106 berada di sekitar areal pemukiman penduduk atau mendapat tekanan akibat
tingginya aktifitas masyarakat.
4.1.5.2 Kelimpahan Jenis
Berdasarkan hasil identifikasi menurut kriteria identifikasi kepiting bakau yang dimodifikasi dari Keenan 1998, maka kepiting bakau yang tertangkap
pada wilayah perairan mangrove Desa Blanakan, Tanjung Laut, dan Mayangan diklasifikasikan dalam empat jenis, yaitu
Scylla paramamosain, S. olivacea, S. serrata, dan S. tranquaebarica. Hasil tangkapan pada ke-16 substasiun dari
tiga stasiun penelitian, masing-masing selama satu tahun memperlihatkan bahwa kepiting bakau jenis
Scylla paramamosain, S. olivacea, S. serrata, dan S. tranquaebarica dapat dijumpai pada semua stasiun penelitian, walaupun
kelimpahan dari tiap jenis berbeda antar stasiun maupun substasiun. Hasil analisa persentasi kelimpahan jenis kepiting bakau menunjukkan
bahwa pada stasiun penelitian Blanakan, Tanjung Laut, dan Mayangan, kepiting bakau jenis
S. serrta memiliki kelimpahan tertinggi dibandingkan dengan ketiga jenis lainnya sebesar 34.25. Diikuti oleh jenis
S. paramamosain sebesar 32.35 dan jenis
S. Olivacea sebesar 22.41. Sedangkan jenis S. tranquebarica memiliki kelimpahan terendah, yakni sebesar 10.99
Gambar 43.
Gambar 43 Grafik distribusi persen kelimpahan jenis kepiting bakau Scylla spp.
Hasil analisa persentasi kelimpahan jenis kepiting bakau menurut stasiun penelitian Gambar 44, menunjukkan bahwa pada stasiun penelitian Blanakan,
kepiting bakau jenis Scylla serrata memiliki kelimpahan tertinggi sebesar 15.65.
Diikuti oleh jenis S. paramamosain dan S. olivacea. Sedangkan jenis
S. tranquebarica memiliki kelimpahan terendah sebesar 5.29. Pada stasiun
0.00 5.00
10.00 15.00
20.00 25.00
30.00 35.00
S. paramamosain S.olivacea
S. serrata S. tranquebarica
P e
rs en
K e
li m
p ah
an
107 penelitian Tanjung Laut, jenis
S. Serrata memiliki kelimpahan tertinggi sebesar 11.76, diikuti oleh jenis
S. paramamosain dan jenis S. olivacea. Sedangkan jenis
S. tranquebarica memiliki kelimpahan terendah sebesar 1.41. Dengan demikian stasiun Blanakan dan stasiun Tanjung Laut memiliki tren kelimpahan
jenis yang sama. Berbeda dengan kedua stasiun penelitian tersebut, pada stasiun penelitian Mayangan, jenis
S. paramamosain memiliki kelimpahan tertinggi sebesar 10.31. Diikuti oleh jenis
S. olivacea dan S. serrata. Sama seperti pada stasiun penelitian Blanakan dan Tanjung Laut, jenis
S. tranquebarica memiliki kelimpahan terendah yakni sebesar 4.30.
Gambar 44 Grafik distribusi persen kelimpahan jenis kepiting bakau Scylla spp. menurut
stasiun penelitian Grafik
distribusi persentasi kelimpahan kepiting bakau menurut substasiun
penelitian, menunjukan bahwa pada stasiun penelitian Blanakan Gambar 45a, jenis
S serrata melimpah pada substasiun B5 sebesar 9.11. Sedangkan jenis S. paramamosain, S. olivacea dan S. Tranquebarica, melimpah pada
substasiun B2 masing-masing sebesar 7.54; 5.27, dan 1.96. Pada stasiun penelitian Tanjung Laut Gambar 45b, jenis
S. serrata melimpah pada substasiun T4 sebesar 6.16;
S. paramamosain melimpah pada substasiun T4 dan T3 masing masing sebesar 2.53 dan 2.51; jenis
S. olivacea melimpah pada substasiun T3 sebesar 1.43, sedangkan jenis
S. tranquebarica melimpah pada substasiun T2 sebesar 0.48. Pada stasiun penelitian Mayangan Gambar
45c, jenis S. serrata melimpah pada substasiun M2 sebesar 3.31. Sedangkan
jenis S. paramamosain, S. olivacea, dan S. tranquebarica melimpah pada
substasiun M1 masing-masing sebesar 5.17 dan 5.82, dan 2.20.
0.00 2.00
4.00 6.00
8.00 10.00
12.00 14.00
16.00 18.00
Blanakan Tanjung Laut
Mayangan
P e
rs e
n
S. paramamo sain S.o livacea
S. serrata S. tranquebarica
108
Gambar 45 Grafik distribusi kelimpahan jenis kepiting bakau Scylla spp. menurut
substasiun pada stasiun penelitian a Blanakan B1-B6; b Tanjung Laut T1-T5; c Mayangan M1-M5
Dijumpainya kepiting bakau jenis S. paramamosain, S. serrata, S.
