Fungsi Konsumsi menurut Simon Kuznet

dari mulai 0 sampai umur t 1 besarnya pengeluaran konsumsi lebih besar daripada pendapatannya. Demikian juga pada masa anak dimana pada saat usia dini kebutuhan konsumsi masih lebih tinggi daripada pendapatannya karena belum mempunyai sumber pendapatan sendiri sehingga masih harus dibantu orang lain yaitu orang tuanya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi. Baru mulai umur t 1 sampai t 3 besarnya pendapatan lebih besar daripada pengeluaran konsumsi dan mencapai puncaknya pada umur t 2 dimana pendapatan yang diperoleh adalah paling tinggi yaitu pada masa puncak karir pekerjaan seseorang. Memasuki usia produktif mulai dapat memenuhi kebutuhan sendiri dimana besarnya pendapatan lebih besar daripada pengeluaran konsumsi sehingga dapat menyisihkan sebagian pendapatannya untuk ditabung. Mulai umur t 3 mulai memasuki masa pensiun ditandai dengan pendapatan yang mulai menurun yang sebenarnya sudah mulai sejak umur t 2 dimana produktifitas kerja seseorang sudah mulai berkurang. Pada masa memasuki pensiun pengeluaran konsumsi lebih tinggi daripada pendapatannya sehingga untuk memenuhi kebutuhan konsumsi diambilkan dari sebagian tabungan yang disiapkan pada masa produktif. Dalam analisisnya diasumsikan bahwa konsumen bersikap rasional artinya dia akan berusaha memaksimalkan kepuasan dari pendapatan yang diterimanya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi sekarang dan yang akan datang. Dia akan melakukan perhitungan antara besarnya pendapatan yang diterima dengan besarnya pengeluaran konsumsi dengan memperlakukan nilai sekarang present value dari pendapatan yang diterima sekarang dan yang akan datang sebagai constraint untuk memaksimalkan kepuasan dari konsumsinya. Sumber pendapatan yang diterima dari pendapatan tenaga kerja dan pendapatan dari kekayaan property . Seiring dengan perjalanan waktu nilai kekayaan bersih masyarakat akan mengalami kenaikan yang ditandai dengan pergeseran ke atas dari kurva konsumsi jangka pendek. Dalam jangka pendek kenaikan pendapatan nasional akan menyebabkan nilai APC semakin menurun ditandai dengan pergeseran ke atas kurva konsumsi jangka pendek. Sedangkan konsumsi jangka panjang ditandai nilai APC dan MPC konstan dengan demikian kurva konsumsi jangka panjang memotong titik pangkal dan berlereng positif. Jadi sebenarnya konsep hipotesis siklus hidup dari Ando-Brumberg-Modigliani sejalan dengan rumusan teori yang dikemukakan oleh Kuznets bahwa ada kenaikan konsumsi jangka pendek seiring dengan semakin meningkatnya pendapatan nasional.

7.8. Fungsi Konsumsi dengan Hipotesa Pendapatan Permanen

Teori konsumsi dengan hipotesa pendapatan permanen permanent income hypotesis dikemukakan oleh Milton Friedman dengan asumsi bahwa konsumen bersikap rasional dengan berusaha memaksimalkan kepuasan secara merata selama kurun waktu hidupnya. Dalam rumusannya dikemukakan bahwa besarnya konsumsi permanen dipengaruhi secara positif dan proporsional oleh besarnya pendapatan. Secara matematis fungsi konsumsi permanen dirumuskan sebagai berikut Soediyono, 1985 : C P = k Y P Dimana : C p = Konsumsi permanen k = koefisien yang menunjukkan bagian dari pendapatan permanen yang dialokasikan untuk konsumsi, nilainya 0 k 1l k nilainya stabil dan menjelaskan mengenai perilaku konsumsi seseorang yang besarnya dipengaruhi oleh selera konsumen, tingkat bunga dan rasio antara kekayaan manusiawi dan non manusiawi. Soediyono, 1985. Berikut gambar kurva konsumsi hipotesa pendapatan permanen menurut Simon Kuznets : C p = k Y p C Y Gambar di atas menjelaskan bahwa kurva konsumsi memotong pada titik pangkal dan berlereng positif artinya nilai APC = MPC bersifat konstan, semakin tinggi pendapatan semakin tinggi besarnya konsumsi. Menurut Friedman jenis pendapatan disamping ada pendapatan permanen yang mempengaruhi besarnya konsumsi permanen, juga ada pendapatan transitory pendapatan sementara yang menentukan besarnya konsumsi sementara. Jadi total pendapatan merupakan penjumlahan antara pendapatan permanen dan pendatan sementara. Dan konsumsi total merupakan penjumlahan antara konsumsi permanen dan konsumsi sementara. Soediyono, 1985. C = C p + C tr Y = Y p + Y tr Pola konsumsi permanen dan pendapatan permanen mengikut pola sebagaimana mestinya yaitu berkorelasi positif artinya kalau pendapatan permanen naik maka konsumsi permanen juga meningkat. Namun tidak demikian halnya dengan konsumsi sementara dan pendapatan sementara, kadangkala mengikuti pola yang normal namun bisa juga bersifat tidak normal. Jadi bisa bersifat positif hubungannya maupun berkorelasi negatif. Misalnya seseorang yang mendadag menjadi orang kaya baru OKB dari hadiah undian tabungan di suatu bank dimana dia menyimpan uangnya, maka akan bersifat positif hubungannya. Namun sebaliknya jika seseorang terkena musibah yang mendadak misalnya rumahnya terbakar, kecelakaan yang memerlukan biaya pengobatan yang mahal, dsb. Maka besarnya pengeluaran yang harus dikeluarkan untuk membangun kembali rumah atau menyembuhkan penyakitnya, merupakan contoh riil dari pengeluaran konsumsi sementara yang berkorelasi negatif. Namun dijelaskan menurut Friedman bahwa tidak ada hubungan yang fungsional antara pendapatan permanen dengan konsumsi permanen dan pendapatan tetap dengan konsumsi tetap.

