek besar, sedangkan besar pengaruh penerapan metode
ceramah pada kelompok kontrol terhadap kemampuan mengaplikasi adalah 0,79 atau 63 yang setara dengan efek besar.
3. Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I
Uji korelasi ini dilakukan untuk mengetahui apakah korelasi antara rerata pretest dan posttest I positif dan signifikan. Positif berarti semakin tinggi pretest
semakin tinggi pula posttest I, signifikan berarti hasil skor korelasi tersebut dapat digeneralisasi pada populasi. Data yang diambil dari rerata skor pretest dan rerata
skor posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen terdistribusi normal, sehingga digunakan rumus Pearson Cerrelation untuk data normal.
Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95. Kriteria yang digunakan untuk
72
menolak H
null
adalah jika harga Sig.2-tailed 0,05 Field, 2009: 53. Hasil uji korelasi antara rerata pretest dan posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut lihat Lampiran 4.9.1.
Tabel 4.9 Hasil Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I Kemampuan Mengaplikasi No
Kelompok Pearson Correlation
Sig. 2-tailed Keterangan
1 Kontrol
0,63 0,000
Positif dan signifikan 2
Eksperimen 0,49
0,006 Positif dan signifikan
Berdasarkan hasil uji korelasi antara rerata pretest dan postest I, harga Sig.2-tailed pada kelompok kontrol adalah 0,000 atau p 0,05, berarti H
null
ditolak dan H
i
diterima. Maka, ada korelasi hubungan yang signifikan antara hasil rerata pretest dan hasil rerata posttest I pada kemampuan mengaplikasi kelompok
kontrol. Hasil Pearson correlation kelompok kontrol menunjukkan 0,63, maka korelasi antara rerata pretest dan posttest I termasuk pada kategori sangat besar.
Harga Pearson correlation menunjukkan nilai positif artinya apabila rerata skor siswa di pretest rendah maka hasil rerata skor siswa di posttest I rendah, begitu
pula sebaliknya apabila rerata skor siswa di pretest tinggi maka hasil rerata skor siswa di posttest I akan tinggi pada kelompok kontrol.
Data kelompok eksperimen menunjukkan Pearson correlation 0,49 dan harga Sig.2-tailed adalah 0,006. Hal tersebut menunjukkan bahwa Sig.2-tailed
0,05 yang berarti bahwa H
null
ditolak dan H
i
diterima. Maka, ada korelasi hubungan yang signifikan antara hasil rerata pretest dan hasil rerata posttest I
kemampuan mengaplikasi kelompok eksperimen. Hasil Pearson correlation menunjukkan 0,49, maka korelasi antara rerata pretest dan posttest I termasuk
pada kategori cukup besar. Harga Pearson correlation menunjukkan nilai positif artinya apabila rerata skor siswa di pretest rendah maka hasil rerata skor siswa di
posttest I rendah, begitu pula sebaliknya apabila rerata skor siswa di pretest tinggi maka hasil rerata skor siswa di posttest I tinggi pada kelompok eksperimen.
4. Uji Retensi Pengaruh Perlakuan
Uji retensi pengaruh perlakuan dilakukan untuk mengetahui apakah perlakuan yang diberikan masih kuat atau memiliki efek yang sama setelah beberapa waktu.
Uji retensi pengaruh perlakuan dilakukan dengan memberikan posttest II pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, minimal dua minggu setelah
73
pelaksanaan posttest I. Statistik parametrik Paired samples t-test digunakan dalam uji retensi pengaruh perlakuan karena data yang diuji adalah data normal dan
dalam kelompok yang sama Field: 2009, 325. Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95. Kriteria yang digunakan untuk menolak H
null
adalah Sig.2-tailed 0,05 Field: 2009, 53. Hasil uji retensi pengaruh perlakuan pada
kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen dapat dilihat dalam tabel 4.10 lihat Lampiran 4.10.1.2.
Tabel 4.10 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Mengaplikasi No
Kelompok Rerata
Peningkatan Sig. 2-
tailed Keterangan
Posttest I
Posttest II
1 Kontrol
3,20 3,08
-3,75 0,410
Tidak ada perbedaan 2
Eksperimen 3,74
3,63 -2,94
0,581 Tidak ada perbedaan
Rerata kelompok eksperimen lebih tinggi daripada rerata kelompok kontrol yakni M = -0,11; SD = 1,09; SE = 0,20; t = -0,55; n = 29; dan df = 28.
Hasil skor kelompok kontrol yakni M = -0,12; SD = 0,79; SE = 0,14; t = -0,83; n= 30; dan df = 29. Hasil uji retensi pengaruh perlakuan skor posttest I ke posttest II
kelompok kontrol terhadap kemampuan mengaplikasi menunjukkan harga Sig.2- tailed sebesar 0,410 Sig.2-tailed 0,05, maka H
null
diterima dan H
i
ditolak. Artinya, tidak ada perbedaan skor yang signifikan dari skor pretest I ke posttest II
pada kelompok kontrol terhadap kemampuan mengaplikasi. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah tidak terjadi penurunan skor yang signifikan dari skor posttest
I ke skor posttest II kelompok kontrol terhadap kemampuan mengaplikasi. Sedangkan harga Sig.2-tailed pada kelompok eksperimen sebesar 0,581 Sig.2-
tailed 0,05, maka H
null
diterima dan H
i
ditolak. Artinya, tidak ada perbedaan skor yang signifikan dari skor pretest I ke posttest II pada kelompok eksperimen
terhadap kemampuan mengaplikasi. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah tidak terjadi penurunan skor yang signifikan dari skor posttest I ke skor posttest II
kelompok eksperimen terhadap kemampuan mengaplikasi. Persentase kenaikan rerata posttest I ke posttest II pada kelompok
eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Hal ini ditunjukkan dengan persentase peningkatan kelompok eksperimen sebesar -2,94, sedangkan
kelompok kontrol sebesar -3,75. Peningkatan skor dari pretest, posttest I, dan
74
posttest II terhadap kemampuan mengaplikasi pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat pada grafik berikut ini.
