Faktor Kebahasaan Faktor Kebahasaan dan Nonkebahasaan
sendi, dan durasi yang sesuai. Kesesuaian tekanan, nada, sendi, dan durasi merupakan daya tarik tersendiri dalam berbicara. Penempatan tekanan, nada,
sendi, dan durasi yang sesuai akan menyebabkan topik pembicaraan menjadi menarik. Sebaliknya jika penyampaiannya datar saja, hampir dapat dipastikan
akan menimbulkan kejemuan dan keefektifan berbicara tentu berkurang. 3 pilihan kata diksi. Pilihan kata hendaknya tepat, jelas, dan bervariasi. Pilihan
kata harus sesuai dengan pokok pembicaraan dan mudah dimengerti oleh pendengar. 4 ketepatan sasaran pembicaraan. Hal ini berkaitan dengan
pemakaian kalimat. Pembicara yang menggunakan kalimat efektif akan memudahkan pendengar menangkap pembicaraannya. Pembicara harus tahu siapa
pendengarnya dan menyesuaikan gaya kalimatnya dengan pendengar tersebut, dengan memperhatikan ciri kalimat efektif. Kalimat efektif memiliki ciri-ciri
keutuhan, perpautan, pemusatan perhatian, dan kehematan. Ciri keutuhan akan terlihat jika setiap kata betul-betul merupakan bagian yang padu dari sebuah
kalimat. Keutuhan kalimat akan rusak karena ketiadaan subjek atau adanya kerancuan. Perpautan, bertalian dengan hubungan antara unsur-unsur kalimat,
misalnya kata dengan kata, frasa dengan frasa dalam sebuah kalimat. Hubungan itu harus jelas dan logis. Pemusatan perhatian pada bagian yang terpenting dalam
kalimat dapat dicapai dengan menempatkan bagian tersebut pada awal atau akhir kalimat. Kalimat efektif juga harus hemat dalam pemakaian kata sehingga tidak
ada kata-kata yang mubazir.
Badudu dan Shinta 2012:50 menjelaskan bahwa ada enam faktor kebahasaan yang harus diperhatikan oleh seorang pewara jika ingin berhasil
dalam tugasnya. Faktor kebahasaan yang dimaksud, sebagai berikut. 1.
Lafal yang benar Lafal menyangkut pengucapan kata yang benar dan jelas. Pengucapan kata-
kata harus jelas terdengar. Untuk itu, gerakan alat-alat ucap terutama lidah, bibir, dan gigi harus leluasa. Demikian juga dengan volume suara harus cocok, sesuai
dengan kebutuhan pendengar. Pewara juga harus berbicara secara lancar, tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat agar pendengar dapat dengan mudah
memahaminya. Hendaknya seorang pewara harus menghindari pelafalan karena pengaruh idialek, seperti penggunaan e yang berulang-ulang.
2. Aksentuasi
Aksentuasi adalah tekanan kata. Dalam bahasa Indonesia, tekanan kata tidak membedakan makna. Namun, secara umum tekanan kata dalam bahasa Indonesia
jatuh pada satu suku sebelum suku kata akhirnya. 3.
Pemenggalan Kalimat jeda Kemampuan memenggal kalimat secara tepat banyak bergantung pada
perasaan bahasa seseorang. Namun, kemampuan ini dapat ditingkatkan dengan berlatih memahami makna setiap kata dalam hubungan kalimat. Hal ini penting
karena pemenggalan kalimat sangat mempengaruhi makna dan arti sebuat pernyataan.
4. Diksi
Diksi merupakan pilihan kata yang digunakan pewara dalam memandu acara. Kata-kata yang digunakan hendaknya tepat, jelas, dan bervariasi. Selain itu,
hendaknya pewara menggunakan kata-kata yang sudah dikenal akrab di telinga masyarakat. Hal tersebut untuk mempermudah pendengar dalam memahami.
5. Intonasi
Intonasi menyangkut empat hal, yaitu tekanan, nada, tempo, dan jeda. Tekanan menyangkut keras lemahnya suara, sedangkan nada berkaitan dengan
tinggi rendahnya suara. Tempo berhubungan dengan cepat lambatnya berbicara, sedangkan jeda menyangkut perhentian. Keempat hal tersebut harus dipahami
secara serasi untuk memperoleh intonasi yang baik dan menarik. 6.
Menggunakan kalimat efektif Kalimat efektif adalah kalimat yang mengandung unsur pesan yang jelas.
Kejelasan kalimat efektif terbukti jika pendengar dapat memahami apa yang dikatakan oleh pewara.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa faktor kebahasaan yang perlu diperhatikan pewara, yaitu 1 kejelasan lafal, 2 pemilihan kata atau diksi,
3 intonasi, dan 4 penggunaan kalimat efektif.