a. Sensori stimulasi, yakni berhubugan dengan sebuah stimuli yang
berkaitan dengan organ tubuh, yaitu : Auditori, visual, tactile, taste, smell, dan kinestetik.
b. Seleksi isyarat, yakni menetapkan bagian isyarat sehingga orang
harus merespon untuk melakukan tugas tertentu dari suatu kinerja.
c. Translasi, yakni berhubugan dengan persepsi terhadap aksi
dalam membentuk gerakan. 2.
Kesiapan Kesiapan merupakan perilaku yang siaga untuk kegiatan
ataupun pengalaan tertentu. Termasuk didalamnya kesiapan mental, fisik, ataupun emosi untuk melakukan suatu tindakan.
3. Gerakan terbimbing
Gerakan terbimbing adalah gerakan yang berada pada tingkat mengikuti suatu model, kemudian meniru model tersebut
dengan cara mencoba sampai dapatmenguasai dengan benar suatu gerakan.
4. Gerakan terbiasa
Gerakan terbiasa adalah berkenaan dengan penampilan respons yang sudah dipelajari dan sudah menjadi kebiasaan,
sehingga gerakan yang ditampikan menunjukkan suatu kemahiran. 5.
Gerakan yang kompleks Gerakan yang kompleks adalah suatu gerakan yang berada
pada tingkat keterampilan tertinggi. Gerakan itu menampilkan suatu tindakan motorik yang menuntut pola tertentu dengan tingkat
kecermatan dan atau keluwesan, serta efisiensi yang tinggi. 6.
Penyesuaian dan keaslian Pada tingkat ini individu sudah berada pada tingkat yang
terampil sehingga ia sudah dapat menyesuaikan tindakannya untuk situasi-situasi yang menuntuk persyaratan tertentu. Individu sudah
dapat mengembangkan tindakan keterampilan baru untuk memecahkan masalah tertentu.
e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. “Faktor-faktor tersebut dapat dikelompokan menjadi dua kelompok yaitu
faktor dalam diri siswa intern dan faktor dari luar diri siswa ekstern ”.
20
1 Faktor dari diri siswa yang berpengaruh terhadap hasil belajar
diantaranya adalah kecakapan, minat, bakat, usaha, motivasi, perhatian, kelemahan dan kesehatan, serta kebiasaan siswa. Salah satu hal penting
dalam kegiatan belajar yang harus ditanamkan dalam diri siswa bahwa belajar yang dilakukannya merupakan kebutuhan dirinya.
2 Faktor dari luar diri siswa yang mempengaruhi hasil belajar di
antaranya adalah lingkungan fisik dan nonfisik termasuk suasana kelas dalam belajar, seperti riang gembira, menyenangkan, lingkungan sosial
budaya, lingkungan keluarga, program sekolah termasuk dukungan komite sekolah, guru, pelaksanaan pembelajaran, dan teman sekolah.
Guru merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap proses maupun hasil belajar, sebab guru merupakan manajer atau sutradara
dalam kelas. Dalam hal ini, guru harus memiliki kompetensi dasar yang disyaratkan dalam profesi guru.
2. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD a.
Pengertian Kooperatif
Banyak model pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam kelas untuk mempermudah proses belajar siswa. Di antara model
pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam mengajar di kelas adalah pembelajaran kooperatif.
Menurut Slavin dalam Rusman, “pembelajaran kooperatif
menggalakan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok.
20
Anitah, op. Cit., h. 2.7
Ini membolehkan pertukaran ide dan pemeriksaan ide sendiri dalam suasana yang tidak terancam, sesuai dengan falsafah kontruktivisme
”.
21
Dengan demikian, pendidikan hendaknya mampu mengkondisikan, dan memberikan dorongan untuk dapat mengoptimalkan dan membangkitkan
potensi siswa, menumbuhkan aktivitas siswa, menumbuhkan kreativitas siswa, sehingga akan menjamin terjadinya dinamika di dalam proses
pembelajaran. Dalam model pembelajaran kooperatif ini, guru lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung
ke arah pemahaman yang lebih tinggi dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi juga harus
membangun pengetahuan dalam pikirannya. Lebih lanjut Anita Lie dalam bukunya
“Cooperatif Learning” “bahwa model pembelajaran Cooperatif Learning tidak sama dengan
sekedar belajar kelompok, tetapi ada unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-
asalan ”.
22
Pembelajaran kooperatif ini merupakan strategi pembelajaran dengan sejumlah kelompok kecil yang tingkat kemampuan siswanya
berbeda. Slavin dalam Solihatin mengatakan bahwa
“cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen
”.
23
Senada dengan pendapat itu menurut Johnson dalam Miftahul Huda pembelajaran kooperatif berarti working together to accomplish
shared goals bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. “Pembelajaran kooperatif sering kali di definisikan sebagai pembentukan
kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari siswa-siswa yang dituntut untuk
21
Rusman, Model-model Pembelajaran, Jakarta: Rajawali Pers, 2011, h. 201.