Olivacea, maupun S. tranquebarica pada wilayah perairan mangrove Desa Blanakan, Tanjung Laut, dan Mayangan, dan pada semua zona dalam tiap
wilayah perairan mangrove tersebut, mengindikasikan bahwa parameter lingkungan pada wilayah perairan mangrove Desa Blanakan, Tanjung Laut, dan
Mayangan, masih berada dalam batas toleransi keempat jenis kepiting bakau. Meskipun demikian, tiap jenis kepiting bakau memiliki preferensi terhadap kondisi
lingkungan tertentu, yang membentuk habitat alaminya. Perbedaan preferensi antar jenis kepiting bakau terhadap habitat akan mempengaruhi kelimpahannya
pada tiap wilayah perairan, maupun pada zona dari tiap wilayah perairan tersebut.
Melimpahnya jenis S. serrata dan S. paramamosain pada wilayah perairan
mangrove Desa Blanakan, Tanjung Laut, maupun Mayangan, dibandingkan dengan kedua jenis lainnya, mengindikasikan bahwa kedua jenis ini memiliki
toleransi yang besar terhadap berbagai kondisi lingkungan. Walaupun S. serrata
dan S. paramamosain melimpah pada ketiga wilayah perairan mangrove, namun
secara umum jenis S. serrata lebih melimpah pada perairan mangrove Desa
Blanakan dan Tanjung Laut. Sedangkan jenis
S. paramamosain lebih melimpah
0.00 1.00
2.00 3.00
4.00 5.00
6.00 7.00
8.00 9.00
10.00
Pe rs
e n
T1 T2
T3 T4
T5
Substasiun Penelitian
S. paramamosain S.olivacea
S. serrata S. tranquebarica
0.00 1.00
2.00 3.00
4.00 5.00
6.00 7.00
8.00 9.00
10.00
Pe rs
e n
B1 B2
B3 B4
B5 B6
Substasiun Penelitian
S. paramamosain S.olivacea
S. serrata S. tranquebarica
0.00 1.00
2.00 3.00
4.00 5.00
6.00 7.00
8.00 9.00
10.00
Pe rs
e n
M1 M2
M3 M4
M5
Substasiun Penelitian
S. paramamosain S.olivacea
S. serrata S. tranquebarica
a b
c
109 pada perairan mangrove Desa Mayangan. Hal ini mengindikasikan adanya
perbedaan kondisi lingkungan antar ketiga wilayah perairan dan adanya perbedaan preferensi kedua jenis kepiting bakau tersebut terhadap habitat
alaminya. Kajian kelimpahan tiap jenis kepiting bakau menurut zona dalam wilayah
perairan mangrove Desa Blanakan, Tanjung Laut, dan Mayangan memperlihatkan adanya perbedaan, sehingga semakin mempertegas adanya
perbedaan preferensi habitat antar jenis kepiting bakau. Pada perairan mangrove Desa Blanakan, jenis
S. serrata terlihat melimpah pada zona depan hutan dan zona laut, sedangkan
S. paramamosain, S. olivacea dan S. tranquebarica melimpah pada zona belakang dan tengah hutan. Pada perairan Mangrove Desa
Tanjung laut, jenis S. serrata terlihat melimpah pada zona depan hutan dan zona
laut, jenis S. paramamosain dan S. tranquebarica melimpah pada zona depan
hutan, zona laut, dan zona tengah hutan, sedangkan jenis S. olivacea melimpah
pada zona tengah hutan. Dengan demikian maka pada wilayah perairan ini hampir semua jenis kepiting bakau melimpah pada zona depan hutan.
Pada wilayah perairan mangrove Desa Mayangan, jenis S. serrata terlihat
melimpah pada zona depan hutan dan zona laut, sedangkan jenis
S. paramamosain, S. Olivacea, dan S. tranquebarica terlihat melimpah pada zona tengah hutan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sekalipun semua
jenis kepiting bakau mampu beradaptasi pada kondisi lingkungan yang bervariasi, namun terdapat perbedaan preferensi habitat antar jenis. Kepiting
bakau jenis S. paramamosain, S. Olivacea, dan S. tranquebarica memiliki
preferensi habitat yang hampir sama, yakni kondisi lingkungan pada zona belakang dan zona tengah hutan, sedangkan jenis
S. serrata memiliki preferensi pada zona depan hutan dan zona laut. Kondisi yang agak berbeda terjadi pada
wilayah perairan mangrove Desa Tanjung Laut. Pada wilayah ini, jenis S. paramamosain dan S. tranquebarica juga dijumpai melimpah pada zona
depan hutan. Kondisi seperti ini diduga akibat migrasi reproduksi dari individu betina, atau merupakan migrasi kepiting bakau dewasa untuk mencari tempat
berlindung, sumber makanan alami, dan wilayah kawin, pada zona-zona yang memiliki tingkat kerapatan mangrove yang relatif tinggi. Migrasi ini diduga
dilakukan oleh kepiting bakau berukuran besar dewasa, karena secara umum kepiting bakau berukuran besar dewasa, telah memiliki kemampuan adaptasi
110 terhadap perubahan kondisi lingkungan yang lebih berkembang, dibandingkan
pada kepiting bakau muda.
4.1.5.3 Kelimpahan Jenis Kelamin