Kasepuhan Sejarah Terbentuknya Kasepuhan 1. Kabuyutan

38 dan memelihara padi di huma ladang dalam sistem pertanian tradisional Adimihardja, 1992. Menurut Abah ASN bahwa nama Kasepuhan lahir ketika pada zaman kepemimpinan UyutBuyutAbah JSN pada tahun 1960 dan nama Kasepuhannya adalah Cicemet yang disesuaikan dengan nama kampung dimana keberadaan kasepuhan itu tinggal. Kasepuhan ini terbagi menjadi tiga wilayah adminstratif; pertama yang terdapat di Kabupaten Lebak Provinsi Banten yaitu di kecamatan Sajira, Bayah, Cikotok, Cibeber dan Sobang; kedua Kabupaten Bogor terdapat di Kecamatan Jasinga dan Leuwi liang; ketiga di Kabupaten Sukabumi terdapat Kecamatan Cisolok. Pada Tahun 1977 Kasepuhan-Kasepuhan yang terdapat di wilayah Banten dan Jawa Barat tersebut kemudian di persatukan dalam satu ikatan yang diprakarsai oleh Gubernur Jawa Barat Solihin GP dan di setujui oleh semua Abah atau Olot Kasepuhan. Peristiwa tersebut terjadi, di Kasepuhan Cikaret di bawah kepemimpinan Abah RSD. Dengan nama ikatannya adalah KESATUAN ADAT BANTEN KIDUL. Memakai nama Banten Kidul karena berdasarkan historis keberadaan Kabuyutan ini berada di Banten Kidul Sajira serta sehingga berubah menjadi Kasepuhan. Kasepuhan-Kasepuhan juga terbanyak berada di wilayah Banten Kidul selatan hal-hal itulah yang mendasari nama persatuan seluruh Kasepuhan. Setiap pemimpin di Kasepuhan hakikatnya berdasarkan keturunan lihat gambar 4.2. sehingga antara tiap Kasepuhan yang ada saat ini umumnya bersaudara satu dengan yang lainnya. 39 Keterangan : Abah Pemimpin Kasepuhan : Ambu Istri : Ambu Istri Dicerai : Anak Perempuan : Anak Laki-laki : Turunan Gambar 4.2. Susunan Genealogi Kasepuhan Bela Berlin Saragoza Gia Pilka Ambu Yuyun Abah Asep Ambu Nunung Erni Astri Leni Elen Meli Nyai Sukinten Abah Uum Sukmawijaya Abah Ugis Abah Anom Iis Lia Abah AJ Mintarsih Ambu Yayat Ema Anat Abah Jiun Masa Kebuhunan Nini Ane Abah RSD Ema Anom Lesmana Abah UT Sujati Ambu Purminah Arsih 40 4.5. Sumber Kekuasaan Kepemimpinan di Kasepuhan 4.5.1. Keturunan Sumber-sumber kekuasaan didalam kepemimpinan Kasepuhan SRI dibagi menjadi dua sumber kekuasaan; 1 Keturunan setiap anak laki-laki Abah merupakan calon pemimpin kasepuhan untuk menggantikan Abah setelah wafat dan terutama anak laki-laki pertama, 2 Pengikut incu-putu, 3 Mitos; Pancar- pangawinan merupakan amanat kepemimpinan yang datangnya dari Prabu Siliwangi kerajaan Pajajaran, serta masyarakat kasepuhan selalu mengatakan dirinya sebagai turunannya, Faktor keturunan ascribe status, merupakan kecenderungan yang terjadi adalah jika sang ayah “abah” di Kasepuhan maka kecenderungan anaknya untuk naik tahta menggantikan ayahnya yang telah mangkat akan lebih besar. Kemudian incu-putu sebagai masyarakat yang tidak terpisahkan dari Kasepuhan serta menjadi entitas kepatuhan terhadap Abah. Kemudian pancar pangawinan serta wangsit sebagai sumber kekuasaan selanjutnya, dan tilu-sapamilu merupakan sumber norma-norma kehidupan yang tertuang dalam Tatali Paranti Karuhun. Keturunan anak pertama dari keluarga Abah secara otomatis dapat menggantikan Abah. Bila telah wafat, namun apabila putra pertama tersebut dinilai belum memumpuni dari segi usia, akan didahulukan dengan pemimpin warnen sela. Pemimpin sela adalah pemimpin pengganti sementara karena calon pemimpin yang telah ada, belum memumpuni dilihat dari segi usia baru usia 10- 16 tahun dan di gantikan sementara kepada saudara Abah yang usianya telah memenuhi syarat diatas 17 tahun berdasarkan musyawarah keluarga beserta dukun. Akan tetapi setelah usia 17 tahun makan tampuk kepemimpinan tersebut akan di serahkan kepada haknya kepada anak yang telah usia 17 tahun tersebut. Yang kedua apabila seorang Abah tersebut memiliki anak laki-laki lebih dari satu maka diantara anak-anak laki-laki tersebut memiliki tanda-tanda khusus. Hal ini yang dapat melihat tanda-tanda pemimpin pengganti Abah berikutnya hanya seorang Abah itu sendiri sejak anak-anaknya kecil juga Dukun dari Kasepuhan SRI secara supernatural. 41

4.5.2. Wangsit

Wangsit merupakan petunjuk secara supranatural yang ada diri pemimpin atau calon pemimpin Abah yang datangnya dari leluhur. Biasanya terdapat tanda pada calon pemimpin seperti tingka laku maupun simbol yang terdapat di bagian tubuh calon pemimpin. Menurut Abah ASNwangsit tersebut datangnya secara tiba- tiba kepada siapa saja yang akan menjadi calon pemimpin dalam sebuah Kasepuhan, dan wangsit juga bukan hanya untuk mencari figur kepemimpinan secara magis akan tetapi kepindahan Kasepuhan juga mencari cadangan kehidupan serta menikah lagi bagi seorang Abah guna memperbanyak keturunan. Wangsit sebagai sumber kekuasaan dalam kepemimpinan di Kasepuhan, sebagai legitimasi kepemimpinan maka wangsit tidak bisa dilihat oleh semua incu-putu, tetapi hanya orang-orang tertentu seperti Abah, dan Dukun, serta sifatnya yang supranatural maka wangsit ini kebanyakan datangnya lewat mimpi oleh Abah sebelumnya dan yang mendapatkan wangsit selanjutnya pengganti Abah mempunyai ciri-ciri tertentu yang sesuai dengan mimpi yang dialami oleh Abah dan akan di kabarkan melalui Dukun kepada incu-putu. Hampir semua kepemimpinan Abah yang ada di Kasepuhan memperoleh wangsit guna menjadi seeorang Abah mulai dari Abah JSN, Abah RSD, Abah AJ, dan Abah Asep. Namun Abah UT yang mengaku dirinya mendapatkan wangsit, karena sebelum menjabat menjadi Abah bapak Ujat terlebih dahulu menjadi kepala desa, sehingga menurut beberapa incu-putu bahwa Abah UT hanya mengaku mendapatkan wangsit guna menduduki Kasepuhan karena di intervensi oleh pemerintah.

4.5.3. Mitos Pancar Pangawinan: Klaim Otoritas Adat di Kasepuhan

Terdapat suatu kesadaran yang mendalam bahwa masyarakat Kasepuhan merupakan keturunan secara langsung dari Prabu Siliwangi dari Kerajaan Pajajaran yang bersumber dari apa yang mereka sebut pancer pangawinan Guillot, 2008. Berdasarkan keterangan beberapa orang sesepuh Kasepuhan serta dari kokolot lembur bahwa masyarakat Kasepuhan selalu menyatakan dirinya,

Dokumen yang terkait

Upacara Adat Kenduri SKO (Studi Deskriptif di Desa Keluru, Kecamatan Keliling Danau, Kabupaten Kerinci)

18 180 93

Adaptasi lingkungan masyarakat kasepuhan dalam pembangunan pertanian yang berkelanjutan (Studi kasus Kampung Ciptarasa, Desa Sirnarasa, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi)

0 8 180

Karakteristik Lanskap Kampung Tradisional di Halimun Selatan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Sebuah Studi pada Kampung Kasepuhan di Kesatuan Adat Banten Kidul, Kampung Sirnaresmi, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat)

0 14 112

Sistem Pangan Dan Gizi Masyarakat Adat Kasepuhan Ciptagelar Di Jawa Barat

0 4 106

Etnozoologi Masyarakat Adat Kasepuhan Ciptagelar, Desa Sirnaresmi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat

4 20 50

LEKSIKON ETNOFARMAKOLOGI DI KAMPUNG ADAT CIPTAGELAR, DESA SIRNARESMI, KECAMATAN CISOLOK, KABUPATEN SUKABUMI (KAJIAN ETNOLINGUISTIK).

4 12 25

TRADISI NGASEUK DI KAMPUNG ADAT SINAR RESMI DESA SIRNARESMI KECAMATAN CISOLOK KABUPATEN SUKABUMI SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN MEMBACA ARTIKEL DI SMA.

3 19 36

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA DESA TERHADAP PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN DESA (Suatu Studi di Desa Sirnaresmi dan Desa Cisolok, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi).

1 1 8

LEKSIKON ETNOFARMAKOLOGI DI KAMPUNG ADAT CIPTAGELAR, DESA SIRNARESMI, KECAMATAN CISOLOK, KABUPATEN SUKABUMI (KAJIAN ETNOLINGUISTIK) - repository UPI S IND 1006287 Title

0 0 3

RITUAL SAWER DALAM PERNIKAHAN ADAT SUNDA (STUDI KASUS DI KECAMATAN CICURUG, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT)

0 0 117