5 kepiting bakau, melalui studi tentang bioekologi kepiting bakau Scylla spp..
Data dan informasi ini dapat digunakan sebagai bahan kajian dalam upaya pengelolaan populasi kepiting bakau dan habitatnya, melalui tindakan konservasi
dan rehabilitasi.
1.3 Pendekatan Masalah
Untuk memperoleh data dan informasi tentang aspek bioekologi kepiting bakau, perlu dilakukan beberapa pendekatan. Data dan informasi tentang tipe
dan karakteristik habitat kepiting bakau, diperoleh dengan melakukan klasifikasi wilayah zona berdasarkan konversi dan pemanfaatan hutan mangrove, yakni
zona alami dan zona pemanfaatan seperti: pertambakan, pariwisata, dan pemukiman penduduk, atau berdasarkan karakter-karakter khusus yang dimiliki
tiap zona. Selanjutnya pada tiap zona dilakukan pengamatan dan analisa parameter biofisik dan kimia lingkungan, yang meliputi: parameter fisik-kimia air
dan substrat, kerapatan vegetasi mangrove, produksi serasah dan kelimpahan makrozoobentos, sehingga dapat memberikan gambaran umum tentang kondisi
lingkungan pada lokasi penelitian perairan mangrove Desa Blanakan, Tanjung Laut dan Mayangan dan karakteristik habitat kepiting bakau.
Untuk tujuan pengelolaan populasi kepiting bakau, dilakukan kajian determinasi struktur morfologis dan anatomis tubuh kepiting bakau secara umum,
serta struktur morfologis dan anatomis tubuh, yang merupakan faktor pembeda dalam identifikasi jenis kepiting bakau. Disamping itu, dilakukan juga kajian
tentang struktur populasi, distribusi spasial dan temporal, serta aspek reproduksi kepiting bakau. Dalam kajian struktur populasi kepiting bakau, dilakukan analisa
ukuran minimum dan maksimum, pola distribusi, pola pertumbuhan, parameter pertumbuhan dan umur teoritis, serta laju mortalitas kepiting bakau, yang
tertangkap pada wilayah perairan mangrove Desa Blanakan, Tanjung Laut dan Mayangan.
Melalui data hasil tangkapan kepiting bakau pada tiap zona, dalam wilayah perairan mangrove Desa Blanakan, Tanjung Laut dan Mayangan secara teratur
selama 12 siklus bulan, dapat dikaji kelimpahan kepiting bakau pada tiap zona. Bila hasil analisa kelimpahan kepiting bakau dikaitkan dengan data parameter
biofisik dan kimia lingkungan, maka dapat diperoleh data dan informasi tentang distribusi spasial kepiting bakau menurut jenis, jenis kelamin, kelas ukuran dan
6 individu betina matang gonad, dalam kaitannya dengan karakteristik habitatnya.
Dapat juga dikaji distribusi temporal kepiting bakau betina matang gonad, serta parameter fisik dan kimia lingkungan yang mempengaruhi distribusi tersebut.
Kajian aspek reproduksi kepiting bakau yang dilakukan, meliputi: performa reproduksi, potensi reproduksi, dan evaluasi efektivitas ablasi tangkai mata
kepiting bakau. Performa reproduksi kepiting bakau, dilakukan melalui kajian determinasi struktur morfologis dan anatomis tubuh kepiting bakau, untuk
memperoleh data dan informasi tentang karakter dewasa kelamin dan frekwensi ukuran dewasa kelamin, karakter pembeda jenis kelamin, serta karakter
perkembangan gonad, embrio dan larva kepiting bakau. Potensi reproduksi kepiting bakau, dikaji melalui analisa rasio kelamin, frekwensi pemijahan dan
rekruitmen kepiting bakau di wilayah perairan mangrove Desa Blanakan, Tanjung Laut dan Mayangan.
Evaluasi efektivitas ablasi tangkai mata kepiting bakau, dilakukan secara terkontrol di tambak dan di laboratorium, meliputi: evaluasi perkembangan
gonad, embrio dan larva, yang dihasilkan oleh induk kepiting bakau yang diberi perlakuan ablasi tangkai mata dan tanpa perlakuan ablasi tangkai mata alami.
Untuk menjamin keberhasilan ablasi, sebelumnya dilakukan eksplorasi sistem neurosecretory sel-sel neurosecretory atau organ-X dan sinus gland pada
jaringan tangkai mata kepiting bakau melalui analisa histokimia. Diagram perumusan dan pendekatan masalah penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
1.4 Tujuan Penelitian