Perubahan Kepemimpinan dalam Menjaga Norma Adat Pergeseran Kelembagaan di Kasepuhan

81 pertama, selain juga mulai memperluas pintu bagi inovasi pertanian yang di amanatkan oleh pemerintah. Kepemimpinan Abah ASN norma-norma yang terdapat di tilu-sapamilu semakin mengendur seperti kehidupan berpindah-pindah kemudian berhenti digantikan dengan hidup menetap. Kepemimpinan Abah ASNkemurnian nilai-nilai Kasepuhan kemudian semakin melemah yang berdampak pada kelembagaan Kasepuhan.

7.3. Pergeseran Kelembagaan di Kasepuhan

Kelembagaan Kasepuhan yang di buat oleh para leluhur untuk ditaati baik oleh Abah maupun oleh incu-putunya, namun Abah juga dapat mempengaruhi dan menggeser kelembagaan seiring berkembangnya waktu terutama fungsi dan nilai dari sebuah lembaga adat yang ada di Kasepuhan. Abah memiliki sumber kekuasaan dalam memimpin Kasepuhan, sehingga masyarakat incu-putu patuh pada Abah, tetapi apabila salah satu sumber kekuasaan tersebut hilang maka incu- putu akan meninggalkannya kepatuhan pada Abah, karena Abah dinilai sudah melanggar tatali paranti karuhun sebagai falsafah kehidupan Kasepuhan, lihat Gambar 7.2. Kelembagaan Kasepuhan Ke pa tuhan M asyar aka t Ke pe mi mpi na n Sumber kekuasaan Keterangan : Mempengaruhi Situasi Gambar 7.2. Perubahan Kelembagaan pada tiap Kepemimpinan Kasepuhan Tatali Paranti Karuhun sebagai falsafah hidup masyarakat Kasepuhan tidak mempunyai sanksi yang tegas secara langsung apabila ada incu-putu yang 82 melanggar hanya berupa teguran. Menurut Marlina 2007 bahwa dalam masyarakat Kasepuhan melanggar norma hanya mendapatkan sanksi berupa teguran oleh pemimpin abah hal tersebut berlaku di seluruh Kasepuhan yang tergabung dalam Kasepuhan Adat Banten Kidul. Kasepuhan SRI adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Kesatuan adat Banten Kidul sehingga segala norma- norma yang ada tidaklah berbeda. 83

BAB VIII KEPATUHAN MASYARAKAT ADAT TERHADAP NORMA ADAT

KASEPUHAN 8.1. Kepatuhan Incu- putu Terhadap Norma Adat Kasepuhan Menyangkut kesetiaan dapat dilihat dari perilaku dan sikap incu-putu terhadap norma maupun pada pemimpin, sebagaimana tertuang pada: IBU BUMI, BABAK LANGIT, TANAH RATU, yang selalu dijalankan pada setiap kehidupan baik yang menyangkut pertanian maupun dalam kehidupan keseharian, bagaimana incu-putu kasepuhan menjaga akan segala aturan-aturan tersebut serta tilu- sapamilu, dua sakarupa, nu hiji eta-eta keneh yang selalu di junjung tinggi. Begitupun juga sebaliknya seorang Abah untuk mendapat kesetiaan atau ketaatan dari incu-putu masyarakat, maka pemimpin harus menjaga segala norma-norma adat : 1. Ibu Bumi, Bapak Langit, Tanah Ratu 2. Tilu-sapamilu Dua-sakarupa, Nu hiji eta-eta keneh 3. Menjaga Pancar pangawinan 4. Amanat Abah JSN Ulah paluhur-luhur tangtung, ulah pagirang-girang tapiana” jangan bertinggi-tinggi berdiri, dan jangan saling mendahuluiberebut dalam kekuasaan 5. Menjaga Imah-gede Nilai kesetiaan incu-putu terhadap pemimpinnya ini dapat digambarkan bagaimana kesetiaan Abah terhadap tatali paranti karuhun yang selalu diamalkan oleh setiap Abah; karena menjadi seorang Abah selain dari faktor keturunan, juga bagaimana mengerti mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam tatali paranti karuhun. Nilai kesetiaan tentu tidak dipaksakan, tapi berasal dari hati yang paling dalam keyakinan tiap individu incu-putu terhadap pemimpinnya. Untuk mendapat kesetiaan seperti ini maka orang yang disetiakan harus memiliki sifat- sifat mulia sebagaimana tertuang dalam Tatali Paranti Karuhun, juga harus bersih dari perbuatan ternoda, mampu menghilangkan hal-hal yang kotor, mampu mengayomi incu-putu, berprilaku baik, lemah-lembut dalam perkataannya dan berwibawa. 84 Bentuk kesetiaan masyarakat terhadap pemimpinnya dapat dilihat dari ketaatan masyarakat dalam menjalankan aturan-aturan Kasepuhan Tatali Paranti Karuhun dan keputusan-keputusan yang dibuat oleh Abah, dan ada perasaan malu dari setiap incu-putu apabila melanggar segala aturan adat Kasepuhan yang menyimpang dan takut terkena kabendon. Kepatuhan atau kesetiaan incu-putu masyarakat terhadap norma-norma adat Kasepuhan serta pemimpinnya akan terus terjaga selama pemimpin tidak menyimpang dari Tatali Paranti Karuhun. Hal ini terbukti masih kuatnya dengan menjalankan keputusan Abah sebagai pemimpin di Kasepuhan. Serta tercermin dalam membangun rumah, harus meminta izin kepada Abah terlebih dahulu, serta masih berbentuk rumah panggung. Pembangunan rumah panggung tersebut dipercaya oleh incu-putu bahwa mereka sudah melaksanakan prinsip tilu sapanulu, yang mana siku penyangga rumah berbentuk segitiga.

