Frekwensi Pemijahan Potensi Reproduksi Kepiting Bakau .1 Rasio Kelamin

209 populasi kepiting bakau jantan dan betina pada suatu perairan mangrove berbeda menurut ruang dan waktu.

4.2.2.2 Frekwensi Pemijahan

Hasil analisa tingkat kematangan gonad dari tiap individu kepiting bakau jenis Scylla serrata betina yang tertangkap setiap bulan selama 12 bulan penangkapan memperlihatkan kepiting bakau betina matang gonad dalam berbagai tingkat perkembangan dapat dijumpai pada stasiun penelitian Blanakan, Tanjung Laut, dan Mayangan setiap bulan penangkapan. Grafik distribusi jumlah individu kepiting bakau betina matang gonad dalam berbagai tingkat perkembangan pada stasiun penelitian Blanakan memperlihatkan bahwa jumlah individu kepiting bakau betina matang gonad tingkat I TKG I, mulai mengalami peningkatan pada bulan November sampai Maret, kemudian cenderung menurun sampai bulan Mei. Selanjutnya meningkat kembali pada bulan Juni, untuk kemudian menurun kembali pada bulan Agustus; jumlah individu kepiting bakau betina TKG II menunjukan peningkatan mulai bulan Desember sampai April, kemudian cenderung menurun sampai bulan Juni. Mengalami peningkatan kembali pada bulan Juli, untuk kemudian menurun kembali; peningkatan jumlah individu kepiting bakau betina TKG III terlihat mulai terjadi pada bulan Desember sampai April, kemudian menurun pada bulan Mei. Selanjutnya meningkat kembali pada bulan Juni sampai Juli, dan mengalami penurunan kembali; jumlah individu kepiting bakau betina TKG IV terlihat berfluktuasi mulai bulan November sampai Februari, kemudian memperlihatkan peningkatan pada bulan Maret sampai Juli, serta mengalami penurunan kembali pada bulan Agustus. November sampai Februari, kemudian memperlihatkan peningkatan pada bulan Maret sampai Juli, serta mengalami penurunan kembali pada bulan Agustus Sedangkan jumlah individu kepiting bakau betina TKG V terlihat mulai meningkat pada bulan Maret sampai mencapai puncaknya pada bulan Juni dan kemudian kembali menurun Gambar 76a Grafik distribusi jumlah individu kepiting bakau betina dalam berbagai tingkat perkembangan gonad pada stasiun penelitian Tanjung Laut Gambar 76b memperlihatkan jumlah individu kepiting bakau betina TKG I mulai meningkat pada bulan Januari sampai April kemudian cenderung menurun pada bulan Mei dan meningkat kembali sampai bulan Juni sampai Juli serta menurun kembali 210 pada bulan September; jumlah individu kepiting bakau betina TKG II menunjukan peningkatan mulai bulan Desember sampai Maret kemudian cenderung menurun sampai bulan Mei dan kembali mengalami peningkatan kembali pada bulan Juni untuk kemudian menurun kembali ; jumlah individu kepiting bakau betina TKG III terlihat meningkat mulai bulan Desember sampai Maret kemudian berfluktuasi sampai meningkat kembali pada bulan Agustus untuk kemudian mengalami penurunan kembali ; jumlah individu kepiting bakau betina TKG IV terlihat mulai meningkat pada bulan Maret sampai Juni dan kemudian menurun kembali; sedangkan jumlah individu kepiting bakau betina TKG V terlihat mulai meningkat pada bulan Maret sampai mencapai puncaknya pada bulan Juli dan kemudian kembali menurun. Gambar 76 Grafik distribusi jumlah individu kepiting bakau S. serrata betina dalam berbagai tingkat kematangan gonad TKGI-V pada stasiun penelitian a Blanakan b Tanjung Laut c Mayangan Grafik distribusi kelimpahan kepiting bakau betina dalam berbagai tingkat perkembangan gonad pada stasiun penelitian Mayangan Gambar 76c memperlihatkan kelimpahan kepiting bakau betina TKG I mulai mengalami peningkatan pada bulan Januari sampai Juli kemudian menurun mulai bulan Agustus ; kelimpahan kepiting bakau betina TKG II menunjukan fluktusi dan mulai meningkat pada bulan Maret sampai April kemudian cenderung menurun 2 4 6 8 10 12 Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct in