86 Sinar  `Resmi  di  Kasepuhan  yang  lebih  kompleks  dan  telah  mulai  mengenal
budaya modernitas. Imah  Gede  yang  seharusnya  menjadi  simbol  Kasepuhan  kini  dijadikan
sebagai  ajang  komersialisasi  untuk  menghasilkan  ekonomi  uang  yang dikendalikan  oleh  Ambu  gelar  Istri  Abah,  seperti  adanya  masyarakat  luar
Kasepuhan  yang mengunjungi  bila menempati  Imah Gede maka terjadi transaksi guna  menempati  Imah  Gede  tersebut.  Serta  padi  sebagai  hasil  panen  dalam
bentuk gabah kering apabila masyarakat luar Kasepuhan yang menginginkannya diperbolehkan dengan catatan transaksi yang baik, seperti yang diungkapkan oleh
Ambu “teu nanaon nu penting mah sami-sami ikhlas keneh bae” tidak apa-apa
yang penting sama-sama ikhlas saja. Perubahan  Imah  Gede  sebagai  pusat  interaksi  sosial  Kasepuhan  dan
keagamaan  serta  padi  sebagai  lambang  dari  IBU  BUMI  yang  harus  di  jaga  tapi kini telah di komersialisasi oleh Ambu sebagai individu. Perubahan nilai tersebut
menurut  Parson  1986  dalam  Nasikun  1992,  sebagai  pergeseran  nilai-nilai sosial  budaya,  individu  dimana  orang  perorangan  memiliki  sistem  kepribadian,
persepsi dan sikap.
87
BAB IX PERANAN PEMIMPIN DALAM PEMELIHARAAN KEPATUHAN
MASYARAKAT TERHADAP NORMA ADAT
9.1. Peranan Pemimpin Dalam Masyarakat Adat Kasepuhan
Pemimpin Abah didalam masyarakat Kasepuhan merupakan orang  yang sangat dihormati, disegani serta berpengaruh yang luar biasa terhadap masyarakat
incu-putu  karena  menurut  kepercayaan  incu-putu  Kasepuhan  bahwa  segala ucapan,  perbuatannya  adalah  nasehat  atau  perintah  yang  harus  dilaksanakan  dan
ditaati  oleh  incu-putu  hal  tersebut  tercipta  karena  Abah  merupakan  representasi dari  para  leluhur  yang  telah  membuat  segala  aturan  Kasepuhan.  Serta
diturunkannya kepada Abah hingga saat ini. Maka  terdapat  faktor  keturunan  abah  tersebut  dapat  berkuasa  dan
memerintah  di  Kasepuhan  hingga  akhir  hayatnya,  disamping  itu  Abah  juga memiliki  wangsit  yang  dipercaya  adalah  sebagai  ilham  yang  datang  dari  para
leluhur.  Wangsit  tersebut  seperti  bagaimana  pemindahan  Kasepuhan  dari  satu tempat  ketempat  yang  berikutnya  yang  dinilai  sesuai  untuk  ditempati,  atau  juga
dalam pengelolahanpemanfaatan sumberdaya alam. Abah  atau  pemimpin  harus  berpedoman  atau  taat  menjalankan  syariat
agama,  bertanggung  jawab  mengurus  dan  mengayomi  incu-putunya,  bersifat sosial  suka  memberikan  bantuan,  tidak  ingkar  janji,  mencegah  terjadinya
malapetaka,  adil  karena  Abah  dinilai  mempunyai  pengetahuan  yang  lebih  oleh incu-putunya.  tekad-ucap-lampah  yang  terkandung  dalam  tilu-sapamilu
merupakan  kewajiban  mutlak  bagi  seorang  pemimpin  Abah  untuk  selalu  di junjung dalam setiap kehidupannya.
Seorang  Abah  pemimpin  Kasepuhan  harus  menjadi  suri  tauladan  bagi masyarakat  yang  dipimpinnya  incu-putu,  baik  dalam  menjalankan  agama,
bertindak  maupun  berperilaku.  Abah  dalam  mengadakan  hubungan  dengan  incu- putu  atau  masyarakat  luar  Kasepuhan  juga  harus  memakai  pedoman-pedoman
yang terkandung dalam tatali paranti karuhun serta amanat Abah JSN Kudu hade catur  kasadulur,  hade  carek  kasaderek,  kandeu  nyaur  tinggal  ngangsurn,
amanat  tersebut  bagaimana  Abah  pemimpin  serta  incu-putu  harus  menjaga
88 hubungan  dengan  masyarakat  luar  Kasepuhan,  dan  bagaimana  menjaga  ucapan
omongan  sehingga  pada  hubungan  sosial  tersebut  tidak  ada  yang  sakit  hati, apalagi hubungan dengan incu-putunya.
Kepemimpinan  Kasepuhan  yang  telah  sesuai  dengan  Tatali  Paranti Karuhun  yang  sejalan  dengan  konsep  kepemimpinan  Jawa  Menurut  Anderson
dalam Kartodiredjo, 1984 bahwa konsep Jawa mengenai kekuasaan  berdimensi empat  sesuai  dengan  konsep  dalam  pewayangan:  sakti-mandraguna,  mukti-
wibawa.  Mandraguna  menunjukan  pada  kecakapan,  kemampuan  ataupun keterampilan  dalam  satu  atau  beberapa  bidang,  seperti  olah-  senjata,  kesenian,
pengetahuan  dan  sebagainya.  Mukti  lebih  berhubungan  dengan  kedudukan  yang penuh  kesejahteraan.  Wibawa  berarti  kedudukan  terpandang  prestige  yang
membawa  pengaruh  besar  Kartodiredjo,1984.  Maka  seorang  pemimpin  juga harus  mempunyai  sifat  ing  ngarso  sung  tulada,  seorang  pemimpin  harus  mampu
bersikap  sehingga  perilakunya  dapat  menjadikan  dirinya  sebagai  panutan  bagi orang-orang  yang  dipimpinnya,  juga  mempunyai  sifat  ing  madya  mangun  karsa.
Seorang  pemimpin  harus  mampu  membangkitkan  semangat  berswakarsa  dan berkreasi  pada  orang-orang  yang  d
ipimpinnya,  serta  “tut  wuri  handayani”, seorang  pemimpin  harus  mampu  mendorong  orang-orang  yang  diasuhnya  agar
berani berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab atau dalam bahasa tatali
paranti karuhun yang tertuang dalam tilu-sapamilu adalah tekad-ucap lampah. 9.2. Peranan Pemimpin dalam Pemeliharaan Sumber Daya Alam
Sumberdaya alam bagi masyarakat kasepuhan merupakan hal yang sangat vital  karena  itu  menjaga  guna  masa  depan  anak-anak  mereka  generasi  penerus
merupakan hal  yang sangat berharga. Dalam masyarakat Kasepuhan sumberdaya yang  sangat  penting  tersebut  adalam  hutan  atau  dalam  masyarakat  Kasepuhan
disebut  dengan  leuweung.  Menurut  Adimihardja  1992,  bahwa  masyarakat Kasepuhan dikenal dengan aturan-aturan didalam pengelolahan hutan yang sudah
di wariskan dari leluhur dan harus dijaga kelestariannya
.
Demikian  sangat  vitalnya  fungsi  Leuweung  terhadap  kehidupan masyarakat  kasepuhan  maka  didalam  pemenfaatan  hutan  leuweung  tersebut
incu-putu  membagai  fungsi  hutan  menjadi  tiga  zonasi  hutan  yaitu  Leuweung tutupan,  Leuweung  titipan,  dan  Leuweung  Bukaan.  1  Leuweung-titipan  atau