71
Skor rerata kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol yaitu M = 1,89; SD=1,12; SE= 0,20; n=29; dan df = 28. Hasil skor kelompok
kontrol yaitu M = 1,17; SD = 0,89; SE = 0,16; n= 30; dan df = 29. Hasil uji peningkatan rerata skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol untuk
kemampuan mengaplikasi adalah harga Sig.2-tailed 0,05 yaitu 0,00, maka
H
null
ditolak dan H
i
diterima. Artinya, ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol terhadap kemampuan mengaplikasi.
Kesimpulan yang dapat ditarik adalah terdapat peningkatan skor yang signifikan dari skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol terhadap kemampuan
mengaplikasi. Sedangkan hasil uji peningkatan rerata skor pretest ke posttest I pada kelompok eksperimen untuk kemampuan mengaplikasi adalah harga Sig.2-
tailed 0,05 yaitu 0,00, maka H
null
ditolak dan H
i
diterima. Artinya, ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest ke posttest I pada kelompok
eksperimen terhadap kemampuan mengaplikasi. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah terdapat peningkatan skor yang signifikan dari skor pretest ke posttest I
pada kelompok eksperimen terhadap kemampuan mengaplikasi. Persentase besar pengaruh penerapan metode inkuiri pada kelompok
eksperimen lebih besar daripada persentase besar pengaruh penerapan metode ceramah pada kelompok kontrol. Besar pengaruh penerapan metode inkuiri pada
kelompok eksperimen terhadap kemampuan mengaplikasi adalah 0,86 atau 74 yang setara dengan efek besar, sedangkan besar pengaruh penerapan metode
ceramah pada kelompok kontrol terhadap kemampuan mengaplikasi adalah 0,79 atau 63 yang setara dengan efek besar.
3. Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I
Uji korelasi ini dilakukan untuk mengetahui apakah korelasi antara rerata pretest dan posttest I positif dan signifikan. Positif berarti semakin tinggi pretest
semakin tinggi pula posttest I, signifikan berarti hasil skor korelasi tersebut dapat digeneralisasi pada populasi. Data yang diambil dari rerata skor pretest dan rerata
skor posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen terdistribusi normal, sehingga digunakan rumus Pearson Cerrelation untuk data normal.
Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95. Kriteria yang digunakan untuk
72
menolak H
null
adalah jika harga Sig.2-tailed 0,05 Field, 2009: 53. Hasil uji korelasi antara rerata pretest dan posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut lihat Lampiran 4.9.1.
Tabel 4.9 Hasil Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I Kemampuan Mengaplikasi No
Kelompok Pearson Correlation
Sig. 2-tailed Keterangan
1 Kontrol
0,63 0,000
Positif dan signifikan 2
Eksperimen 0,49
0,006 Positif dan signifikan
Berdasarkan hasil uji korelasi antara rerata pretest dan postest I, harga Sig.2-tailed pada kelompok kontrol adalah 0,000 atau p 0,05, berarti H
null
ditolak dan H
i
diterima. Maka, ada korelasi hubungan yang signifikan antara hasil rerata pretest dan hasil rerata posttest I pada kemampuan mengaplikasi kelompok
kontrol. Hasil Pearson correlation kelompok kontrol menunjukkan 0,63, maka korelasi antara rerata pretest dan posttest I termasuk pada kategori sangat besar.
Harga Pearson correlation menunjukkan nilai positif artinya apabila rerata skor siswa di pretest rendah maka hasil rerata skor siswa di posttest I rendah, begitu
pula sebaliknya apabila rerata skor siswa di pretest tinggi maka hasil rerata skor siswa di posttest I akan tinggi pada kelompok kontrol.
Data kelompok eksperimen menunjukkan Pearson correlation 0,49 dan harga Sig.2-tailed adalah 0,006. Hal tersebut menunjukkan bahwa Sig.2-tailed
0,05 yang berarti bahwa H
null
ditolak dan H
i
diterima. Maka, ada korelasi hubungan yang signifikan antara hasil rerata pretest dan hasil rerata posttest I
kemampuan mengaplikasi kelompok eksperimen. Hasil Pearson correlation menunjukkan 0,49, maka korelasi antara rerata pretest dan posttest I termasuk
pada kategori cukup besar. Harga Pearson correlation menunjukkan nilai positif artinya apabila rerata skor siswa di pretest rendah maka hasil rerata skor siswa di
posttest I rendah, begitu pula sebaliknya apabila rerata skor siswa di pretest tinggi maka hasil rerata skor siswa di posttest I tinggi pada kelompok eksperimen.
4. Uji Retensi Pengaruh Perlakuan