Gambar 4.3 Grafik Pretest, Posttest I, dan Posttest II Kemampuan Mengaplikasi
4.1.3 Hasil Uji Hipotesis Penelitian II
Hipotesis penelitian II adalah penerapan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan menganalisis pada mata pelajaran IPA dengan materi organ
pernapasan manusia kelas V SD BOPKRI Gondolayu tahun ajaran 20152016. Variabel dependen pada hipotesis tersebut adalah kemampuan menganalisis,
sedangkan variabel independen adalah penerapan metode inkuiri. Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel dependen terdiri dari 1 soal uraian yaitu item
soal nomor 4 yang mengandung indikator memilih, mengorganisasi, dan mengatribusi.
Hasil analisis statistik secara keseluruhan dihitung dengan menggunakan program statistik yakni IBM SPSS Statistics 20 for Windows. Tingkat kepercayaan
yang digunakan dalam hipotesis tersebut adalah 95. Tahapan analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut. 1 Uji normalitas distribusi data untuk
mengetahui data berdistribusi normal atau tidak, sehingga dapat digunakan untuk melakukan analisis selanjutnya menggunakan statistik parametrik atau
nonparametrik. 2 Uji perbedaan kemampuan awal dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. 3 Uji
signifikansi pengaruh perlakuan. 4 Uji besar pengaruh perlakuan. 5 Perhitungan persentase peningkatan rerata pretest ke posttest. 6 Uji signifikansi peningkatan
2.03 3.20
3.08
1.84 3.74
3.63
0.00 0.50
1.00 1.50
2.00 2.50
3.00 3.50
4.00
Pretest Posttest 1
Posttest 2
M e
a n
Perbandingan Rerata Pretest, Posttest I, dan Posttest II
Kel.Kontrol Kel.Eksperimen
75
rerata pretest ke posttest. 7 Uji korelasi rerata pretest ke posttest. 8 Uji retensi pengaruh perlakuan.
4.1.3.1 Uji Normalitas Distribusi Data
Uji normalitas distribusi data dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi data normal atau tidak dan untuk menentukan jenis statistik yang
digunakan dalam menganalisis data selanjutnya Field, 2009: 144. Data dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen diuji normalitasnya menggunakan
One Samples Kolmogorov-Smirnov test. Data yang diuji normalitasnya adalah data skor pretest, posttest I, posttest II, dan selisih pretest ke posttest I.
Kriteria yang digunakan untuk kesimpulan uji normalitas data adalah sebagai berikut. 1 Jika harga Sig.2-tailed 0,05 maka data terdistribusi normal
dan uji statistik selanjutnya menggunakan statistik parametrik misalnya dengan Independent samples t-test atau Paired samples t-test Field, 2009: 326. 2 Jika
harga Sig.2-tailed 0,05 maka data terdistribusi tidak normal dan uji statistik selanjutnya menggunakan statistik nonparametrik misalnya dengan Mann-Whitney
U-test atau Wilcoxon Field, 2009: 345. Hasil uji normalitas kemampuan mengaplikasi pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat pada
tabel berikut lihat Lampiran 4.3.2.
Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Kemampuan Menganalisis No
Aspek Sig. 2-tailed
Keterangan
1 Pretest menganalisis kelompok kontrol
0,081 Normal
2 Posttest I menganalisis kelompok kontrol
0,078 Normal
3 Posttest II menganalisis kelompok kontrol
0,054 Normal
4 Selisih rerata skor pretest-posttest I menganalisis
kelompok kontrol 0,085
Normal 5
Pretest menganalisis kelompok eksperimen 0,224
Normal 6
Posttest I menganalisis kelompok eksperimen 0,176
Normal 7
Posttest II menganalisis kelompok eksperimen 0,109
Normal 8
Selisih rerata skor pretest-posttest I menganalisis kelompok eksperimen
0,540 Normal
Data tabel 4.9 menunjukkan harga Sig.2-tailed 0,05 untuk semua aspek. Aspek yang dimaksud adalah pretest, posttest I, posttest II, dan selisih
rerata skor pretest - posttest I untuk kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Semua aspek memiliki distribusi data normal, sehingga analisis statistik
selanjutnya menggunakan statistik parametrik. Statistik parametrik dengan
76
Independent sample t-test digunakan untuk analisis data dari kelompok yang berbeda, misalnya kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen Field, 2009:
326. Sedangkan statistik parametrik dengan Paired samples t-test digunakan untuk analisis data dari kelompok yang sama, misalnya kelompok kontrol dengan
kelompok kontrol atau kelompok eksperimen dengan kelompok eksperimen.
4.1.3.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal