72 perubahan  bagi  individu  Abah  pemimpin  maupun  keluarga  Abah.  Perubahan-
perubahan  tersebut  seperti  ketika  kepemimpinan  Abah  RSD  telah  menjalin interaksi  dengan  Gubernur  Jawa  Barat  Solihin  Gautama  Prawira  pada  tahun
1972  yang  membawa  perubahan  terhadap  Kasepuhan-Kasepuhan  yang  ada  di Banten masih bagian Jawa Barat dan yang ada di Sukabumi untuk dipersatukan
menjadi  KESATUAN  ADAT  BANTEN  KIDUL.  Perubahan    hal  tersebut membawa interaksi-interaksi  yang mengikat antara  incu-putu dengan masyarakat
luar Kasepuhan. Hubungan antara masyarkat luar Kasepuhan dengan incu-putu Kasepuhan
adalah  diakibatkan  semakin  tingginya  pendidikan  di  Kasepuhan  seperti  yang dialami  oleh  Abah  ASNsendiri  serta  anak-anaknya.  Pendidikan  formal  dapat
meningkatkan  pola  fikir  tiap  individu  manusia  dan  membawa  pada  hubungan interaksi dengan masyarakat luar Kasepuhan. Anak-anak laki-laki Abah ASNyaitu
Saragoza Gia, dan Pilka setelah menamatkan pendidikan dari SMA justru bekerja di  sebuah  perusahaan  di  Korea  Selatan  akibat  dari  hubungan  baik  antara  Abah
ASNdengan Mahasiswa Korea yang melaksanakan penelitian di Kasepuhan SRI.
73
BAB VII KELEMBAGAAN ADAT DI KASEPUHAN SRI
7.1. Norma Adat 7.1.1.
Tatali Paranti Karuhun Sebagai Sumber Norma
Keyakinan  incu-putu  masyarakat  terhadap  kebendon  sanksi  dalam norma-norma yang telah mengikat disetiap sendi-sendi kehidupan Kasepuhan SRI
begitu  dijunjung  tinggi  secara  turun  temurun  yang  telah  diwariskan  oleh  para leluhur. Norma aturan kasepuhan tersebut  tertuang dalam tatali paranti karuhun.
Menurut  Asep  2000,  secara  harfiah  makna  dari  Tatali  Paranti  Karuhun adalah  mengikut,  mentaati,  mematuhi  tuntutan  rahasia  hidup  seperti  yang  telah
dilakukan  oleh  leluhur  karuhun.  Adapun  kata  Tatali  Paranti  berasal  dari  tali yang  dalam  pemahaman  masyarakat  Sunda,  seutas  tali  yang  dapat  dipergunakan
untuk  mengikat  dan untuk mengukur serta bimbingan dalam hidup.  Rikin  dalam Asep  2000,  makna  mendalam  dari  tatali  paranti  merupakan  berkaitan  erat
dengan  falsafah  kehidupan  orang  Sunda,    yang  memaknai  kehidupan  sebagai suatu  lingkaran;  akhir  jalan  kehidupan  manusia  itu  adalah  pulang  ka  asal.  Tali
Paranti  dalam  hal  ini  adalah  suatu  bentuk  lingkaran  yang  kedua  ujungnya bertemu  kembali;  dalam  lingkaran  tersebut  penuh  dengan  simpul-simpul  yang
merupakan  upacara  tuntutan  hidup  yang  harus  dilakukan  tiap  orang  dari permulaan  sampai  kembali  keasal.  Namun  menurut  Bapak  Punta  selaku  Dukun
Kasepuhan SRI seperti dikutip dibawah ini : “Tatali  Paranti  itu  aturan  adat  nu  aya  di  kasepuhan  yang
harus ditaati oleh incu-putu yang telah digariskan oleh leluhur serta  incu-putu  wajib  mengetahui,  tatali  paranti  itu
menyangkut beberapa aspek seperti tata-cara huma pertanian ladang  kering,  kehidupan  beragama,  serta  bermasyarakat
semuanya telah tertuang dalam  Tatali  Paranti. Tatali  Paranti dapat  dimaknai  seperti  tetali  atau  ikat  yang  selalu  dipakai
pada kepala incu-putu Kasepuhan dan apabila telah dipakai di kepala  antara  ujung  ikat  tersebut  bertemu  dan  diikit  kembali
melingkar di kepala dan tidak akan ketemu ujungnya lagi. Jadi artinya  segala  aturan  adat  Kasepuhan  itu  harus  dijunjung
tinggi  seperti  ikat  yang  ada  di  kepala,  karena  itu  adalah aturan yang telah ditetapkan oleh leluhur.
”
74 Dengan  demikian  barang  siapa  yang  tidak  menjalankan  dan  mentaati
Tatali  Paranti  Karuhun  akan  dianggap  oleh  incu-putu  sebagai  perbuatan  yang tercela  dan  akan  mendapatkan  Kebendon.  Kebendon  merupakan  sebuah  sanksi
atau hukuman yang datang dari leluhur dapat malapetaka seperti sakit atau gagal panen serta keluarganya kuarng baik tidak harmonis dan lain sebagainya.
Kabendon  ini  sifatnya  magis  atau  supranatural,  oleh  karena  itu  incu-putu yang  mendapatkan  kabendon  hukuman  ini  biasanya  dapat  dilihat  dari  ciri-ciri
yang tidak pernah keluar rumah  atau mendadak aneh dalam perilaku keseharian. Dalam  kehidupan  kasepuhan  kabendon  yang  sifatnya  supranatural  itu  sebagai
hukuman,  dan  hukuman  secara  nyatanya  itu  berupa  teguran  saja,  tidak  adanya hukuman  secara  nyata.  Menurut  Merina  et  al.  2008,  seluruh  masyarakat
kesatuan  Adat  Banten  Kidul  yang  di  dalamnya  bernaung  seluruh  Kasepuhan- Kasepuhan dalam penegakan hukumannya hanya  berupa kabendon yang bersifat
magis, serta tidak adanya ketegasan secara nyata. Aturan-aturan  Kasepuhan SRI pada prinsipnya bersifat  tidak tertulis akan
tetapi  telah  mengikat  pada  setiap  individu-individu  incu-putu  masyarakat Kasepuhan SRI di dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, yang tertuang dalam
Tatali paranti karuhun. Tatali paranti karuhun ini akan dijabarkan sesuai dengan fungsinya masing-masing.
7.1.2. Ibu Bumi, Babak Langit, Tanah Ratu
IBU  BUMI,  BABAK  LANGIT,  TANAH  RATU,  artinya  adalah  IBU BUMI:  Bumi  itu  diibaratkan  seperti  seorang  ibu,  BAPAK  LANGIT:  langit  dan
menurut  tafsiran  masyarakat  Kasepuhan  seperti  Laki-laki  yang  memberikan kesuburan  terhadap  Ibu,  dan  TANAH  RATU:  Tanah  Bumi  tersebut  harus  di
berlakukan seperti seorang Ratu. Maksudnya  adalah  manusia  harus  tunduk  terhadap  alam  semesta,  karena
manusia  sangat  tergantung  terhadap  alam  seperti  anak  yang  tergantung  pada ibunya, dari  alam manusia biasa hidup, membangun rumah, mencari makan dan
lain  sebagainya.  Aturan  Ibu  Bumi,  Bapak  Langit  Tanah  Ratu,  dipakai  dalam
pengelolahan  sumber  daya  alam  khususnya  bidang  pertanian  huma.    Pertanian sebagai urat nadi di dalam kehidupan Kasepuhan, sehingga incu-putu Kasepuhan