atau informasi dengan cara yang lebih konkret daripada yang disampaikan dengan kata-kata yang diucapkan, dicetak atau ditulis.
Sebab itu alat-alat audio visual dapat membuat suatu pengertian atau informasi menjadi lebih berarti. Siswa lebih mudah dan lebih cepat
belajar dengan melihat alat-alat sensori seperti gambar, bagan, contoh barang atau model. Dengan melihat dan sekaligus mendengar, orang
yang menerima pelajaran dapat lebih mudah dan lebih cepat mengerti tentang apa yang dimaksud. 2 Alat-alat audio visual mendorong
keinginan untuk mengetahui lebih banyak. Dorongan itu adalah dari pemindahan suatu ide dari pikiran seseorang kepada orang lain. Alat-alat
audio visual memberi dorongan dan motivasi serta membangkitkan keinginan untuk mengetahui dan menyelidiki, yang akhirnya mengarah
kepada pengertian yang lebih baik. 3 Alat-alat audio visual mengekalkan pengertian yang didapat, salah satu penyebab utama dari tidak efisiennya
cara belajar dan berkomunikasi adalah bahwa manusia pelupa. Sumiati dan Asra 2007: 164 juga mengatakan bahwa alat-alat audio visual tidak
saja menghasilkan cara belajar yang efektif dalam waktu yang lebih singkat, tetapi apa yang diterima melalui alat-alat audio visual lebih lama
diingat dan tahan lama sehingga untuk mengungkapkan kembalinya akan lebih cepat dan tepat.
2. Hasil Belajar Siswa pada Materi Ekosistem
1 Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif
Hasil belajar siswa ranah kognitif berupa hasil post-test siswa setelah pembelajaran siklus I dan siklus II. Berdasarkan data kognitif pada
tabel 4.10 maka perkembangan kognitif pada siklus I dan siklus II terdapat pada gambar 4.13 dalam grafik berikut ini.
Gambar 4.13 Grafik Perbandingan Nilai Kognitif Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan gambar 4.13 hasil post-test siklus I dan post-test siklus II yang mengalami peningkatan. Dari yang semula rata-ratanya adalah 82,92
menjadi 87.41 sehingga meningkat 4,49. Sedangkan jumlah siswa yang
mencapai KKM dari 75 menjadi 96,43 sehingga meningkat sebanyak 21,43 pada siklus II.
Hasil post-test siswa pada siklus I mencapai rata-rata kelas yaitu 82,92 dan 75 siswa tuntas atau telah mencapai nilai KKM. Dari hasil yang
diperoleh dalam siklus I tersebut dapat dikatakan sudah mencapai indikator yang ditargetkan peneliti. Karena indikator yang ingin dicapai adalah nilai
75 untuk rata-rata kelas dan 70 untuk ketuntasan siswa untuk mencapai nilai KKM. Hal tersebut menunjukkan penelitian pada siklus I ini telah
berhasil mencapai indikator yang ditentukan sehingga penelitian pada siklus I ini telah berhasil. Namun peneliti ingin lebih memaksimalkan hasil belajar
siswa dan kondisi kelas dalam pembelajaran siklus II. Karena dalam pembelajaran sikuls I peneliti masih menemukan kendala misalnya ada
anggota kelompok yang ngobrol saat diskusi atau mengganggu temannya sehingga kelas menjadi ribut dan tidak memperhatikan kelompok yang
presentasi. Pada penelitian siklus II nilai rata-rata post-test siswa adalah
87,41 dan ketuntasan belajar siswa yang mencapai KKM adalah 96,43. Dari hasil tersebut sehingga siklus II ini hasil belajar kognitif siswa secara
keseluruhan juga telah mencapai target yang telah ditetapkan. Oleh karena itu penelitian siklus II dapat dikatakan berhasil karena telah melebihi target
ketercapaian dan juga mengalami peningkatan dari siklus I. Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa penelitian ini sudah
berhasil meningkatkan nilai kognitif siswa. Hal ini terbukti dari hasil post- test siswa yang telah mengalami peningkatan pada siklus II, dapat dilihat
dari rata-rata kelas maupun dari persentase siswa yang mencapai KKM. Peningkatan hasil belajar pada siklus II ini juga dipengaruhi oleh suasana
pembelajaran yang
lebih kondusif
dibandingkan dengan
siklus I.
Pembelajaran pada siklus II, peneliti belajar dari apa yang terjadi dalam siklus I yaitu harus lebih tegas dan mengelola waktu lebih baik dan
membagi siswa dalam kelompok baru berdasarkan hasil belajar post-test I. Sehingga dalam siklus II peneliti dapat mengelola kelas dan mengelola
waktu dengan baik. Keadaan kelas yang lebih kondusif dan pengelolaan waktu lebih baik, serta pembentukan kelompok baru yang membawa
dampak positif, oleh karena itu siswa di kelas bisa lebih tenang, konsentrasi dan bisa menyerap pembelajaran dengan baik dari pada sebelumnya.
Perubahan sikap belajar siswa sangat berpengaruh pada peningkatan hasil belajarnya. Hal tersebut karena siswa merasa tertarik pada media audio
visual dan pada saat pemutaran media tersebut siswa di kelas lebih tenang, konsentrasi untuk memperhatikan, menyimak dengan baik dan menyerap
pembelajaran melalui media tersebut. Oleh karena itu, menghantar siswa lebih memahami materi yang dipelajari sehingga banyak siswa yang
memperoleh nilai di atas rata-rata pada hasil post-test. Untuk siswa yang memperoleh nilai dibawah rata-rata ditanya pada saat wawancara, mereka
mengakui bahwa media audio visual sangat membantu dalam memahami materi dalam pembelajaran, namun ada video atau animasi yang pergantian
antara slide yang satu dengan lainnya terlalu cepat sehingga mereka kesulitan dalam menyimak dan mencatat poin-poin penting. Dan mereka
juga mengakui bahwa dalam menyelesaikan post-test, waktu yang diberikan tidak cukup atau kurang sehingga tidak teliti dalam menjawab
soal dan kadang ada yang belum terjawab. Meskipun demikian nilai terendah pada siklus II meningkat dari siklus I adalah 47,82 menjadi 56,81.