7.9. Fungsi Konsumsi dengan Hipotesa Pendapatan Relatif

Konsepsi tentang fungsi konsumsi dengan hipotesa pendapatan relatif dirumuskan oleh James Duesenberry yang menjelaskan bahwa pola konsumsi seseorang atau masyarakat ditentukan oleh besarnya tingkat pendapatan tertinggi yang pernah dicapainya. Misalnya dalam suatu keluarga yang terbiasa dengan menu makanan yang empat sehat lima sempurna, manakala pendapatannya berkurang maka mereka akan mengurangi pengeluaran konsumsinya dengan tetap berusaha mempertahankan kualitas makanan yang empat sehat lima sempurna. Misalnya yang sebelumnya makan dengan daging sapi diganti dengan telur atau tempe untuk memenuhi nutrisi protein. Demikian juga untuk kebutuhan sayur dan buah- buahan yang sebelumnya dibeli di super market terkenal untuk menjamin kualitas bahan kemudian diganti dengan mencari bahan makanan yang sama di pasar tradisional yang harganya relatif lebih murah. Gambar berikut menjelaskan teori tentang konsumsi dengan hipotesa pendapatan relatif dari James Duesenberry : C Y = Y SC 2 LC S 1 SC 3 K 1 S 2 C 3 SC 2 K C 1 SC 1 C 2 Y 2 Y 1 Y 3 Y Kurva di atas menjelaskan bahwa terdapat dua macam konsumsi yaitu konsumsi jangka pendek SC dan konsumsi jangka panjang LC. Pada tingkat pendapatan nasional sebesar Y 1 pengeluaran konsumsi sebesar Y 1 C 1 dan tabungan sebesar C 1 S 1 . Pada saat pendapatan turun sebesar Y 2 pengeluaran konsumsi menurun tapi penurunannya sebesar Y 2 K yaitu mengikuti pola pengeluaran konsumsi jangka pendek SC 1 bukan Y 2 C 2 . Manakala terjadi peningkatan pendapatan dari Y 2 ke Y 1 , maka konsumsi juga akan meningkat dari K ke C 1 kemudian jika terjadi peningkatan pendapatan dari Y 1 ke Y 3 akan diikuti dengan peningkatan konsumsi dari Y 1 C 1 ke Y 3 C 3 dan jika terjadi penurunan pendapatan dari Y 3 ke Y 1 akan menyebabkan penurunan konsumsi sebesar Y 1 K 1 bukan Y 1 C 1 seterusnya. Konsumen akan bersikap rasional manakala terjadi penurunan pendapatan yaitu dengan mengurangi jumlah tabungan dan menggunakan dana tabungan untuk mempertahankan kualitas konsumsi tertinggi yang pernah dicapainya. Jika diamati bahwa pada saat pendapatan meningkat pola konsumsinya meningkat mengikuti konsumsi jangka panjang LC yang naik dengan peningkatan yang tajam, namun pada saat pendapatan menurun akan diikuti dengan penurunan konsumsi mengikuti pola konsumsi jangka pendek SC.