Permasalahan Orangtua Transkipsi Kelemahan Siswai Sebelum Penerapan Solusi

4.5 Permasalahan Orangtua

Permasalahan pada orangtua adalah sebuah permasalahan yang cukup kompleks. Tidak sedikit para orangtua yang ingin anaknya cepat dalam mempelajari instrumen, khususnya gitar. Namun permasalahannya adalah dukungan dari orangtua tidak terjadi pada seorang anak. Banyaknya para orangtua yang menganggap anaknya mahir dalam memainkan sebuah instrumen dikarenakan anak telah dapat bermain sebuah lagu dengan instrumen, tanpa memikirkan keberlanjutan anak dengan instrumen tersebut. Terlebih pada keinginan orangtua yang ingin anaknya mempelajari semua alat musik tanpa memikirkan banyaknya mata pelajaran yang diambil seorang anak. Kesibukan orangtua bekerja menjadikan mereka tidak ingin anaknya hanya di rumah menghabiskan waktu, sehingga para orangtua membuat anak-anak mereka les tambahan untuk menghabiskan waktu sebelum orangtua pulang bekerja tanpa memikirkan persoalan anak dengan praktik instumen yang sedang dipelajari seorang anak. Permasalahan-permasalahan ini menjadi hal yang harus di mengerti orangtua dalam proses pembelajaran gitar di sekolah Chandra Kusuma. Agar para orangtua dapat menempatkan posisi menjadi seorang motivator bagi anak-anak mereka serta menjadi partner terhadap sebuah pembelajaran anak, khususnya pembelajaran gitar. Universitas Sumatera Utara

4.6 Permasalahan Lagu

“Here, There and Everywhere” Kurikulum ABRSM Universitas Sumatera Utara Lagu memiliki sebuah struktur seperti intro mengawali sebuah lagu, Verse menjembatani untuk sebuah refren, Chorus disebut juga dengan reff, Universitas Sumatera Utara Bridge sebuah jembatan untuk memasuki sruktur lagu, interlude bagian yang dimainkan istrumen jarang sekali dengan suaravocal, Ending bagian penutup dari sebuah lagu. Lagu Here, There and Everywhere, keseluruhan terdiri dari 29 birama, yang diawali sukat 44 yang terdiri dari: • Intro terdapat pada birama pertama sampai birama ketiga bar 1 – bar 3 • Verse terdapat pada kamar II, birama 11 ketukan ke 3 dan 4 • Chorus terdapat pada birama 13 sampai pada birama 17 ketukan ke 2 • Bridge terdapat pada satu birama melainkan terdiri dari ketukan pada birama 3 ketukan 3 – 4, untuk mengawali sebuah lagu, birama 12 ketukan 4 untuk mengawali sebuah reffrein, birama 24 ketukan ke 3 untuk sebuah penghabisan lagu • Interlude tidak terdapat hal ini dikarenakan lagu ini untuk sebuah pembelajaran • Ending terdapat pada birama 25 ketukan ke 4 up sampai pada birama 29

4.6.1 Permasalahan proses penerapan birama 4 sampai birama 6

Universitas Sumatera Utara Guru mengajarkan murid teknik tangan kanan pada petikan dan tangan kiri pada penjarian yang dilakukan melalui birama 4 sampai birama 6 dengan teknik tirando, dimana pada birama 4 murid memainkan posisi III yang teletak pada jari 1 nada D, kemudian dilanjutkan kembali dengan jari posisi 1 yang terletak pada jari 2 nada G.

4.6.2 Permasalahan proses penerapan birama 7 dan birama 8

Guru mengajarkan teknik tangan kanan dan tangan kiri pada penjarian yang memiliki teknik nada sambung, jari telunjuk dan posisi 2 yang dilakukan siswa pada proses pembelajaran dan diawali dari birama 7 dan 8. Diawali dengan murid memainkan posisi II yang terletak pada nada A senar 3 kemudian dilanjutkan dengan jari 3 pada senar A.

4.6.3 Permasalahan proses penerapan birama 9 sampai birama 11

Universitas Sumatera Utara Guru mengajarkan 3 buah posisi yang berbeda serta penjarian pada siswa yang diawali dengan murid memainkan posisi I nada C jari 1, kemudian menuju ke posisi IV yang terletak pada nada F di senar B, kemudian posisi II jari 1 nada A pada senar G.

