bisa disebabkan karena pembelajaran yang digunakan masih belum tepat, sehingga siswa belum dapat memahami pelajaran secara optimal serta masih
jauh dari kondisi kelas yang efektif dan efisien. Oleh sebab itu, diperlukan suatu usaha untuk mengoptimalkan kelas dengan menerapkan pembelajaran
yang tepat serta diharapkan mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
Dalam menyikapi permasalahan yang muncul dalam pembelajaran matematika di Sekolah Dasar SD tersebut, maka upaya untuk mengatasinya
perlu segera dilakukan, jangan sampai terus menerus terjadi pada siswa. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan materi kepada
siswa yang lebih menarik, agar siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi, sehingga hasil belajar pun dapat meningkat. Dengan pertimbangan salah satu
ciri masa anak usia Sekolah Dasar SD adalah senang bermain dan bekerja dalam kelompok sebaya sehingga unuk memenuhi tugas perkembangan masa
anak usia ini digunakanlah kegiatan belajar yang mengembangkan salah satunya adalah lewat pembelajaran kelompokpembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa peserta didik akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling
berdiskusi dengan temanya. Pentingnya pembelajaran kooperatif untuk siswa dapat dilihat dari
beberapa keunggulan-keunggulan pembelajaran kooperatif yaitu memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial, mengembangkan kegembiraan belajar
yang sejati, menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois, berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan
saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktikan, meningkatkan keyakinan terhadap ide atau gagasan sendiri, meningkatkan kesediaan menggunakan ide
orang lain yang dirasakan lebih baik, meningkatkan motivasi belajar, mengembangkan kesadaran bertanggung jawab dan saling menjaga perasaan,
meningkatkan keterampilan hidup gotong royong. Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah tipe STAD yaitu
merupakan model pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar
siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi kedalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi
pelajaran yang
telah ditentukan.
Strategi pembelajaran
kooperatif memungkinkan semua siswa dapat menguasai materi pada tingkat penguasaan
yang relatif sama atau sejajar. Pada saat siswa belajar dalam kelompok akan berkembang suasana belajar yang terbuka dalam dimensi kesejawatan, karena
pada saat itu akan terjadi proses belajar kolaboratif dalam hubungan pribadi yang saling membutuhkan. Pada saat itu juga siswa yang belajar dalam
kelompok kecil akan tumbuh dan berkembang pola belajar tutor sebaya peer group dan belajar secara bekerjasama. Model pembelajaran ini dapat
dilaksanakan dalam pembelajaran matematika Sekolah Dasar SD yang dirancang untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar serta mempengaruhi
pola interaksi peserta didik dalam pembelajaran yang berdampak pada sikap dan perilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari.
Melalui model pembelajaran STAD diharapkan dapat memberikan solusi dan suasana baru yang menarik dalam pengajaran sehingga memberikan
pengalaman belajar dengan konsep baru. Pembelajaran STAD membawa konsep pemahaman inovatif, dan menekankan keaktifan siswa, diharapkan
dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Siswa bekerja dengan sesama dan memiliki banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan
keterampilan berkomunikasi. Berdasarkan tujuan pembelajaran pendidikan Matematika dan teori
yang melandasi pembelajaran kooperatif, maka penulis tertarik mengkaji lebih dalam dengan mengadakan penelitian yang berjudul
“ Pengaruh Model Pembelajaran
Cooperative Learning Tipe Student Team Achievement Divisions STAD Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa
“
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, dapat diidentifikasi beberapa masalah terkait dengan judul penelitian :
1. Perolehan nilai hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika masih
rendah dan masih di bawah KKM 2.
Pembelajaran Matematika di kelas masih berpusat pada guru 3.
Guru dalam menyampaikan materi hanya menggunakan metode ceramah 4.
Kurangnya variasi guru dalam menggunakan strategi pembelajaran 5.
Kurangnya media pembelajaran disekolah sehingga membuat siswa merasa bosan
C. Pembatasan Masalah
Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Dalam penelitian ini model yang digunakan dalam pembelajaran adalah model kooperatif tipe STAD
2. Hasil belajar matematika yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil
belajar pada ranah kognitif yang meliputi aspek pemahaman C2 dan penerapan C3.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan sebagaimana tersebut diatas,
maka dapat dirumuskan rumusan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimanakah hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan
pembelajaran kooperatif tipe STAD? 2.
Bagaimanakah hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional?
3. Apakah hasil belajar yang menggunakan model pembelajaran Kooperatif
tipe STAD lebih tinggi dari hasil belajar yang menggunakan pembelajaran konvensional?
E. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah, maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh strategi
Cooperative Learning tipe STAD terhadap hasil belajar matematika siswa SD.