Dari data dan pernyataan dari siswa dalam wawancara, membuktikan dan menunjukkan bahwa penggunaan media audio visual dalam pembelajaran
dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar ini
disebabkan karena media yang menarik dan telah merangsang pikiran, perasaan, minat, dan perhatian siswa sehingga siswa lebih mudah untuk
mengingat materi yang disampaikan melalui media. Selain itu juga karena media audio visual memiliki kelengkapan ganda sehingga siswa dapat
mendengar sekaligus melihat materi yang dipelajari sehingga materi yang disampaikannya cepat dan mudah diingat.
2 Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif
Hasil belajar siswa ranah afektif, dapat dilihat dari hasil observasi yang dilakukan selama pembelajaran berlangsung. Persentase
hasil belajar siswa dalam ranah afektif pada siklus I maupun siklus II adalah 100 tergolong dalam kategori tinggi. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa dari siklus I siswa telah memiliki sikap yang baik dalam pembelajaran. Persentase aspek afektif siklus I dan siklus II dapat
digambarkan pada grafik berikut.
Gambar 4.14. Grafik Presentase Ranah Afektif Siklus I dan II
Dari hasil analisis perhitungan prosentase ranah afektif pada tabel 4.11 menunjukan sejak dari siklus I ranah afektif termasuk dalam kategori
tinggi yaitu 100. Meskipun demikian, peneliti mengamati sikap belajar siswa kelas VII Love pada siklus II lebih bersemangat dan konsentrasi,
lebih memperhatikan penjelasan, lebih sering mencatat point-point penting saat pembelajaran, lebih aktif dalam menanggapi pembahasan pelajaran,
mengerjakan LKS dengan serius, aktif dalam diskusi dan lebih bisa mendengarkan pendapat teman ketika berdiskusi, antusias mengerjakan
tugas yang diberikan, lebih percaya diri, tidak merasa bosan dan lebih memperhatikan kelompok lain yang presentasi, serta lebih tertarik dalam
pembelajaran dengan menggunakan media audiovisual. Dari hasil prosentase observasi pada ranah afektif, membuktikan
bahwa media audiovisual dapat meningkatkan ranah afektif siswa dalam pembelajaran. Pembelajaran dengan menggunakan media audio visual
siswa merasa tidak bosan, lebih bersemangat, dan membangkitkan rasa ingin tahu siswa serta semangat mencatat poin-poin penting yang
disampaikan oleh
peneliti melalui
media, sehingga
saat evaluasi
pembelajaran banyak siswa yang dapat mengerjakan soal dengan teliti dan mencapai ketuntasan.
Pada Siklus I peneliti menemukan beberapa kendala diantaranya siswa sering mengobrol hal-hal lain diluar materi atau mengganggu
temannya, kurang memperhatikan kelompok lain yang sedang presentasi dan kadang terlalu aktif bertanya sehingga suasana kelas kurang kondusif
dan waktu melebihi yang direncanakan. Oleh karena itu, dalam siklus II kendala-kendala tersebut dapat diatasi dengan solusi peneliti mengacak
ulang kelompok siswa, lebih tegas terhadap siswa dan mengelola waktu serta membatasi jumlah pertanyaan. Pada siklus II peneliti mengacak
kelompok siswa sehingga jumlah maupun anggota kelompok siswa pada siklus II berbeda dengan siklus I. Dengan kelompok siswa yang berbeda
tersebut sehingga kendala atau kekurangan dapat ditangani pada siklus II. Peneliti menganalisis bahwa, dengan pengacakan kelompok pada siklus II
membawa dampak positif kepada siswa. Karena siswa lebih konsentrasi ketika pemutaran video atau animasi dengan mencatat poin-poin penting
dari media, aktif dalam diskusi, lebih percaya diri saat presentasi, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, ada yang mau bertanya jika kurang jelas dan
kelas lebih kondusif. Sehingga pembelajaran pada siklus II lebih optimal dan hasil belajar siswa mencapai target penelitian yang telah ditetapkan.
Jadi, untuk penelitian selanjutnya diharapkan memperhatikan dinamika kelompok siswa terlebih dalam pembagian kelompok siswa agar tetap
bersemangat dan antusias dalam pembelajaran.
89
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitiaan yang telah dilakukan di SMP Joannes Bosco Yogyakarta membuktikan bahwa penggunaan media audiovisual
dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa baik kognitif maupun afektif. Hasil belajar ranah kognitif siklus I untuk rata-rata adalah 82,92
meningkat pada siklus II yaitu 87,41. Sedangkan prosentase jumlah siswa yang mencapai KKM pada siklus I yaitu 75 meningkat pada siklus II
menjadi 96,43. Hasil belajar siswa ranah afektif pada siklus I maupun siklus II adalah 100 tinggi. Siswa juga memiliki 100 motivasi yang
baik dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa penggunaan media audiovisual dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VII Love SPM Joannes Bosco Yogyakarta pada
Materi Ekosistem.
B. Kendala Penelitian
Secara umum penelitian berjalan dengan lancar. Perhitungan waktu yang dirancang peneliti diawal ternyata kurang sesuai dengan
perhitungan waktu sekolah. Karena terbentur dengan Libur hari raya, Try out dan UN untuk kelas IX, kegiatan live in, Rapat kerja bapa ibu guru.