4.6.4 Permasalahan proses penerapan birama 13 sampai birama 15

Pada birama 13 terdapat modulasi, dari nada dasar D ke nada dasar Bes, murid diajarkan dengan posisi I pada lagu yang terdapat modulasinya, hal ini dikarenakan supaya siswa lebih memahami bagaimana memainkan posisi I bukan hanya di nada dasar yang sama.

4.6.5 Permasalahan proses penerapan birama 16 sampai birama 19

Universitas Sumatera Utara Birama 13 merupakan “jembatan” nada menuju ke nada dasar semula, murid diajarkan memainkan posisi I pada birama 13 dan juga posisi III pada birama 14 tetapi dengan nada dasar yang berbeda, kemudian dilanjutkan dengan posisi III dan posisi II seperti yang telah di jelaskan pada birama 5.

4.6.6 Permasalahan proses penerapan birama 27 sampai birama 29

Birama 24 sampai 26 merupakan akhir dari lagu Here there and everywhere, penjarian yang digunakan siswa adalah posisi II, lagu Here there and everywhere lebih banyak menggunakan posisi II dan III dikarenakan tuntutan- tuntutan nada yang lebih nyaman, dimainkan selain di posisi I.

4.7 Permasalahan Lagu

“Ode to Joy” Kurikulum ABRSM Universitas Sumatera Utara Lagu Ode to joy, keseluruhan terdiri dari 15 birama, yang bermain dengan nada dasar G mayor diawali sukat 44 yang terdiri dari : • Intro, tidak terdapat pada lagu Ode to joy, yang dimainkan langsung dengan melodi dasar • Verse terdapat pada birama 7, yang kembali pada akor I, bukan pada akord V atau V7 • Chorus terdapat pada birama 8 sampai pada birama 11 tetapi terdapat sebuah penahanan nada suspensi sampai pada birama selanjutnya atau birama 12 ketukan pertama • Bridge tidak terdapat pada lagu Ode to joy Universitas Sumatera Utara • Interlude tidak terdapat hal ini dikarenakan lagu ini untuk sebuah pembelajaran • Ending terdapat pada birama 12 ketukan ke 2 sampai pada birama 15

4.7.1 Permasalahan proses penerapan birama 1 sampai birama 4

Pada lagu ode to joy memiliki pebedaan dengan lagu Here there and everywhere secara teknik, dimana penjarian tangan kanan ibu jari p, siswa diajarkan untuk memainkan bass dan melodi dalam posisi I, dan lamban legato pada bass, penjarian yang digunakan adalah jari tengah m dan jari telunjuk i, seperti yang terlihat dalam birama 1, dalam penjarian tangan kiri semua penjarian diajarkan pada lagu ini, seperti jari 4 yang terlihat pada birama 1 ketukan ke 4.

4.7.2 Permasalahan proses penerapan birama 7 sampai birama 10

Pada birama 9 sampai birama 12 yang paling utama diajarkan pada siswa adalah tanda kromatis, seperti yang terlihat pada birama 11 nada Dis pada senar D dengan menggunakan jari 1, jika diperhatikan nada C pada birama 11 sengaja menggunakan jari 2, yang pada dasarnya menggunakan jari 1 senar B, namun Universitas Sumatera Utara guru mengajarkan jari 2 pada senar G, dikarenakan tuntutan nada Dis yang terdapat pada ketukan selanjutnya.

4.8 Permasalahan Lagu

“Nel Cor Piu Non Mi Sento” Kurikulum ABRSM Lagu nel cor piu non mi sento, keseluruhan terdiri dari 20 birama, yang diawali sukat 68 yang terdiri dari: • Intro tidak terdapat pada lagu nel cor piu non mi sento terdapat pada lagu tetapi memiliki sebuah okmat pada nada A Universitas Sumatera Utara • Verse terdapat pada kamar birama 8 ketukan ke 2 dan ketukan 3-5 berhenti kemudian dilanjutkan dengan okmat • Chorus terdapat pada birama 8 ketukan kelima sampai pada birama 14 ketukan ke 3 • Bridge tidak terdapat pada lagu ini • Interlude tidak terdapat hal ini dikarenakan lagu ini untuk sebuah pembelajaran • Ending terdapat pada birama 14 ketukan ke 6 sampai pada birama 20

4.8.1 Permasalahan proses penerapan birama 1 sampai birama 2

Pada lagu nel cor piu non mi sento siswa diajarkan dengan birama 68, dimana nada A merupakan melodi awal lagu, yang dimainkan dengan jari 4 dengan jari tengah m, dikarenakan nada selanjutnya Fis yang menggunakan jari 1.

