Peran IPPHOS pada MediaMassa Harian Merdeka

88

6. Peran IPPHOS pada MediaMassa Harian Merdeka

Surat kabar Merdeka merupakan salah satu media massa yang terdapat di Indonesia pada masa kemerdekaan. Pada tanggal 1 Oktober 1945, Harian Merdeka lahir sebagai salah satu surat kabar di Indonesia. Hanya berjarak 44 hari paska hari proklamasi kemerdekaan Indonesia. Terlebih lagi, pendiri Harian Merdeka adalah putera pribumi, dimana pada masa tersebut surat kabar merupakan sarana dan alat perjuangan yang sangat baik dalam mengobarkan semangat kemerdekaan. Harian Merdeka dengan keyakinan sendiri yang murni, memberikan tugas sejarah pada diri sendiri sebagai “Suara Rakyat Republik Indonesia”.Tidak bermata empat dan tidak berlidah dua tugas sejarah ini, sejak Harian Merdeka dilahirkan. Setiap media massa yang menyiarkan kejadian dalam perkembangan sesuatu, baik bangsa dan negara ataupun pabrik, berarti membuat jurnal, catatan harian tentang sejarah negara dan bangsa itu. Di samping tugas sejarah ini, yang diterima oleh prajurit-prajurit pena dalam gugusan wartawan Harian Merdeka, ia juga membentuk pikiran dan pendapat untuk masyarakat Republik Indonesia yang sedang dibangun, dibentuk, dan disempurnakan. Pembentukan pikiran dan pendapat ini sangat diperlukan, agar bangsa Indonesia yang telah berani melaksanakan cita-cita leluhurnya, membentuk kembali negara dan mengusir bangsa asing yang menguasai dan menjajahnya selama ratusan tahun, memperoleh dorongan dan keberanian moril mempertahankan hasil perjuangan pemimpin- pemimpin nasional Indonesia yang telah berlangsung sejak lama. 89 Harian Merdeka memulai perannya dengan menyelesaikan kericuhan tentang siapa yang berani membela proklamasi dan siapa yang berpaling dari padanya. Surat kabar ini mempertaruhkan segalanya untuk membela proklamasi. Tidaklah berlebihan jika surat kabar yang masih jabang bayi, ketika itu, dikategorikan sebagai surat kabar nasionalis dalam arti sesungguhnya. Ia, surat kabar itu, memegang keyakinan Pancasila. Tentang Pancasila, B.M. Diah mendengar sendiri dari sang penggali, Ir. Soekarno, pada sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI, tanggal 1 Juni 1945. 109 Dalam pelaksanaan tugasnya sehari-hari, Harian Merdeka selalu mewarnai surat kabar nusantara. Penggerak Harian Merdeka belum tentu semuanya adalah kalangan professional, namun hal ini tidak menghalangi jalannya penyebaran berita melalui media massa ini. Terlebih pada masa kemerdekaan, suasana perjuangan untuk mempertahankan proklamasi kemerdekaan sudah barang tentu mengharuskan pimpinan Merdeka bersifat kolegial.Hal ini diakui oleh B.M. Diah. Secara resmi, surat kabar ini sejak mula memang dipimpin oleh B.M. Diah. Peranan tokoh-tokoh lain seperti R.M. Winarno, Rosihan Anwar, Moh. Soepardi, Soetomo, Dal Basa Pulungan, Darmawidjaja, Soemarto Frans Mendur, Alex Mendur, M.T. Hutagalung, M. Husin, D.M. Jahja, M. Saleh Machmud, Ahmad Tjokroaminoto, dan lain-lain, pada awal kelahiran Merdeka tidaklah sedikit. 110 Ibarat kapal laut, B.M. Diah adalah kaptennya, Winarno jurumudi, Rosihan Anwar jurumesin, lain-lainnya perwira kapal. Satu sama lain harus kerja sama. Jika tidak, kapal tidak akan bisa jalan. 109 J R Chaniago, Ditugaskan Sejarah Perjuangan Merdeka 1945-1985, Jakarta, Merdeka Sarana Usaha, 1987, hlm. 2. 110 Ibid., hlm. 11. 90 Tengah hari, 1 Oktober 1945, edisi pertama Merdeka telah selesai di cetak dan didistribusikan. Alex Mendur dan Frans Mendur merupakan dua bersaudara yang ikut terjun dalam Harian Merdeka tersebut. Tidak lain tugas mereka adalah juru foto surat kabar. Sementara itu, sampai 12 bulan kedepan ketika akhirnya mereka mendirikan IPPHOS bersama Umbas bersaudara, Alex dan Frans Mendur bergabung bersama Harian Merdeka sebagai fotografer utama dari salah satu koran “kiblik” paling bergengsi pada zamannya. Dengan begitu, para juru foto dan kamera “kiblik” sudah melalui satu setengah bulan pertama yang paling menegangkan juga produktif dalam karir mereka. Mereka mengambil inisiatif hanya dalam hitungan hari bahkan jam, setelah Soekarno menyatakan bangsanya merdeka. Mereka rebut lewat tipu daya, dan kalau perlu juga dengan kekerasan, segala yang mereka butuhkan untuk bekerja dan revolusi sebelum selembar koran pun terbit atau sebelum satu pun sarana publik dikuasai pemuda bahkan dalam kasus Harian Merdeka, koran itu baru bisa terbit setelah Frans Mendur turut terlibat untuk merampasnya. 111 Mengenai pekerja didalam surat kabar Harian Merdeka, keinginan untuk tidak mencantumkan nama pengasuh nampaknya menjadi ciri lain mereka. Pada akhir tahun 1945 pernah disebutkan pembagian kerja di antara mereka: B.M. Diah sebagai ketua, Rosihan Anwar sebagai redaktur umum, Moh. Soepardi sebagai redaktur dalam negeri, Ahmad Tjokroaminoto sebagai pengatur tata letak, Ramela sebagai Karturis. Tenaga redaksi terdiri dari: Dal Basa Pulungan, Soetomo Darmawidjaja, M.T. Hutagalung, D.M. Jahja, M. Salim Machmud, M. Husin. 111 Yudhi Soerjoatmodjo, op.cit., hlm. 14. 91 Bagian foto: H.B. Angin, Alex Mendur, Frans Mendur, Abdul Salam. 112 Dapat kita ketahui bersama bahwa Mendur bersaudara telah memberikan sumbangsih bagi Harian Merdeka. Meskipun sebagian besar kontribusi Mendur bersaudara hanyalah sebagai penyalur foto berita, namun kita dapat menilai bahwa hal tersebut sangat besar manfaatnya bagi Harian Merdeka dan masyarakat yang membaca surat kabar tersebut. Frans Mendur yang bukan Cuma berjasa merebut percetakan de unie, tetapi juga menyiapkan edisi pertama Harian Merdeka, otomatis mendapat tempat di surat kabar yang diawaki B.M. Diah dan Rosihan Anwar itu. Alex yang memilih untuk bergabung bersama sang adik di Harian Merdeka, malah meninggalkan jabatan Kepala Bagian Foto Antara yang ia pegang hingga September 1945.Ditinjau dari kaca mata profesi, pilihan Alex dan Frans Mendur untuk menjadi juru foto di Harian Merdeka sebetulnya tidaklah buruk. Bukankah bekerja di sebuah koran menjadi suatu jaminan bahwa karya-karya mereka dapat diterbitkan secara teratur. Disisi lain, memutuskan bekerja untuk sebuah lembaga partikelir juga berarti mengambil berbagai resiko terkait dengan keuangan dan keamanan, dan memang itulah yang terjadi. Bagi Alex dan Frans Mendur masa satu tahun mereka di Harian Merdeka menjadi periode yang penuh dengan liputan eksklusif tapi tampaknya juga jauh dari ideal. Ketika bulan Oktober tahun 1945 berakhir, jumlah foto Alex dan Frans Mendur yang diterbitkan Harian Merdeka pun tidak lebih dari setengah lusin, ini berarti rata-rata satu foto setiap lima hari. Foto-foto proklamasi kemerdekaan yang 112 J. R. Chaniago, op.cit., hlm. 12. 92 begitu penting makna historisnya dan yang diselamatkan Frans Mendur dari kejaran Jepang dengan begitu susah payah, malah baru mereka terbitkan pada tanggal 19 dan 20 Februari 1946, itu pun tanpa menyebutkan nama Frans Mendur sebagai fotografer yang membuatnya.

