Permasalahan teknik dalam permainan instrumen gitar yang dimaksud oleh penulis dengan menggunakan kurikulum ABRSM, menerapkan sebuah notasi
yang memiliki tingkat kesulitan dalam memainkan repertoar atau bahan ajar kurikulum ABRSM. Permasalahan faktor-faktor penghambat dalam proses
pembelajaran gitar adalah sebuah permasalahan eksternal dan internal yang menjadikan proses pembelajaran kurang menguntungkan baik pada minat seorang
siswa, bakat, kemampuan, pemilihan lagu, banyaknya mata pelajaran yang diambil siswa, orang tua, pelajaran yang dianggap penting, siswa yang
menganggap pelajaran musik hanya menjadi pelengkap dan mengisi kekosongan waktu, daya tangkap siswa yang lemah, membuat tertinggalnya murid, sehingga
tidak ingin melanjutkan kembali pembelajaran tersebut, rasa percaya diri yang kurang, sikap siswa yang ingin bermain ketika proses pembelajaran kelas musik
program praktik instrumen gitar di Chandra Kusuma School. Kemudian penulis juga menawarkan solusi dari permasalahan teknik serta
faktor internal dan eksternal penghambat siswa, agar dapat diatasi dan saling bekerjasama antara semua pihak, untuk keberhasilan seorang anak dalam
mempelajari instrumen musik khususnya instrumen gitar yang dilakukan dengan baik dalam pembelajaran kelas maupun pembelajaran individu face to face.
1.5.2 Teori
Penelitian ini menggunakan pendekatan teori behaviorisme yang menyatakan tumbuh dan berkembangnya pembelajaran seorang siswa adalah
sebuah pendekatan dalam pembelajaran adalah hasil evolusi berkembang secara
Universitas Sumatera Utara
bertahap dari satu pemikiran kepada pemikiran selanjutnya. Teori belajar behaviorisme adalah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner dalam buku
“Educational Psychology” Second Edition, Chicago Rand Mc. Nally, tahun 1979, tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
Behaviorisme menyimpulkan bahwa perubahan tingkah laku yang ditunjukkan oleh seorang pelajar adalah suatu perwujudan nyata dari keberhasilan
atas sebuah pembelajaran. Secara tidak langsung penerapan dari teori behaviorisme ini membangun sebuah kemampuan yang kuat untuk mencari
masalah dan solusi permasalahannya problem solving yang dianggap sesuai. Maka murid-murid akan berlomba-lomba untuk mencari tahu solusi pembelajaran
yang dihadapinya. Teori behaviorisme juga tidak terlepas pada aspek kognitif,
afektif dan psikomotorik. Kognitif yang mencakup kegiatan mental otak. Segala upaya yang
menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif memiliki enam jenjang atau aspek, yaitu:
1. Pengetahuanhafalaningatan Knowledge 2. Pemahaman Comprehension
3. Penerapan Application 4. Analisis Analysis
5. Sintesis Syntesis 6. Penilaianpenghargaanevaluasi Evaluation
Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai
Universitas Sumatera Utara
pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau
prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan demikian aspek kognitif adalah logika berpikir subtaksonomi yang mengungkapkan
tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi.
Afektif yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa pakar
mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar
afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Ranah afektif
menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu: 1. Menerima atau memperhatikan Receiving atau attending
2. Menanggapi mengandung arti “adanya partisipasi aktif” Responding 3. Menilai atau menghargai Valuing
4. Mengatur atau mengorganisasikan Organization 5. Karakterisasi dengan suatu nilai atau
kompleks nilai Characterization by evalue or calue complex
Psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan skill atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar
tertentu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif memahami sesuatu dan dan hasil belajar afektif yang baru
tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku. Ranah
Universitas Sumatera Utara
psikomotor adalah berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya: lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya.
Hasil belajar keterampilan psikomotor dapat diukur melalui: 1 pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama proses
pembelajaran praktik berlangsung, 2 sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada peserta didik untuk mengukur pengetahuan,
keterampilan, dan sikap, 3 beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya.
Teori behaviorisme juga memfokuskan perhatiannya kepada stimulus inputmasukan dan respon outputkeluaran. Segala sesuatu yang berada di luar
dari daerah ini sama sekali tidak mendapat perhatian, semua stimulus dan respon tersebut harus dapat diamati dan diukur secara pasti atau eksplisit.
Selain stimulus dan respon, reinforcement atau penguatan juga dianggap sebagai faktor lain yang penting dalam aplikasi teori ini. Penguatan ini dapat
digolongkan sebagai apa saja yang dapat memperkuat timbulnya sebuah respon. Dibagi menjadi dua yaitu penguat positif dan penguat negatif. Kedua penguatan
ini bekerja secara bergantian, apabila penguat positif ditambahkan maka penguat negatif harus dikurangi agar dapat memperkuat respon. Penerapan dari metode ini
sangat cocok untuk memperoleh kemampuan psikomotor dan pembelajaran yang mengandung unsur kecepatan spontanitas.
Teori behavorisme diterapkan kepada anak-anak yang masih membutuhkan peran guru atau orang tua, karena pada dasarnya teori ini tidak
dapat berdiri sendiri tanpa adanya peran pembimbing dalam proses
Universitas Sumatera Utara
pembelajarannya. Pembelajaran yang dilakukan bersifat satu arah, maka semua pemberian stimulus atau materi pembelajaran total berpusat pada guru, murid
hanya pasif mendengarkan. Selain dari cara pengajaran, teori ini dapat dikatakan sebagai teori yang bersifat mekanistis dan hanya berorientasi pada hasil. Berikut
adalah contoh dari penerapan pembelajaran behaviorisme dalam musik. •
Langkah pertama, murid mendapatkan stimulus berupa materi-materi pembelajaran yang berupa lagu.
• L
angkah kedua, murid akan merespon materi-materi atau lagu tersebut dengan cara mencoba untuk memainkannya. Dalam langkah kedua ini
stimulus dapat ditambahkan lagi jika diperlukan, seperti guru akan memberikan materi-materi baru sebagai pelengkap dari materi-materi yang
diberikan dalam langkah yang pertama. •
L angkah ketiga, respon tersebut akan menghasilkan sebuah perubahan
tingkah laku, dimana perubahan tersebut ditunjukkan dengan mampu atau tidaknya murid memainkan lagu.
• L
angkah keempat, guru akan memberikan pujian atau hukuman atas hasil yang dicapai, apabila hasil memuaskan guru akan memberikan pujian, jika
hasil berada pada kondisi sebaliknya guru dapat memberikan hukuman.
Universitas Sumatera Utara
• L
angkah kelima, apabila murid masih menunjukkan hasil yang kurang memuaskan, hukuman tersebut dapat dikurangi dengan harapan respon
yang dihasilkan akan semakin bertambah dan mendatangkan sebuah perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.
1.6 Metode Penelitian