d ivid u TKG I TKG II TKG III TKG IV TKG V 2 4 6 8 10 12 14 16 Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct indi v id u TKG I TKG II TKG III TKG IV TKG V 5 10 15 20 25 Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct i ndi v idu TKG I TKG II TKG III TKG IV TKG V a b c 211 sampai meningkat kembali pada bulan Juni dan kembali menurun pada bulan Juli; kelimpahan kepiting bakau betina TKG III terlihat mulai meningkat pada bulan Desember sampai Juli kemudian mengalami penurunan kembali; kelimpahan kepiting bakau betina TKG IV terlihat berfluktuasi pada bulan November sampai Februari dan memperlihatkan peningkatan pada bulan Maret sampai Juni, selanjutnya cenderung menurun pada bulan Juli untuk kemudian meningkat kembali pada bulan Agustus lalu mengalami penurunan kembali, sedangkan kelimpahan kepiting bakau betina TKG V terlihat mulai meningkat pada bulan Maret sampai mencapai puncaknya pada bulan Juni dan kemudian kembali mengalami penurunan. Dari ketiga grafik distribusi kelimpahan kepiting bakau betina dalam berbagai tingkat perkembangan gonad baik pada stasiun penelitian Blanakan, Tanjung Laut maupun Mayangan tersebut di atas, terlihat kecendrungan fluktuasi kelimpahan kepiting bakau betina matang gonad terhadap bulan penangkapan terlihat konsisten hanya pada TKG IV dan V atau pada tingkat akhir perkembangan gonad, yakni mulai terlihat meningkat pada bulan Maret sampai Agustus. Sedangkan pada TKG I, II dan III fluktuasi kelimpahan kepiting bakau betina matang gonad belum tampak konsisten meskipun cenderung memperlihatkan adanya peningkatan pada bulan Juni sampai Juli. Pemijahan merupakan bagian dari rangkaian proses reproduksi kepiting bakau. Pemijahan adalah proses pengeluaran telur yang terjadi setelah terjadinya proses pembentukan kuning telur vitelogenesis sempurna atau setelah gonad mencapai tingkat kematangan akhir. Pada kepiting bakau proses pemijahan akan disertai dengan proses pembuahan sel telur dan proses ini berlangsung di dalam tubuh kepiting bakau. Hartnoll 1969 menyatakan bahwa kepiting bakau termasuk dalam kelompok Branchyncha yang proses pembuahannya berlangsung di dalam tubuh diocious. Pembuahan di dalam tubuh dapat terjadi karena pada tubuh kepiting bakau betina dewasa terdapat wadah sperma spermatheca yang telah berisi massa sperma yang ditransfer dalam bentuk spermathophore oleh kepiting bakau jantan ketika proses perkawinan kopulasi berlangsung. Dengan demikian maka ketika proses pemijahan berlangsung telur-telur matang akan keluar melalui saluran telur oviduct dan melewati spermatheca yang terletak pada bagian sisi terluar oviduct sehingga akan bersentuhan dengan 212 sperma mengakibatkan terjadinya pembuahan. Oleh sebab itu, telur-telur yang dikeluarkan melalui proses pemijahan adalah telur-telur yang telah terbuahi. Karena proses pemijahan kepiting bakau selalu mengikuti proses akhir perkembangan gonad ovarium maka kelimpahan kepiting bakau betina matang gonad pada suatu waktu tertentu dapat diindikasikan sebagai musim pemijahan sedangkan waktu dimana kepiting bakau betina matang gonad tingkat akhir TKG IV dan V dijumpai melimpah dapat diindikasikan sebagai puncak aktifitas pemijahan atau puncak musim pemijahan. Hasil analisa tingkat kematangan gonad dari kepiting bakau jenis Scylla serrata betina yang tertangkap pada wilayah perairan mangrove Desa Blanakan, Tanjung Laut dan Mayangan menunjukkan kepiting bakau betina matang gonad dijumpai pada semua bulan dalam 12 bulan penangkapan. Hal ini berarti musim pemijahan kepiting bakau pada wilayah perairan mangrove Desa Blanakan, Tanjung Laut maupun Mayangan berlangsung sepanjang tahun. Kondisi ini menunjang hipotesa yang diajukan oleh Estampador 1949 bahwa kepiting bakau memijah sepanjang tahun. Meskipun demikian distribusi kelimpahan kepiting bakau betina matang gonad