4.8.2 Permasalahan proses penerapan birama 3 sampai birama 4

Universitas Sumatera Utara Siswa diajarkan dengan jari tengah m, jari telunjuk i, dan jari manis a pada birama 2 ketukan ke 3 sampai birama 4 ketukan ke 3 dengan menggunakan posisi III dan posisi V. Siswa diajarkan dengan posisi yang lebih sulit, bukan berarti tidak dapat dimainkan dengan posisi 1, agar siswa lebih mengenal dengan penjarian-penjarian selain di posisi I.

4.8.3 Permasalahan proses penerapan birama 5 sampai birama 6

Siswa diajarkan dengan posisi III, banyak variasi posisi dalam lagu ini, pada birama 6 ketukan ke 4 merupakan posisi III.

4.8.4 Permasalahan proses penerapan birama 8 sampai birama 9

Universitas Sumatera Utara Pada birama 9 ketukan ke 6 siswa diajarkan kembali menggunakan posisi 4, dan terdapat kromatik dalam birama 10, selanjutnya siswa diarahkan kembali untuk memainkan posisi II dengan nada G jari 2 pada tangan kiri.

4.8.5 Permasalahan proses penerapan birama 7 sampai birama 14

Pada biarama 11, terdapat 2 penjarian yang sama pada jari telunjuk i, siswa diajarkan dengan teknik itu supaya siswa tahu tidak selamanya penjarian tangan kanan harus berganti-ganti, namun ada harus tetap memainkan penjarian yang sama. Sama halnya dengan birama 11 siswa diajarkan memainkan penjarian tangan kanan yang berurut, hanya saja nada yang berganti dan posisi penjarian. Universitas Sumatera Utara Siswa kembali diajarkan dengan nada yang menggunakan tanda kromatis dengan posisi II, dan mengajarkan aplikasi tanda permata seperti yang terlihat pada birama 14.

4.8.6 Permasalahan proses penerapan birama 17 sampai birama terakhir

Pada birama 16 ketukan ke 6 sampai birama 18 siswa diingatkan kembali dengan penjarian yang telah di bahas di awal lagu dikarenakan supaya siswa tidak lupa dengan penjarian-penjarian sebelumnya apabila dihadapkan dengan penjarian yang baru. Birama 18 ketukan ke 6 sampai birama 20 merupan melodi terakhir pada lagu yang tetap dimainkan dengan posisi yang sama pada awal lagu. Lagu ini tidak memakai penjarian ibu jari p, namun guru berfungsi sebagai pengiring untuk melodi yang dimainkan siswa. Universitas Sumatera Utara