C. Hasil Foto IPPHOS Menurut Sisi Pandang Fotografi

Hasil karya wartawan foto IPPHOS berupa foto yang memiliki nilai sejarah tinggi. Dari sekian banyak foto milik Kantor Berita Foto IPPHOS yang telah dipublikasikan, ternyata masih ada ribuan foto yang masih tersimpan di arsip.Sebagian besar foto IPPHOS yang sudah sering kita lihat di media massa maupun media elektronik, merupakan rekaman tentang manusia biasa melakukan kegiatan biasa di tengah-tengah pusaran revolusi: bekerja, berdansa, bersolek, mengantre di bioskop, hingga menonton pertandingan. Memang kita ketahui bahwa hasil karya foto IPPHOS yang paling terkenal adalah foto-foto peristiwa pada masa revolusi kemerdekaan. Dimana sangat jelas ketika kita lihat foto tersebut, kita dapat menangkap makna foto tersebut meskipun belum membaca keterangan foto terlebih dahulu. Disitulah kejelian IPPHOS dalam mengambil foto. Mereka tahu bahwa untuk setiap lelaki yang pergi memanggul bedil bakal ada yang terus mencangkul sawah. Musisi bakal terus mengiringi pedansa yang barang sejenak ingin melupakan perang, mantra cacar tetap berkeliling dan memvaksin rakyat, hingga mahasiswa yang rela diplonco demi mengenyam pendidikan. 113 Bagi IPPHOS, kemauan untuk hidup itu tidak pandang bulu, dari 113 Yudhi Soerjoatmodjo, op.cit., hlm. 138.