dapat mencelakakan eksistensi manusia. Kegiatan ekonomi juga diarahkan dalam upaya mencapai kondisi tersebut. Aktivitas produksi, konsumsi dan distribusi
diarahkan pada upaya mencapai kehidupan yang baik dan mencegah dari hal-hal yang dapat mengancam kehidupan manusia.
5. Hak kepemilikan pada hakekatnya adalah amanah Allah SWT
15
Keberadaan Allah SWT dapat dibuktikan dari adanya alam semesta ini. Sebagai pencipta, Allah juga sekaligus sebagai pengatur dan pemilik hakiki atas semua yang
ada dialam semesta ini. Manusia diciptakan oleh Allah sebagai pengelola alam semesta ini dengan dibekali naluri berketurunan, naluri mempertahankan diri, naluri
berkuasa dan naluri beragama. Islam mengajarkan kepada manusia bagaimana mengatur dan mengelola alam semesta ini agar dapat membawa pada kemashlahatan
kehidupan manusia. Dengan menyadari bahwa harta adalah milik Allah, maka manusia harus mengikuti aturan-aturan dari Allah dalam penggunaan maupun cara
memperoleh harta tersebut. Nilai dasar ekonomi Islam merupakan implikasi dari asas filsafat tawhid yaitu :
16
1. Kepemilikan ownership dalam ekonomi Islam adalah :
a. Hakekat kepemilikan manusia terletak pada memiliki kemanfaatannya dan bukan
menguasai secara mutlak sumber-sumber ekonomi. Apabila seseorang tidak dapat menggunakan sumberdaya secara produktif, maka padanya akan kehilangan hak
kepemilikan atas sumber-sumber tersebut seperti dalam pemilikan lahan atau tanah. Rosullah menyatakan pada suatu hadist berkaitan dengan masalah ini
“Barangsiapa menghidupkan sebidang tanah mati, maka tanah itu menj
adi miliknya. Dan tidak berhak memilikinya orang yang sekedar memagarinya dengan
tembok setelah tiga tahun
”. b.
Kepemilikan terbatas pada sepanjang usia hidupnya di dunia, dan bila orang itu meninggal maka hak pemilikan atas suatu barang akan beralih kepada ahli
warisnya menurut ketentuan Islam
Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan tanda-tanda maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya
secara maruf[112] , Ini adalah kewajiban atas orang-orang yang bertakwa. QS Al- Baqarah : 180
15
Muhammad Nejjatullah Siddiqi, Ibid, p. 194
16
Muhammed Ahmed Sakr, 1992, Islamic Concept of Ownership and Its Economic Implications, p. 117 dalam Ausaf Ahmad, et-al, 1992, Lectures on Islamic Economic, Jeddah, Islamic Research and Training
Institute Islamic Development Bank
c. Pemilikan perorangan tidak diperbolehkan terhadap sumber-sumber ekonomi yang
menyangkut kepentingan umum atau menyangkut hajat hidup orang banyak. Sumber-sumber ekonomi ini dikuasai dan dimiliki oleh negara dan dikembalikan
kembali pemanfaatannya bagi kesejahteraan masyarakat luas. Termasuk dalam kategori pemilikan umum misalnya air minum, hutan, laut, udara, ruang angkasa,
jalan, jembatan dsb.
2. Keseimbangan equilibrium
yang secara operasional terlihat dalam perilaku ekonomi seseorang yaitu moderation kesederhanaan, hemat parsimony dan menjauhi
pemborosan extravagance. Konsep keseimbangan ini juga menyangkut keseimbangan dalam dimensi kehidupan dunia dan akhirat, antara aspek pertumbuhan dan pemerataan,
kepentingan personal dan sosial, antara aspek konsumsi, produksi dan distribusi.
17
3. Keadilan justice
suatu kosa kata yang paling banyak disebut dalam Al- Qur‟an yang
menyiratkan tentang betapa pentingnya nilai-nilai keadilan bagi eksistensi kehidupan manusia. Nilai dasar keadilan sangat diutamakan dalam Islam baik yang bersentuhan
dengan aspek sosial, ekonomi maupun politik. Keadilan dalam terminologi Islam mengandung makna :
18
a. Kebebasan bersyarat dan dilandasi oleh akhlak Islam. Keadilan yang menyiratkan
kebebasan tanpa batas akan menimbulkan kekacauan dalam sendi-sendi kehidupan manusia.
b. Keadilan harus dioperasionalisasikan pada semua fase ekonomi. Keadilan dalam
aktifitas produksi mengandung makna pentingnya efisiensi dan efektifitas dalam penggunaan sumber-sumber ekonomi. Keadilan dalam aktifitas konsumsi
mengandung makna pentingnya sikap moderation, tidak boros dan hemat. Keadilan dalam aktifitas distribusi mengandung makna pentingnya alokasi sumber-sumber
ekonomi bagi kesejahteraan masyarakat tanpa mengabaikan perbedaan potensi yang dimiliki tiap-tiap individu.