8.2. Dampak Perubahan Kepemimpinan Terhadap Kehidupan Incu-Putu

8.2.1. Berubahnya Gaya Hidup

Dampak dari masuknya pendidikan dalam legitimasi kekuasaan Abah ASNadalah arus modernisasi telah masuk dalam lingkungan Kasepuhan melalui teknologi yang mempengaruhi gaya hidup yang dilakukan oleh para elit Kasepuhan datang dari kalangan keluarga Abah yang sudah tidak memakai pakaian adat Kasepuhan kecuali ketika upacara adat seren-taun dan lebih memilih berpakaian modern, anak-anak Abah sangat minim mendapatkan pengetahuan tentang pertanian urat nadinya masyarakat Kasepuhan, dan sampai sekarang ini tidak melaksanakan pola hidup bertani huma sebagaimana yang telah di amanatkan oleh para leluhurnya, serta lebih memilih keluar dari Kasepuhan setelah menamatkan pendidikan di tingkat SMA dan kuliah guna mendapatkan pengalaman hidup. Perubahan gaya hidup dari aras teknologi adalah kepemilikan 1 satu buah mobil, motor serta yang paling mencolok adalah kepemilikan Hand Phone HP yang diawali dikalangan keluarganya, kemudian di tirukan oleh incu-putu sebagai tumbuhnya nilai-nilai materialisme kebendaan yang pantang dimiliki oleh pemimpin adat, saat kepemimpinan adat Abah ASNsudah tidak berlaku lagi.

Dokumen yang terkait

Upacara Adat Kenduri SKO (Studi Deskriptif di Desa Keluru, Kecamatan Keliling Danau, Kabupaten Kerinci)

18 180 93

Adaptasi lingkungan masyarakat kasepuhan dalam pembangunan pertanian yang berkelanjutan (Studi kasus Kampung Ciptarasa, Desa Sirnarasa, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi)

0 8 180

Karakteristik Lanskap Kampung Tradisional di Halimun Selatan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Sebuah Studi pada Kampung Kasepuhan di Kesatuan Adat Banten Kidul, Kampung Sirnaresmi, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat)

0 14 112

Sistem Pangan Dan Gizi Masyarakat Adat Kasepuhan Ciptagelar Di Jawa Barat

0 4 106

Etnozoologi Masyarakat Adat Kasepuhan Ciptagelar, Desa Sirnaresmi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat

4 20 50

LEKSIKON ETNOFARMAKOLOGI DI KAMPUNG ADAT CIPTAGELAR, DESA SIRNARESMI, KECAMATAN CISOLOK, KABUPATEN SUKABUMI (KAJIAN ETNOLINGUISTIK).

4 12 25

TRADISI NGASEUK DI KAMPUNG ADAT SINAR RESMI DESA SIRNARESMI KECAMATAN CISOLOK KABUPATEN SUKABUMI SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN MEMBACA ARTIKEL DI SMA.

3 19 36

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA DESA TERHADAP PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN DESA (Suatu Studi di Desa Sirnaresmi dan Desa Cisolok, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi).

1 1 8

LEKSIKON ETNOFARMAKOLOGI DI KAMPUNG ADAT CIPTAGELAR, DESA SIRNARESMI, KECAMATAN CISOLOK, KABUPATEN SUKABUMI (KAJIAN ETNOLINGUISTIK) - repository UPI S IND 1006287 Title

0 0 3

RITUAL SAWER DALAM PERNIKAHAN ADAT SUNDA (STUDI KASUS DI KECAMATAN CICURUG, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT)

0 0 117