Kepemimpinan Abah AJ Periode Kepemimpinan di Kasepuhan 1. Kepemimpinan Abah JSN
57 diungkapkan oleh Bapak Dede Mulyana selaku panasehat Abah ASNKasepuhan
SRI sebagai berikut: “Pas Abah AJ memimpin Kasepuhan segala aturan adat dikuatkan
kembali, dan incu-putupun merasa senang dengan hal itu, Abah AJ sangat tegas pas memimpin. Dan Abah AJ mempunyai 2 dua
orang Istri, kedua-duanya dar
i kalangan kasepuhan.” Awal Perpecahan Kasepuhan
Abah AJ mempunyai dua orang Ambu istri. Pada umumnya para Abah Kasepuhan memiliki lebih dari satu Ambu. Prinsip menikahi lebih dari satu istri
disamping untuk memperbanyak keturunan, juga untuk mencari pemimpin Abah kelak. Sehingga sudah menjadi hal yang biasa dan tidak dilarang dalam aturan
Kasepuhan. Melaksanakan pernikahan lebih dari satu buat Abah yang penting mendapat izin oleh Ambu agar tidak terjadi perselisihan dikemudian hari dan
reaksi dari incu-putu menilai bahwa memiliki istri dari satu tidak menjadi masalah
yang penting bagaimana bisa berlaku adil.
Demikin juga yang dilakukan oleh seorang Abah AJ yang mempunyai dua Ambu istri. Dari Ambu pertama dikaruniai bapak Uum Sukma Wijaya kelahiran
tahun 1939, Ibu Nyai Sukinten dan Bapak Ujat Sudjati kelahiran tahun 1945. Serta dari Ambu yang kedua dikaruniai anak laki-laki bernama Bapak
EncupAnom lahir tahun 1966. Kasepuhan yang dipimpin oleh Abah AJ yang begitu kuatnya memegang
teguh akan aturan-aturan adat terutama dalam pengelolahan sumber daya pertanian dan bertepatan dengan program pemerintah BIMAS akan tetapi tidak
begitu mudah diterima dalam masyarakat Kasepuhan karena dinilai dalam penanaman padi hanya dapat dilakukan sekali setahun. Hal tersebut sesuai dengan
falsafah dalam pengelolahan sumber daya pertanian di Kasepuhan “IBU BUMI, BAPAK LANGIT, TANAH RATU”.
Pemerintah melalui Dinas Pertanian di Kabupaten Sukabumi tidak kehilangan akal untuk merealisasikan program pembangunan dibidang pertanian
tersebut, sehingga pemerintah menarik anaknya Abah AJ untuk menjadi Kepala Desa di Desa Sirnaresmi dan Bapak Ujat Sudjati menjadi Kepala Desa guna
memuluskan program pemerintah nantinya.
58 Pada Tahun 1985 Abah AJ meninggal dunia. Pimpinan Kasepuhan
Ciptarasa digantikan oleh Bapak Encup. Pada tahun 1985 Abah Encup memimpin Kasepuhan Ciptarasa karena memang mempunyai persyarakatan pemimpin di
Kasepuhan, serta mendapatkan wangsit, hal tersebut juga dapat disetujui restui pula oleh Bapak Uum Sukmawijaya dan Bapak Ujat dari Istri pertama Abah AJ.
Ketika Kasepuhan dibawah pemerintahan Abah Encup Kasepuhan berpindah tempat karena mendapatkan wangsit di kampung Cipta Gelar dan
Kasepuhan pun dinamakan Kasepuhan CGR. Selang beberapa bulan Bapak Encup menjadi dinobatkan menjadi Abah, Bapak Ujat mendapatkan Wangsit menurut
Bapak Ujat dan Saudaranya mendeklarasikan untuk mendirikan Kasepuhan di Sirnaresmi, maka beliau menjadi Abah di Kasepuhan Sirnaresmi. Lokasi
Sinaresmi sebagai pusat pemerintahan sebetulnya pernah di gunakan ketika pemerintahan Abah RSD Abah kedua. Dalam pandangan incu-putu Kasepuhan
bahwa tempat yang pernah dipakai seharusnya tidak boleh ditempati kembali karena akan mendapatkan musibahkawalatkabendon dari para leluhurnya.
Menurut Kang Dede Mulyana sebagai Panasehat Abah ASNmanyatakan bahwa Bapak Ujat menjadi Abah waktu itu karena adanya campur tangan
pemerintah untuk melanggengkan segala program-program dalam bidang pembangunan pertanian yang ketika pada kepemimpinan Abah AJ kurang begitu
diterima. Sehingga mencari celah dari segi kekuasaan. Berikut disajikan dalam Matriks 5.3. Peristiwa-peristiwa Nasional dan Lokal Kepemimpinan Abah AJ.
Matriks 5.3. Peristiwa-peristiwa Nasional dan Lokal Kepemimpinan Abah AJ
No SituasiKondisi
Ruangwaktu Dampak pada Kasepuhan
01 Penerapan Undang-
undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang
pemerintahan Desa Tahun 1982 masa
Orde baru terjadi konflik dengan
pemerintahan Desa Cikelat dengan
kepala Desanya bernama Usep
Nuryana 1.
Adanya dualisme kepemimpinan di
kampung tempat bermukimnya Kasepuhan
2. Menghindari konflik
terbuka dengan pihak Desa Cikelat, pusat
pemerintahan Kasepuhan di pindahkan ke kampung
Babakan Ciptarasa
02 Penetapan Babakan
Ciptarasa menjadi Sirnaresmi
Pada Tahun 1982, terjadi di kampung
Sirnaresmi yang disaksikan oleh pihak
-
59 pemerintah
03. Intervensi pemerintah
melalui Dinas pertanian Pada tahun 1983
guna mengubah sistem pertaninan
lokal penanaman padi 1 kali dalam
setahun, akan dijadikan 2 kali dalm
setahun dan menggunakan pupuk
kimia 1.
Abah AJ menolak dengan tegas karena
tidak sesuai dengan tatali paranti karuhun.
2. Anak Abah AJ yang
kedua yaitu Bapak Ujat diangkat dan didukung
oleh pemerintah menjadi Kepala Desa Sirnaresmi.
03. Setelah wafatnya Abah
AJ pemerintahan Kasepuhan di pegang
oleh Abah Encup anom
Pada tahun 1985, dan Abah Encup ini
adalah anak pertama dari Ambu istri
kedua Kasepuhan berpindah tempat
ke kampung Cipta Gelar dan kasepuhan bernama Cipta
Gelar karena mendapatkan wangsit
04. Bapak Ujat mengkliem
mendapatkan wangsit guna mendirikan
kasepuhan baru Pada tahun 1985
Abah UT meresa mendapatkan
wangsit dari leluhur untuk mendirikan
Kasepuhan meneruskan di
Kasepuhan Sirnarasa tempat Abah AJ
dahulu. 1.
Selama tiga tahun 1983-1985 sebelum
menajdi Abah, Bapak Ujat menjadi kepala
desa Sirnaresmi dan ketika menjadi
Abahpun masih menjabat kepala desa
yang mengakibatkan terjadi dua peran
dalam kepemimpinan antara desa dan
kasepuhan
2. Perpecahan tidak
dihindarkan di Kasepuhan sehingga
incu-putu terbelah akan panutan dan
kepatuhan terhadap Abah
Sumber: data primer diolah 2012
60