1.6. Ekonomi Mikro dan Ekonomi Makro
Inti dari ilmu ekonomi adalah mengakui adanya suatu kenyataan tentang kelangkaan sumber daya dan bagaimana keputusan untuk mengorganisir masyarakat dengan suatu cara
untuk memanfaatkan sumber daya dalam menghasilkan barang dan jasa yang paling efisien.
17
Muhammad Fahim Khan, 1987, Theory of Consumer Behavior in Islamic Perspective, p. 169, dalam Ausaf Ahmad, et-al, Lectures on Islamic Economics, Islamic Research and Training Institute Islamic
Development Bank, Jeddah
18
Dr. Zubair Hasan, Ibid, p. 52
Persoalan ekonomi diungkapkan dalam suatu pertanyaan yaitu apa dan berapa jumlah barang yang diproduksi
what,
bagaimana memproduksinya
how
dan untuk siapa barang diproduksikan
for whom.
Pertanyaan
What
yaitu apa dan berapa jumlah barang harus dihasilkan artinya masyarakat harus menentukan apa jenis barang yang akan diproduksikan
dan berapa jumlahnya. Asumsi keterbatasan sumber daya mendorong masyarakat untuk menentukan pilihan misalnya apakah akan meningkatkan sektor pertanian untuk
menghasilkan bahan pangan atau mendorong sektor industri untuk menghasilkan produk industri. Bagaimana barang dihasilkan
how
artinya masyarakat harus menentukan siapa yang akan menghasilkan barang, dengan penggunaan sumber daya ekonomi apa saja dan
bagaimana cara menghasilkannya. Apakah teknik produksinya akan pada modal atau padat karya, apakah proses produksinya akan menggunakan sumber energi listrik yang digerakkan
oleh air yaitu pembangkit listrik tenaga air PLTA atau pembangkit listrik tenaga diesel PLTD. Dan untuk siapa barang dihasilkan
for whom
artinya siapa yang menikmati keuntungan dari aktivitas produksi apakah tenaga kerja, pemilik modal atau pengusaha.
Bagaimana distribusi pendapatannya ? Apakah sudah terdistribusi merata di tengah masyarakat atau belum ?
Prinsip Islam kaitannya dengan pemanfaatan sumber daya adalah bagaimana sumber daya sebagai karunia Alloh SWT dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Hal ini selaras dengan prinsip dasar dari tujuan syariah Islam maqoshidus syariah yaitu :
1. Perlindungan atas kepercayaan
hifdhun Dien
maknanya bahwa syariah Islam diturunkan untuk menjaga kebenaran agama dari sumber otentiknya yaitu Al-
Qur‟an dan Assunnah sebagai jalan kehidupan bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan
hakiki di dunia dan akhirat. 2.
Perlindungan jiwa
hifdhun nafs
maknanya bahwa syariah Islam diturunkan untuk menjaga agar ada perlindungan atas hak hidup dan kehidupan manusia. Melindungi
kehormatan manusia dan menjaga dari perilaku yang dapat mengancam jiwa manusia. 3.
Perlindungn akal
hifdhul aql
maknanya bahwa syariah Islam diturunkan untuk menjaga kesehatan akal dan penggunaan akal secara benar untuk kemaslahatan umat
4. Perlindungan harta
hifdhul maal
maknanya bahwa syariah Islam diturunkan untuk menjaga hak milik atas harta dan bagaimana agar harta dapat memberikan
kemanfaatan bagi manusia dan mencegah dari tindakan penyalahgunaan harta yang dapat merugikan orang lain.
5. Perlindungan nasab
hifdhun nasab
maknanya bahwa syariah Islam diturunkan untuk menjaga kebersihan dan kejelasan atas garis nasab keturunan seseorang
sebagai dasar dalam menentukan perwalian dan masalah waris. I.7.
Metodologi Ilmu Ekonomi dan Ekonomi Islam Pembahasan mengenai fenomena ekonomi merupakan aktivitas yang dilakukan
dengan mempertimbangkan banyak aspek dan dimensi. Fenomena perekonomian merupakan aktivitas yang kompleks dan multidimensi karena melibatkan perilaku manusia dengan
beragam latar belakang sosial, budaya, karakter, sifat, kondisi alam, politik, keyakinan, dsb. Aktivitas ekonomi pada dasarnya merupakan ajang pertemuan pelaku-pelaku ekonomi yang
melahirkan interaksi antar berbagai kepentingan individu dan sosial yang masing-masing bergerak didorong oleh motif ekonomi tertentu.
