Daur Hidup Kepiting Bakau .1 Klasifikasi

18 kemudian merubah klasifikasi genus Scylla dari klasifikasi sebelumnya, dengan karakter tiap jenis seperti pada Tabel 2. Klasifikasi jenis kelamin kepiting bakau dapat dilakukan secara eksternal. Menurut Moosa et al. 1985, ruas-ruas pada tutup abdomen kepiting bakau jantan umumnya sempit dan berbentuk segitiga, sedangkan ruas-ruas pada tutup abdomen kepiting bakau betina berukuran lebar dan sedikit membulat. Tabel 2 Karakter jenis kepiting bakau Scylla spp. menurut Keenan et al. 1998. Jenis Fakror pembeda ciri morfologis Pola poligon dan warna Chela dan kaki-kakinya memiliki pola poligon yang sempurna untuk kedua jenis kelamin dan pada abdomen betina. Warna bervariasi dari ungu, hijau sampai hitam kecoklatan Duri pada dahi Tinggi, tipis dan agak tumpul dengan tepian yang cenderung cekung dan membulat Scylla serrata Duri pada bagian luar cheliped Dua duri tajam pada propondus dan sepasang duri tajam pada carpus Pola poligon dan warna Chela dan dua pasang kaki jalan pertama berpola poligon serta dua pasang kaki terakhir dengan pola bervariasi. Pola poligon juga terdapat pada abdomen betina dan tidak pada abdomen jantan. Warna bervariasi mirip dengan S. serrata Duri pada dahi Tumpul dan dikelilingi celah sempit Scylla tranquebarica Duri pada bagian luar cheliped Dua duri tajam pada propondus dan sepasang duri tajam pada carpus. Pola poligon dan warna Chela dan kaki-kakinya berpola poligon untuk kedua jenis kelamin. Warna bervariasi dari ungu sampai coklat kehitaman. Duri pada dahi Tajam, berbentuk segitiga dengan tepian yang bergaris lurus dan membentuk ruang yang kaku Scylla paramamosain Duri pada bagian luar cheliped Pada dewasa tidak ada duri pada bagian luar carpus dan sepasang duri agak tajam yang berukuran sedang pada propondus sedangkan pada juvenil duri di bagian luar carpus tajam. Pola poligon dan warna Chela dan kaki-kakinya tanpa pola poligon yang jelas untuk kedua jenis kelamin dan pada abdomen betina saja. Warna bervariasi dari oranye kemerahan sampai coklat kehitaman. Duri pada dahi Tumpul dan dikelilingi raung-ruang yang sempit Scylla olivacea Duri pada bagian luar cheliped Umumnya tidak ada duri pada carpus. Sedangkan pada bagian propondus duri mengalami reduksi dari tajam ke tumpul

2.2.3 Daur Hidup

Menurut Arriola 1940; Hill 1974; dan Le Reste et al. 1976, kepiting bakau melangsungkan perkawinannya di perairan hutan mangrove, dan secara berangsur-angsur sesuai dengan perkembangan telurnya, kepiting bakau betina akan bermigrasi ke perairan laut atau menjauhi pantai, untuk mencari perairan yang parameter lingkungannya terutama suhu dan salinitas perairan cocok, sebagai tempat memijah. Dikatakan selanjutnya, kepiting bakau jantan setelah 19 melakukan perkawinan akan tetap berada di perairan hutan mangrove, tambak atau sela-sela perakaran mangrove. Menurut Estampador 1949, perkembangan kepiting bakau dalam daur hidupnya dibagi atas tiga stadia, yaitu: stadia embrionik, stadia larva dan stadia pascalarva. Secara lebih detil Motoh 1977, menyatakan bahwa perkembangan kepiting bakau Scylla serrata mulai dari telur hingga mencapai dewasa mengalami beberapa tingkat perkembangan, yaitu: stadia zoea, stadia megalopa, stadia kepiting muda juvenil dan stadia kepiting bakau dewasa. Setelah telur menetas di perairan laut, muncul larva tingkat I zoea I yang akan terus menerus berganti kulit moulting, kemudian terbawa arus ke perairan pantai, hingga mencapai stadia zoea V. Proses ini memerlukan waktu minimal 18 hari. Setiap kali pergantian kulit zoea tumbuh dan berkembang, yang antara lain ditandai oleh penambahan setae renang pada endopod maxilliped-nya Warner 1977. Zoea V kemudian akan mengalami pergantian kulit menjadi megalopa, yang bentuk tubuhnya sudah mirip dengan kepiting dewasa, kecuali masih memiliki bagian ekor yang panjang. Menurut Motoh 1977, megalopa yang lebih mirip kepiting dewasa sering dirujuk sebagai kepiting pada stadia pascalarva. Proses perkembangan dari stadia megalopa ke stadia kepiting bakau muda juvenil, memerlukan waktu antara 11-12 hari. Kepiting bakau muda akan bermigrasi kembali ke hulu estuari, kemudian berangsur-angsur memasuki hutan mangrove, hingga berkembang menjadi kepiting bakau dewasa. Gambaran daur hidup kepiting bakau tersaji pada Gambar 2.

2.2.4 Sistem Neurosecretory Tangkai Mata