50 kemerdekaan yang luput dari rekaman IPPHOS.
78
Untuk menyebarluaskan rekaman gambar IPPHOS tersebut, perluasan kantor cabang adalah sarana yang
digunakan oleh Frans Mendur dan kawan-kawannya.
3. Hubungan dengan Pemerintah
Geliat usaha Alex Mendur dan rekan-rekannya di Kantor Berita Foto IPPHOS tidak semudah dengan apa yang terlihat dari kebesarannya saat ini.
Berbagai kendala sempat menerpa tumbuh kembangnya IPPHOS. Berkaitan dengan hubungan kantor berita ini dengan pemerintah tidak dapat terlepas dari
tokoh dan pihak yang berpengaruh pada saat itu. Di tahun 1945, saat proklamasi dan tahun-tahun revolusi kemerdekaan IPPHOS masih mendapat tekanan dari
pihak luar, baik itu Jepang maupun Belanda. Pemerintah Indonesia yang dipimpin oleh Presiden Soekarno memberikan ruang lebih bagi IPPHOS. Bung Karno dan
pemimpin-pemimpin bangsa Indonesia sangat mengapresiasikan perjuangan wartawan foto seperti Alex Mendur, sehingga IPPHOS mampu mendapatkan
ruang serta mendapatkan lisensi sebagai instansi sebuah perseroan terbatas atau disingkat PT. Berkat peran pemerintah yang melancarkan jalan IPPHOS tersebut,
maka kantor berita dapat berdiri di bawah perlindungan pemerintah. Hal tersebut tidak lantas membuat tekanan pihak luar menghilang.Terkadang masih saja pihak
Belanda yang saat itu ingin menjajah kembali Indonesia, menghalang-halangi wartawan foto IPPHOS dalam mengambil gambar. Meskipun begitu perjuangan
mereka tidak surut, ini dikarenakan semangat mereka dalam memperjuangkan
kemerdekaan melalui foto perjuangan.
78
Wiwi Kuswiah, op.cit.,hlm. 29.
51 Pada waktu Bung Sjahrir menjadi Perdana Menteri, kedudukan IPPHOS
menjadi tambah kuat. Hal ini disebabkan karena Bung Sjahrir menginginkan semua kegiatan pemerintah diabadikan dan Alex Mendur menjadi salah satu sosok
yang diharapkan beliau.
79
Untuk itu Alex Mendur selaku pemimpin IPPHOS menjadi lebih dekat dengan para pejabat seperti Presiden Soekarno, Mohammad
Hatta, hingga Alex Kawilarang. Mengenai kedekatan dengan Perdana Menteri Sjahrir, Alex Mendur dan Sutan Sjahrir telah saling mengenal sejak zaman
penjajahan Jepang, pada masa itu Sjahrir masih menjadi pemuda pejuang kemerdekaan. Bahkan Alex Mendur pernah menetap tinggal di rumah Bung
Sjahrir di Jalan Maluku No. 19, Jakarta, kurang lebih pada tahun 1946-1950. Karena saat itu Bung Sjahrir sakit dan harus berobat keluar negeri, Swiss.
Rumahnya yang kosong tidak ada yang menempati, dan atas kebijaksanaan
pemerintah, keluarga Alex Mendur diperkenankan menempati rumah tersebut.
Di masa Ibu kota Republik pindah ke kota Yogyakarta, perjuangan bangsa Indonesia mencapai pengakuan kedaulatan dari Belanda semakin mencapai pada
puncaknya. Alex Mendur dan kawan-kawan yang ikut meliput peristiwa di sana pun merasakan kehangatan dari Raja Kesultanan Yogyakarta, Sri Sultan
Hamengku Buwono IX. Foto Frans Mendur bersama beberapa kerabatnya di depan kantor IPPHOS cabang Yogyakarta terdapat pada gambar 4 di lampiran.
