Siklus Reproduksi Reproduksi .1 Organ Reproduksi

31 Tingkat I Tingkat II Tingkat III Tingkat IV Tingkat V Tingakt VI Tingkat VII Tingkat VIII Menurut Hill et al. 1989, lama masa inkubasi kepiting Aratus pisori adalah 16 hari, pada kepiting biru Callinectes sapidus, proses ini berlangsung selama 7-14 hari. Sedangkan proses inkubasi kepiting bakau S.serrata, berlangsung antara 9-11 hari Heasman 1980.

2.2.5.4 Siklus Reproduksi

Menurut Estampador 1949, daur hidup kepiting bakau dapat dibagi atas tiga tahap yaitu tahap embrionik, tahap larva dan tahap pascalarva. Sedangkan menurut Ong 1966 dan Motoh 1977, perkembangan Scylla serrata mulai dari telur hingga mencapai kepiting dewasa mengalami beberapa tingkat perkembangan. Tingkat perkembangan tersebut adalah zoea, megalopa, kepiting uda baru menempel pada rambut zoea, ef Larva zoea I yang berenang bebas, g Larva m dan kepiting dewasa. Telur akan menetas setelah 17 hari proses pemijahan, dan embrio dapat tetap berkembang meskipun induknya telah mati Ong 1966. Perkembangan telur menjadi larva dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar 9 Perkembangan telur menjadi larva kepiting bakau Scylla serrata Menurut Arriola 1940. a Telur dalam fase blástula, b Zoea dalam telur yang belum dierami, c Zoea dalam telur yang baru menetas, d Kapsul telur yang Tingkat IX Tingkat X : Pembelahan tidak nyata : Pembelahan nampak nyata : Mulai terbentuk area bebas yolk berukuran kecil : Area bebas yolk semakin terlihat nyata. Pigmen mata belum nampak : Pigmen mata nampak nyata : Nampak jalur-jalur pigmen tubuh chromathophores. Mulai nampak denyut jantung : Pigmen larva semakin nyata telihat. Denyut jantung sangat nyata :Yolk semakin berkurang. Mulai terlihat getaran kaki. :Yolk hampir tidak ada atau tidak ada sama sekali. Kaki terlihat bergerak : Telur menetas. Muncul zoea tingkat I 32 Pada fase awal, setelah telur kepiting bakau menetas akan muncul larva tingkat I zoea I, yang terus menerus berganti kulit. Zoea I kemudian terbawa arus ke erairan pantai, dan berkembang hingga mencapai tingkat zoea V. Tiap tingkat oea dibedakan oleh penambahanperkembangan organ tubuh, baik organ enunjang kemampuan bergerak, maupun organ penunjang aktivitas makan ardjono et al. 1994. Hal ini dikemukakan pula oleh Warner 1977, bahwa ada tiap pergantian kulit, zoea tumbuh dan berkembang, yang ditandai oleh g pada endopod maxilliped-nya. Dalam perkembangan dari tingkat zoea I ke tingkat zoea selanjutnya, punggung thetes dan dua seta p z p M p penambahan seta renan akan terjadi satu kali pergantian kulit melalui proses perobekan pada bagian tubuh. Proses tersebut membutuhkan waktu sekitr 18-20 hari Ong 1966 Warner 1977. Lavina dan Buling 1977, mendeskripsikan karakter perkembangan larva sebagai berikut: Larva kepiting bakau bersifat planktonik. Pada tingkat zoea I, tidak berwarna transparan, dapat mencapai panjang 1.15 mm, duri-duri rostrum berukuran 0.35 mm, duri dorsal 0.48 mm dan duri lateral 0.19 mm. Mata menempel, antenne tidak bersegmen dan pendek. Antennula berduri dan panjang, exopodite antenne berupa duri pendek, serta memiliki seta yang panjang; pada tingkat zoea II, panjang tubuh mencapai 1.51 mm, duri rostrum 0.39 mm, duri dorsal 0.54 mm dan duri lateral 0.2 mm. Mata bertangkai, memiliki antenna dengan empat aes pendek yang berbeda ukuran, memiliki antenne seperti yang dimiliki oleh kepiting bakau tingkat zoea I, tetapi lebih besar ukurannya; pada tingkat zoea III, panjang tubuh mencapai 1.93 mm, duri rostrum 0.52 mm duri dorsal 0.63 mm dan duri lateral 0.24 mm. Memiliki antenne seperti yang terdapat pada zoea tingkat II, tetapi lebih besar ukurannya; pada tingkat zoea IV, panjang tubuh mencapai 2.40 mm, duri rostrum 0.72 mm, duri dorsal 0.86 mm, dan duri lateral 0.28 mm. Antenne mempunyai aesthestes yang panjang dan dua seta serta subterminal; pada tingkat zoea V, panjang tubuh mencapai 3.43 mm, duri rostal 1.07 mm, duri dorsal 1.31 mm, dan duri lateral 0.32 mm. Memiliki antenne dengan aesthetes dalam tiga tingkatan, seluruh periopod bertambah panjang dan mulai bersegmen. Setelah melewati lima tingkat zoea dengan cara lima kali moulting, terbentuklah stadia megalopa Brick 1974. 33 Proses pergantian kulit pada tingkat tingkat megalopa sama seperti yang terjadi pada tingkat zoea, yaitu melui proses perobekan pada bagian punggung cephalotorax dan abdomen Warner 1977. Perkembangan kepiting bakau Scylla serrata pada tingkat larva hingga megalopa dapat dilihat pada Gambar 10. zoea III, d Larva zoeaIVe, Larva zoea V, f megalopa bakau dewasa, tetapi masih me ai tingkat pascalarva. kepiting bakau muda, memerlu kat juvenil memerlukan kat dewasa dicapai setelah me ase zoea. 1977. .3 Habitat Kepiting Bakau keberadaan piting bakau. eng Gambar 10 Perkembangan kepiting bakau Scylla serrata pada tingkat larva dan megalopa menurut Ong 1964 a Larva zoea I, b Larva zoea II, c Larva Pada tingkat megalopa, bentuk tubuh sudah mirip kepiting miliki ekor yang panjang, sehingga sering dirujuk sebag Proses perkembangan dari tingkat megalopa ke tingkat kan waktu 11-12 hari Moosa et al. 1985. Ting waktu kurang lebih 30-34 hari, sedangkan ting ngalami moulting kurang lebih 20 kali sejak mulai dari f Kepiting bakau mulai dewasa pada ukuran panjang karapaks 42.0 mm. Lavina 2 Kualitas lingkungan adalah fakor penting yang dapat mempengaruhi dan pertumbuhan semua organisme termasuk ke D an demikian maka di alam, kepiting bakau hanya akan menempati bagian- bagian perairan yang memiliki kondisi kualitas lingkungan yang mampu ditolelir olehnya. Untuk mengetahui habitat alami kepiting bakau, maka perlu diketahui toleransi kepiting bakau terhadap karakteristik kualitas lingkungan yang menjadi habitatnya. 34

2.3.1 Suhu