4.9 Transkipsi Kelemahan Siswai Sebelum Penerapan Solusi

Pembelajaran Gitar di Chandra Kusuma School Alvin Lianto Alvin Lianto memiliki kekurangan dalam mempelajari teknik strumming ketika bermain sebuah akord pada instrumen gitar, kurangnya intonasi yang baik, menjadikan permainan lagu yang dimainkan Alvin Lianto kurang begitu baik. Alvin adalah siswa yang berbakat dalam permainan gitar, pembelajaran alvin membutuhkan dukungan dari guru dan orangtua untuk perkembangan Alvin dalam mempelajari instrumen gitar. Perkembangan Alvin Lianto dalam pembelajaran gitar terletak pada komunikasi yang baik antara hubungan guru, orangtua. Jennifer Lauditta Jenifer Lauditta memiliki kendala dalam berlatih, kurangnya pada ketelitian membaca, feeling nada, ritme, dan intonasi menjadikan hambatan terhadap kualitas yang baik ketika memainkan sebuah lagu pada buku panduan kurikulum ABRSM. Jennifer memiliki kelemahan teknik ketika memainkan gitar klasik pada lagu klasik dan lagu Pop modern. Bermain solo maupun ansambel, masih memiliki beberapa kendala. Jenifer Lauditta juga kurang teliti dalam pembacaan partitur sight reading atau primavista dan kontrol tempo yang tepat serta kurang sabarnya Jenifer untuk teknik strumming dalam bermain akord. Universitas Sumatera Utara Stephen Sempana Steven Sempana memiliki kekurangan dalam interpretasi ketika memainkan sebuah lagu dalam pembelajaran praktik instrumen gitar. Steven sering sekali menggubah sebuah lagu atau mengaransemen kembali lagu-lagu pada reportoar dengan gaya permainan Steven sendiri tanpa melihat permasalahan yang didapati setelah merubah lagu dengan teknik yang terdapat pada lagu tersebut. Emmeline Emmeline siswi yang menyukai musik Pop dalam pembelajaran instrumen gitar. Kekurangan Emmeline dalam memainkan instrumen gitar, cara membaca partitur lagu secara langsung primavista, teknik petikan tangan kiri, dan bermain akord serta tangga nada. Kurang percaya dirinya Emmeline dalam sebuah pertunjukan performance menjadi sebuah permasalahan dalam bermain ansambel gitar. Vinthya Vintya adalah siswa yang lemah terhadap dasar basic dalam bermain musik, banyaknya kesibukan pada les pembelajaran yang lain membuat Vintya letih, dan tidak memiliki waktu untuk mengulang kembali proses pembelajaran gitar. Lemahnya Vintya dalam bermain gitar terletak pada intonasi, ritme, bermain lagu, kurangnya penguasaan teknik dalam memainkan tangga nada mayor, teknik petikan, strumming, sight reading, pembahas sebuah lagu dengan baik dan benar. Universitas Sumatera Utara Bagan 4.1 Struktur pembahasan bab IV Kurikukulum ABRSM Aplikasi CKS GUR U SI SWA \ Permasalahan SOSIAL TEKNIK Penjarian P, I, Tangan Kiri Internal Eksternal Kesehatan Intelektual Perhatian Orangtua minat Materi Belajar Bakat Kurikulum Metode Pengarahan Guru Sarana Penilaian Lingkungan Tangan Kanan Penjarian Posisi Apoyando Frame Jari Tirando Krosing senar Motifasi Kesiapan Percaya Diri Disiplin Waktu Kelelahan Universitas Sumatera Utara

BAB V SOLUSI DALAM PEMBELAJARAN INSTRUMEN GITAR DI

CHANDRA KUSUMA SCHOOL

5.1 Solusi Dalam Pembelajaran

Solusi pembelajaran yang terdapat di sekolah Chandra Kusuma sebaiknya dilakukan melalui faktor-faktor pendukung yang dialami oleh seorang siswa yang sangat penting diperhatikan oleh sebuah sekolah maupun terhadap seorang guru agar terjadinya proses belajar yang baik dalam mempelajari praktik instrumen gitar. Dalam proses pembelajaran adanya figur sebagai seorang guru menjadi ujung tombak kesuksesan dalam pembelajaran khususnya di sekolah Chandra Kusuma School, karena maju mundurnya pembelajaran terletak di tangan seorang guru. Dalam kondisi bagaimanapun guru tetap memegang posisi yang sangat vital dan penting. Demikian halnya dalam pengembangan pembelajaran praktik instrumen gitar di Chandra Kusuma School. Fungsi kontrol dari seorang guru ini terletak ditangan seorang guru yang membuat posisi seorang guru tetap penting dalam sebuah pembelajaran khususnya pembelajaran praktik instrumen gitar.

5.2 Solusi Permasalahan Faktor-Faktor Internal Belajar

Solusi dari faktor-faktor internal dalam sebuah pembelajaran untuk mencapai sebuah tujuan dari hasil proses belajar. Minat terhadap sebuah metode yang baik sangat diperlukan dalam sebuah pembelajaran agar siswa tidak merasa bosan. Metode tersebut sebaiknya harus dimengerti oleh seorang guru agar ketika Universitas Sumatera Utara