pada ke-tiga wilayah perairan mangrove menunjukan adanya perbedaan antar bulan penangkapan yang mengindikasikan adanya bulan-bulan tertentu sebagai waktu puncak aktifitas pemijahan kepiting bakau atau puncak musim memijah. Hasil analisa memperlihatkan pada bulan Maret sampai Agustus terjadi peningkatan kelimpahan kepiting bakau betina matang gonad tingkat akhir TKG IV dan V baik pada wilayah perairan mangrove Desa Blanakan, Tanjung Laut maupun Mayangan, sehingga bulan-bulan tersebut diduga merupakan puncak aktifitas pemijahan atau puncak musim pemijahan kepiting bakau. Hal itu berarti musim pemijahan maupun puncak musim pemijahan kepiting bakau pada ke-tiga wilayah perairan mangrove tersebut tidak berbeda yang dimungkinkan karena berada pada wilayah pesisir yang sama sehingga memiliki kondisi musim dan cuaca yang sama pula. Dengan demikian maka dapat dikatakan puncak musim pemijahan kepiting bakau pada ke-tiga wilayah perairan mangrove berlangsung selama kurang lebig enam bulan yaitu mulai awal musim panas hingga akhir musim panas atau memasuki awal musim hujan. Puncak musim pemijahan kepiting bakau pada wilayah perairan mangrove Desa Blanakan, Tanjung Laut dan Mayangan tersebut di atas terlihat berbeda 213 dengan puncak musim pemijahan kepiting bakau pada beberapa wilayah perairan lainnya. Kasry 1996 menyatakan bahwa musim memijah kepiting bakau berlangsung sepanjang tahun tetapi puncak kegiatan memijah pada setiap perairan tidak sama. Di Australia puncak musim pemijahan berlangsung pada bulan November-Desember atau akhir musim semi sampai awal musim panas Heasman et al. 1985, di Thailand berlangsung dari bulan Juli-Desember atau pertengahan awal musim panas sampai musim hujan Varickul et al. 1972, di India berlangsung dari bulan Desember-Februari Pillai and Nair 1968 dalam Heasman et al. 1985 sedangkan di Filipina berlangsung dari bulan Mei- September atau akhir musim semi sampai awal musim panas Arriola 1940; Estampador 1949; Pagcatipunan 1972. Di Indonesia-pun terlihat ada perbedaan puncak musim pemijahan kepiting bakau. Hendriks 1983 dalam Fattah 1991 melaporkan bahwa puncak musim pemijahan kepiting bakau di Teluk Bone berlangsung sekitar bulan Mei sampai September. Sedangkan Hanafi 1992 melaporkan bahwa puncak musim pemijahan kepiting bakau di Sulawesi Selatan terutama di kabupaten Bone, Wajo dan Sinjai berlangsung antara bulan Nopember sampai Mei. Masa puncak memijah pada wilayah perairan desa Blanakan, Tanjung Laut dan Mayangan juga agak berbeda bila dibandingkan dengan masa puncak memijah kepiting bakau yang dijumpai di Philipina dimana Arriola 1940; Estampador 1949; Pagcatipunan 1972 menemukan bahwa puncak pemijahan kepiting bakau berlangsung antara bulan Mei-September atau berlangsung selama lima bulan. Namun masa pemijahan ini sama seperti yang dijumpai di Hawaai Brick 1974. Perbedaan masa pemijahan mungkin berkaitan dengan kesesuaian kondisi lingkungan perairan dalam mendukung proses pemijahan sehingga ada kemungkinan bisa terjadi perubahan masa puncak pemijahan setiap tahun pada wilayah perairan mangrove Desa Blanakan, Tanjung Laut dan Mayangan, dimana masa puncak pemijahan dapat berlangsung lebih panjang atau lebih pendek tergantung dari kondisi lingkungan perairan secara khusus dan kondisi musim secara umum. Bila puncak musim pemijahan dikaitkan dengan rekruitmen yang merupakan hasil dari proses pemijahan kepiting bakau maka terlihat bahwa berdasarkan hasil analisa terdapat dua puncak rekruitmen kepiting bakau pada wilayah perairan mangrove Blanakan, Tanjung Laut dan Mayangan yakni terjadi 214 pada bulan April dan Mei serta bulan Agustus dan September. Hal ini berarti kedua hasil analisa tersebut saling mendukung dimana proses rekruitmen akan terjadi setelah proses pemijahan berlangsung. 4.2.2.3 Rekruitmen 4.2.2.3.1 Pola Frekwensi Rekruitmen