22
Sofan Amri dan Iif Khoru Ahmadi, Kontruksi Pengembangan Pembelajaran Pengaruhnya Terhadap Mekanisme dan Praktik Kurikulum, Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya,
2010, h. 90-91
23
Etin Solihatin, Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, Cet. 4, h. 4
bekerja sama dan saling meningkatkan pembelajarannya dan pembelajaran siswa-siswa lain
”.
24
Berdasarkan pendapat ini, pembelajaran kooperatif bergantung kepada efektivitas kelompok-kelompok siswa tersebut. Dalam
pembelajaran ini guru diharapkan mampu membentuk kelompok-kelompok kooperatif dengan berhati-hati agar semua anggotanya dapat bekerja
bersama-sama untuk memaksimalkan belajar dengan kelompok. “Pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai sistem kerja
atau belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk didalam struktur ini adalah lima unsur pokok, yaitu saling ketergantungan positif, tanggung
jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok”.
25
Pada pembelajaran kooperatif ini memungkinkan semua siswa dapat menguasai materi pada tingkat penguasaan yang relatif sama
dan sejajar. Pada saat siswa belajar dalam kelompok akan berkembang suasana belajar yang terbuka dengan teman sejawatnya, karena pada saat
itu akan terjadi proses kerja sama dengan teman kelompoknya masing- masing yang saling membutuhkan.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model yang digunakan
untuk mewujudkan kegiatan belajar yang berpusat pada siswa terutama
untuk mengatasi
permasalahan yang
ditemukan guru
dalam mengaktifkan siswa dengan cara membelajarkan kecakapan akademik
sekaligus ketrampilan sosial yang menggunakan pengelompokan kecil yang bersifat heterogen untuk mencapai tujuan yaitu mencapai ketuntasan
belajar dan dapat meningkatkan hasil belajar serta dapat meningkatkan kepekaan sosial dan empati di antara siswa.
24
Miftahul Huda, Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model Penerapan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011, Cet 1, h. 31
25
Masitoh dan dewi laksmi, Strategi Pembelajaran, Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam, 2009, h. 232.
b. Langkah-langkah dalam Pembelajaran Kooperatif
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif berbeda dengan model pembelajaran yang lain. Dalam menjalankanya harus sistematis dan saling
terkait. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
26
Tabel 2.1 Langkah-langkah dalam Pembelajaran Kooperatif
Fase Tingkah laku guru
Tahap 1 Menyampaikan
tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan
semua tujuan
pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa
belajar.
Tahap 2 Menyajikan informasi
Guru menyampaikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau
lewat bahan bacaan
Tahap 3 Mengorganisasikansiswa
ke dalam
kelompok kooperatif
Guru menjalaskan
kepada siswa
bagaimana caranya
membentuk kelompok belajar dan membantu setiap
kelompok agar melakukan transisi secara efesien
Tahap 4 Membimbing
kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan
tugas mereka
Tahap 5 Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-
masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya
Tahap 6
Guru mencari
cara-cara untuk
26
Rusman, op. cit., h.211.
Memberikan penghargaan menghargai baik upaya maupun hasil
belajar individu dan kelompok
c. Pengertian Kooperatif Tipe STAD
a. Pengertian STAD
Banyak tipe model pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan. Di antara tipe model pembelajaran kooperatif yang dapat
diterapkan oleh guru adalah STAD.
Dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD ini akan memudahkan siswa menyelesaikan materi pelajaran
secara bersama. Siswa akan memperoleh pengalaman belajar yang lebih bermakna serta dapat meningkatkan prestasi
belajarnya. Pada
pembelajaran kooperatif tipe STAD aktivitas belajar lebih banyak berpusat pada siswa, dalam proses diskusi dan kerja kelompok guru
hanya berfungsi sebagai fasilitator dan interaksi antara siswa dengan guru maupun antar siswa membuat proses berpikir siswa lebih optimal dan
siswa mengkontruksi ilmu yang dipelajarinya menjadi pengetahuan yang akan bermakna dan tersimpan dalam ingatannya.
Menurut Robert Slavin dan kawan-kawannya dari Universitas John Hopkins.
“Metode ini dipandang paling sederhana dan paling langsung pendekatan pembelajaran kooperatif
”.
27
Tipe STAD lebih merupakan metode umum dalam mengatur kelas dari pada metode
komprehensif dalam mengajarkan pelajaran tertentu. Guru yang menggunakan STAD juga mengacu kepada belajar kelompok siswa,
menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi kelompok yang telah ditentukan oleh guru.
Sedangkan menurut Slavin dalam Trianto menyatakan bahwa pada “STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5
orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis
27
Muslimin ibrahim, Pembelajaran Kooperatif, Surabaya: Unesa, 2000 Eds Pertama Cet-2, h. 20