Ahli ekonomi dengan menggunakan pendekatan ilmiah akan memahami bagaiman kehidupan perekonomian berjalan. Pendekatan ilmiah yang digunakan juga mencakup
observasi terhadap fakta, klasifikasi, interpretasi dan analisis data. Dengan bantuan alat analisis kuantitatif seperti statistik, matematika dan ekonometrika memungkinkan ahli
ekonomi dapat melakukan analisis atas suatu masalah ekonomi. Dengan bantuan ekonometrika para ahli ekonomi dapat menyederhanakan masalah sehingga dapat mengetahui
sifat hubungan data yang kompleks menjadi lebih sederhana sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan atas suatu fenomena ekonomi sebagai bahan dalam pengambilan keputusan.
Namun demikian ahli ekonomi juga harus hati-hati dalam melakukan penalaran atas fenomena ekonomi yang kompleks. Suatu fenomena ekonomi muncul karena adanya
hubungan yang kompleks antar variabel yang berbeda sehingga harus hati-hati dalam memahami dan mengambil kesimpulan. Perlu pencermatan dalam melihat masalah ekonomi
mana yang merupakan sebab dan mana yang akibat, apa sesungguhnya masalah yang terjadi di balik suatu kejadian ekonomi dan bagaimana implikasi suatu kebijakan memberikan
dampak terhadap perekonomian lainnya. Ada beberapa kesalahan berpikir yang perlu dicermati para ahli ekonomi dalam melakukan penalaran ekonomi yaitu :
1. Kesalahan pola pikir post hoc yaitu suatu kesalahan yang mengasumsikan bahwa
karena suatu kejadian terjadi sebelum kejadian yang lain, maka kejadian yang pertama merupakan penyebab dari kejadian yang kedua. Kesalahan ini berkaitan dengan
kesalahan dalam pengambilan kesimpulan dalam metode berpikir. Contoh dari kesalahan berpikir ini misalnya berkaitan dengan kejadian masa Depresi Besar great
depressions tahun 1939 menjelang perang dunia II. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu mendorong dunia usaha agar dapat meningkatkan aktivitas ekonominya
dan biasanya diawali dengan kenaikan tingkat upah dan harga barang, sehingga perlu dirumuskan kebijakan meningkatkan upah dan kebijakan moneter yang longgar.
Namun yang terjadi justru sebaliknya bahwa perekonomian semakin tertekan karena banyak dunia usaha yang mengalami kesulitan dalam membayar upah bagi buruhnya.
Kebijakan yang tepat seharusnya adalah memberikan stimulus ekonomi melalui peningkatan belanja pemerintah untuk mendorong aktivitas ekonomi masyarakat
melalui proyek-proyek ekonomi yang dibiayai oleh pemerintah. 2.
Kesalahan dalam mengasumsikan bahwa kegagalan untuk menganggap hal lain konstan, artinya bahwa ketidakmampuan dalam melihat hal lain sebagai sesuatu yang
konstan pada saat melakukan penalaran. Sebagai contoh misalnya penurunan pajak kendaraan meningkatkan jumlah penerimaan asli daerah PAD dari retribusi pajak
kendaraan. Kesimpulan ini dapat menyesatkan karena tidak mempertimbangkan peningkatan jumlah kendaraan dari tahun ke tahun seiring dengan pertambah jumlah
penduduk dan aktivitas ekonomi masyarakat. 3.
Kesalahan komposisi falacy of the composition yaitu suatu kesalahan dimana diasumsikan bahwa apa yang berlaku untuk sebagian maka juga berlaku untuk semua.
Hal ini dapat dipahami dengan mencermati fenomena di sektor pertanian misalnya, jika produksi pertanian meningkat maka pendapatan petani akan meningkat dan
kesejahteraan petani juga meningkat. Namun dalam kenyataan tidak berlaku seperti itu, yaitu manakala produksi hasil pertanian semua petani meningkat berakibat terjadi
surplus produksi dan berakibat harga produk di pasar menurun yang mengakibatkan pendapatan dan kesejahteraan petani menurun.
1.7. Sistem Ekonomi Islam
19
Islam sebagai suatu sistem kehidupan manusia mengandung suatu tatanan nilai dalam mengatur semua aspek kehidupan manusia baik menyangkut sosial, politik, budaya, hukum,
ekonomi dsb. Syariat Islam mengandung suatu tatanan nilai yang berkaitan dengan aspek akidah, ibadah, akhlaq dan muamalah. Pengaturan sistem ekonomi tidak bisa dilepaskan
dengan syariat Islam dalam pengertian yang lebih luas. Sistem ekonomi Islam memiliki beberapa prinsip dasar sebagai berikut :
20
19
Sultan Abu Ali, Ibid, p. 140 dan juga Muhammad Nejjatullah Siddiqi, Ibid, p. 16
20
Masudul Alam Choudhury, Ibid, p. 14 dan juga lihat Muhammad Umer Chapra, Ibid, hal. 199