F. Manfaat Hasil Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah: a.
Bagi guru Penelitian ini dapat dijadikan pedoman untuk menambah pengetahuan dan
wawasan guru dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa sekolah dasar
b. Bagi Sekolah
Dengan melaksanakan penelitian ini menjadi inovasi baru tentang suatu alternatif model pembelajaran yang dapat memperbaiki dan meningkatkan
proses pembelajaran dikelas dalam upaya meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam
pelajaran matematika. Sedangkan bagi saya selaku peneliti untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam meningkatkan kualitas pendidikan
pembelajaran matematika di SD.
9
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. DESKRIPSI TEORITIK
1. Hasil Belajar Matematika
a. Pengertian Belajar
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat penting dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang
pendidikan. Keberhasilan atau kegagalan pencapaian tujuan pendidikan tergantung pada proses belajar yang dialami siswa. Oleh karena itu,
pemahaman yang benar mengenai arti belajar sangat diperlukan oleh guru. Berikut ini beberapa pengertian belajar yang diungkapkan oleh para ahli.
“Belajar adalah proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu, terjadi dalam jangka waktu tertentu
”
1
. Berdasarkan pengertian ini, dalam perubahan belajar itu selalu bertambah dan tertuju
untuk memperoleh suatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian makin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak dan
makin baik perubahan yang diperoleh.
“Menurut Drs. Slameto dalam Djamarah juga merumuskan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya
”.
2
Sedangkan menurut “Skinner seperti yang dikutip Barlow dalam bukunya Educational Psychology: The Teachung-Leaching Process, berpendapat
bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif”.
3
Perubahan yang diperoleh seseorang yang belajar berarti ia memiliki usaha dalam mengubah perbuatannya
1
Zikri Neni Iska. Perkembangan Peserta Didik Perspektif Psikologi, Jakarta: Kizi Brother’s, 2011, h. 65.
2
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002, h.13
3
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2012, Eds Revisi cet ke-12, h.64
dengan melakukan penyesuaian tingkah lakunya, dimana perubahan- perubahan tersebut diakibatkan oleh pengalaman yang dialaminya sendiri.
“Belajar adalah “berubah” dalam hal ini yang dimaksud belajar berarti usaha mengubah tingkah laku”.
4
Jadi belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar, jika seorang anak sedang
belajar menulis, maka perubahan yang paling tampak adalah dalam keterampilan menulisnya itu. Akan tetapi ia telah mengalami perubahan-
perubahan lainnya seperti pemahaman tentang cara menulis yang baik dan benar.
Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh Sri Anitah, menurutnya “belajar yang umum diterima saat ini adalah bahwa belajar
merupaka suatu usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru, secara keseluruhan sebagai pengalaman
individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya”.
5
Proses perubahan tingkah laku merupakan gambaran terjadinya rangkaian
perubahan dalam kemampuan siswa. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan kemampuan sebelumnya dengan kemampuan setelah
mengikuti pembelajaran. Belajar merupakan suatu proses yang kompleks, berlangsung secara terus menerus, dan melibatkan berbagai lingkungan
yang dibutuhkan. Belajar itu suatu proses mereaksi, mengalami, berbuat, dan bekerja yang menghasilkan kemampuan yang utuh.
“Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang
pendidikan”.
6
Ini berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa
baik ketika ia berada disekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri. Belajar juga akan terjadi apabila terjadi proses
4
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Rajagrafinda Persada, 2004, Eds Pertama cet ke-11, h.21
5
Sri Anita, dkk, Strategi Pembelajaran di SD, Jakarta: Universitas Terbuka, 2009, h. 2.5.
6
Muhibbin Syah, op.cit., h. 59
interaksi dengan lingkungan. Lingkungan yang dimaksud adalah nara sumber, teman, guru, situasi dan kondisi nyata, lingkungan alam,
lingkungan buatan dan lain-lain yang dapat dijadikan sumber atau tempat belajar siswa. Dalam hal inilah guru sebagai fasilitator dan pembimbing
harus dapat berfungsi secara optimal.. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses
seseorang yang dilakukan secara sadar dan kontinu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu
dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut aspek pengetahuan kognitif. Adapun dalam penelitian ini indikator dalam ranah
kognitif yang digunakan meliputi pemahaman dan penerapan. Pada aspek pemahaman yang dibahas adalah menjelaskan, sedangkan pada aspek
penerapan yang dibahas adalah menghitung.
b. Pengertian Matematika
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di Sekolah Dasar. Seorang guru yang akan mengajarkan matematika kepada
peserta didiknya, hendaklah mengetahui dan memahami objek yang akan diajarkan yaitu matematika.
“Kata matematika berasal dari perkataan latin mathematika yang mulanya diambil dari perkataan Yunani mathematike yang berarti
mempelajari. Jadi, berdasarkan asal katanya, maka perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir bernalar
”.
7
Beberapa ahli mendefinisikan pengertian tentang matematika. Diantaranya Ruseffendi dalam Heruman, “matematika adalah bahasa simbol ilmu
deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang
tidak didefinisikan ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat,
7
Erna Suwangsih dan Tiurlina, Model Pembelajaran Matematika, Bandung: Upi Press, 2006, h. 3.