34 lembaga sosial.
46
Bangsa Indonesia dapat berperan aktif dalam perkembangan pers, yakni mendukung semangat nasionalisme bangsa.
B. Proses Berdirinya IPPHOS
1. Tokoh-tokoh Pendiri IPPHOS
a. Alex Mendur
Alex Mendur memiliki nama lengkap Alexius Impurung Mendur. Alex Mendur dilahirkan pada tanggal 7 November 1907 di Kawangkoan, Kabupaten
Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara. Alex Mendur merupakan putra dari August Mendur dan Ariance Mononimbar. Alex Mendur adalah anak tertua dari 11
bersaudara. Diceritakan bahwa sewaktu Ariance Mononimbar mulai mengandung anaknya yang pertama, tidak ada tanda-tanda yang istimewa. Ariance pun tetap
sehat-sehat saja, beliau tidak menyadari bahwa kelak ia akan melahirkan anak yang pada masa dewasa akan sangat berperan bagi dunia pers, khususnya di
Indonesia. Setelah sembilan bulan kandungannya, lahirlah seorang bayi laki-laki
yang mungil.Bayi mungil tersebut ialah Alex Mendur.
Kehidupan Alex Mendur saat beranjak remaja seperti kebanyakan anak seusianya. Ayahnya yang hanya bekerja sebagai petani dan pedagang,
menginginkan Alex mendapatkan bekal pendidikan yang tinggi. Pada usia 6 tahun, Alex dimasukkan ke sekolah yang bernama Volkschool Gouvernement.
Menurut Abraham Assa, teman sekolah dan teman sepermainan Alex Mendur disebutkan bahwa, ia lebih rendah satu kelas dari Alex Mendur. Ia orangnya rajin
46
Jakob Oetama, op.cit., hlm. 78.
35 dan pandai, periang, suka berkelakar dengan teman-temannya dan selalu gembira,
cekatan dalam segala hal dan situasi, penurut dan patuh pada perintah kedua orang tuanya. Watak Alex diturunkan dari ayahnya yang keras dan disiplin. Sampai pada
tahun 1918, pada usia11 tahun, Alex menyelesaikan sekolahnya.
Pada waktu sekolah, Alex sangat senang mendengarkan pelajaran ilmu bumi, karena Guru yang mengajarkan pelajaran itu bisa menerangkan, sehingga
menarik bagi yang mendengarkannya. Begitu pula Alex tertarik mengenai peta- peta bumi dan kepulauan yang ada di Indonesia, terutama tanah Jawa. Oleh karena
itu, ketika mendengar ada saudaranya datang dari tanah Jawa, Alex gembira sekali dan ia ingin pergi kesana. Saudara Alex tersebut bernama Anton Nayoan, ia
berasal dari Desa Tondegesan, Kecamatan Kamangkaoan. Bapak Nayoan di Jawa pada masa itu masyarakat luar Jawa menyebut Batavia dengan sebutan Jawa
sudah bekerja sebagai karyawan pada perusahaan Belanda yang menjual alat-alat dan bahan-bahan keperluan dan perlengkapan fotografi. Mendengar bahwa Alex
akan pergi ke tanah Jawa, orang tua Alex keberatan. Pasalnya pada waktu itu Alex belum cukup umur dan masih terlalu muda untuk pergi jauh-jauh, tetapi Anton
dengan sabar membantu menjelaskan maksud dan tujuan Alex pergi, pada akhirnya dengan perasaan berat orang tua Alex mengikhlaskan kepergian Alex ke
tanah Jawa.
Pada usia 25 tahun, tepatnya pada tahun 1932, Alex Mendur diterima bekerja pada harian De Java Bode sebagai wartawan foto. Pada waktu itu di
Jakarta, juru potret hanya sedikit yakni sekitar tiga orang. Di antara tiga orang tersebut Alex merupakan satu-satunya orang Indonesia, dan dua yang lain adalah
36 orang Belanda. Alex Mendur bekerja di De Java Bode tidak lama, hanya tiga
tahun dari 1932-1935, tetapi bekerja di De Java Bode banyak pengalaman yang tidak dapat dilupakan dan merupakan kenang-kenangan tersendiri bagi Alex.
Setelah tahun 1936, Alex bekerja di KPM, meskipun Alex hanyalah tamatan Sekolah Rakyat, namun karena kedekatannya dengan Presiden Direktur KPM,
Meneer Evert, Alex dapat bekerja di KPM. Di KPM, Alex ditempatkan pada
bagian publikasi dan reklame.
Pada saat Jepang melaksanakan invasinya di Indonesia, yakni tahun 1942, keadaan di Indonesia sangat kacau. Hal ini mengakibatkan pula pada kehidupan
Alex Mendur. Di masa awal penjajahan Jepang kehidupan Alex Mendur dan keluarganya mengalami masa suram.Para pemuda termasuk Alex ikut kedalam
barisan propaganda dan pelopor. Alex kemudian ditunjuk oleh pemerintah Jepang untuk bekerja sebagai kepala bagian fotografi kantor berita Domei. Dalam
perkembangan pekerjaannya tersebut memberikan peluang akses bagi Alex untuk lebih banyak bekerja sebagai wartawan foto guna melakukan dokumentasi
terhadap setiap peristiwa yang terjadi di Indonesia pada masa itu. Foto Alex Mendur dapat dilihat pada gambar 2 yang terdapat pada lampiran.
b. Frans Soemarto Mendur