Keselamatan IPPHOS banyak dipengaruhi oleh peran Sultan Hamengku Buwono IX. Beliau memberi pengertian kepada Belanda supaya IPPHOS tidak diganggu
selama melakukan dokumentasi peristiwa revolusi. Di samping itu, juga dari
79
Idem.
52 polisi yang mengerti akan kedudukan IPPHOS sebagai kantor yang
mengumpulkan foto-foto.
80
Begitu pula kantor-kantor cabang IPPHOS di daerah mengalami bantuan dari pemerintah dan masyarakat daerah setempat. Hubungan
baik antara Alex Mendur dan kawan-kawan dengan Sri Sultan terus berlangsung, bahkan Raja Yogyakarta tersebut bersedia dibuatkan foto-foto pribadi lalu untuk
kemudian diperbanyak. Hal tersebut membuat sedikit demi sedikit dana untuk kelangsungan hidup IPPHOS berhasil dikumpulkan. Foto-foto tersebut yang
kemudian disebarluaskan ke daerah-daerah hingga banyak pihak yang bersedia membeli foto mereka, baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri.
Pada masa perjuangan kemerdekaan, Alex Mendur dan kawan-kawan menjalin hubungan kerabat dengan beberapa tokoh penting. Dalam ceritanya,
Alex mengungkapkan persahabatannya dengan Alex Kawilarang, pemimpin pasukan tentara nasional. Pada awal tahun 1946, ketika Alex sedang meliput
peristiwa, ia mendapat hadangan dari rakyat pejuang. Hal tersebut dikarenakan Alex ketahuan membawa kamera, sedangkan rakyat menganggap yang memiliki
kamera hanyalah orang Belanda. Alex pun diserbu oleh mereka yang menganggapnya sebagai mata-mata Belanda, lalu datang Alex Kawilarang yang
menenangkan dan menjelaskan para pejuang tersebut. Alex Kawilarang menghampiri Alex Mendur sambil berbincang-bincang, melepas rindu. Melihat
hal tersebut, masyarakat yang tadinya mengurung Alex Mendur perlahan pergi menjauh meninggalkan Alex Mendur.
81
80
Ibid., hlm. 34.
81
Ibid., hlm. 31.
53 Hubungan antara IPPHOS dengan pemerintah memang dapat dikatakan
hanya Alex Mendur atau Frans Mendur saja yang memiliki hubungan lebih dekat dengan tokoh pemerintah. Kita tidak dapat meninggalkan peran anggota lainnya
seperti Justus bersaudara hingga Oscar Ganda, bahwa mereka juga berperan aktif dalam perkembangan IPPHOS. Ada pula Alex Mamusung bekerja sebagai juru
foto IPPHOS di daerah Makasar, yang memiliki peran yang tidak kalah penting. Liputan mereka dalam berita dan foto semakin mendongkrak reputasi IPPHOS
terutama dimata pemerintah. Saat perayaan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1951, pemerintah Republik Indonesia pun menganugerahkan bintang jasa kepada
Alex Mamusung.
82
Frans Umbas juga berperan dalam membangun mitra konsesi dagang yang menguntungkan. IPPHOS juga mendapat julukan “Raja Kertas”
karena menjadi penyalur untuk berbagai surat kabar serta peralatan fotografi liford yang konsesinya mereka dapatkan dari Belanda. Selain itu mereka juga menjadi
penyalur tunggal tinta cetak “Tjemani”, pesawat radio merek Ralin, dan lampu pijar.
83
Dari sekian banyak konsesi dagang tersebut, foto menjadi ciri khas bagi IPPHOS di mata pemerintah dan masyarakat. Beberepa lembar foto lama menjadi
bukti kuat, bukan cuma tentang tingkat kemakmuran kantor berita, tetapi juga
kedekatan relasi mereka dengan para petinggi negara.
82
Yudhi Soerjoatmodjo, op.cit., hlm. 8.
83
Idem.
54
B. Hasil Foto Karya IPPHOS pada Masa Revolusi Kemerdekaan Indonesia