Produksi Serasah Karakteristik Hutan Mangrove .1 Luasan Hutan Mangrove

72 yang relatif tenang, serta mendapat pengaruh aliran sungai dan alur pasang surut creek secara kontinyu. Nybakken 1992, menyatakan bahwa perkembangan maksimal hutan mangrove dapat dijumpai pada daerah-daerah dengan curah hujan yang tinggi, atau daerah-daerah bersungai yang memberikan aliran air tawar yang cukup, untuk mencegah perkembangan kondisi hipersalin. Sedangkan Nontji 1987, menyatakan bahwa mangrove tidak tumbuh di pantai yang berombak besar dengan arus pasang surut yang kuat, karena tidak memungkinkan terjadinya pengendapan lumpur dan pasir, yang merupakan substrat ideal bagi pertumbuhan mangrove.

4.1.2.3 Produksi Serasah

Hasil analisa produksi serasah memperlihatkan bahwa rata-rata produksi serasah pada stasiun penelitian Blanakan, Tanjung Laut, dan Mayangan, berkisar antara 0-5.34 kghathn. Hasil analisa antar substasiun pada masing- masing stasiun penelitian Gambar 18, memperlihatkan bahwa pada stasiun penelitian Blanakan, rata-rata produksi serasah berkisar antara 0-5.34 kghathn. Nilai produksi tertinggi dijumpai pada substasiun B5, sedangkan nilai terendah dijumpai pada substasiun B6. Pada stasiun penelitian Tanjung Laut, rata-rata produksi serasah berkisar antara 0-2.57 kghathn. Nilai produksi tertinggi dijumpai pada substasiun T4, sedangkan nilai terendah dijumpai pada substasiun T5. Sedangkan pada stasiun penelitian Mayangan, produksi serasah berkisar antara 0-5.13 kghathn. Nilai produksi tertinggi dijumpai pada substasiun M1, sedangkan nilai terendah dijumpai pada substasiun M5. Gambar 18 Grafik distribusi nilai produksi serasah menurut substasiun pada stasiun penelitian Blanakan B1-B6; Tanjung Laut T1-T5; dan Mayangan M1-M5 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 B1 B2 B3 B4 B5 B6 T1 T2 T3 T4 T5 M 1 M 2 M 3 M 4 M 5 Kg h a t h n 73 Serasah adalah sisa organik dari tanaman dan hewan, yang ditemukan baik di permukaan tanah atau di dalam mineral tanah. Serasah terdiri atas guguran cabang, batang utama, daun dan buah yang menumpuk pada permukaan tanah Spurr Barnes 1980. Menurut Waring dan Schlesinger 1985, kelihangan tahunan dari daun, bunga, buah, ranting dan serpihan kulit kayu, merupakan bagian utama dari guguran serasah pada ekosistem hutan mangrove. Serasah daun merupakan 70 dari total serasah di permukaan tanah. Hasil analisa produksi serasah menunjukkan bahwa, produksi serasah berbanding lurus dengan kerapatan vegetasi mangrove. Hal ini berarti, semakin tinggi tingkat kerapatan mangrove pada suatu wilayah, semakin tinggi pula nilai produksi serasah pada wilayah tersebut. Hasil analisa produksi serasah pada wilayah perairan mangrove Desa Blanakan, Tanjung Laut, dan Mayangan, secara umum menunjukkan bahwa zona hutan mangrove dengan tingkat kerapatan vegetasi yang tinggi, memiliki produksi serasah yang tinggi pula. Sebaliknya zona dengan kerapatan vegetasi yang rendah, dan zona tanpa vegetasi mangrove zona perairan laut, memiliki produksi serasah yang rendah pula. Hal ini dapat dibuktikan dengan rendahnya produksi serasah pada wilayah perairan mangrove Desa Tanjung laut, dibandingkan dengan produksi serasah pada wilayah perairan mangrove Desa Blanakan dan Mayangan, akibat tingkat kerapatan mangrove yang lebih rendah.

4.1.2.4 Kelimpahan Makrozoobentos