C, I Y = C + S
C = Co + b Y
d
S = - Co + 1-b Y
d
Y
konsumsi yang bersifat pokok seperti makanan, minuman, pakaian, pendidikan, kesehatan dan kendaraan sehingga masih bisa mengalokasikan sebagian pendapatannya untuk di tabung
saving.
Demikian juga alokasi pendapatan untuk kebutuhan barang mewah cenderung meningkat pada masyarakat dengan pendapatan menengah ke atas tidak demikian untuk
masyarakat dengan pendapatan menengah ke bawah karena pendapatan mereka telah habis untuk memenuhi kebutuhan hidup yang lebih esensial lainnya.
7.2. Pengeluaran Konsumsi dan Tabungan
Dari sisi rumah tangga konsumen pendapatan yang diterima dialokasikan untuk pengeluaran konsumsi C dan sisanya di tabung
saving.
Jadi tabungan adalah bagian dari pendapatan setelah pajak yang tidak dikonsumsi. Pendapatan yang mempengaruhi konsumsi
adalah pendapatan yang siap dibelanjakan
disposible income
yaitu pendapatan setelah dikurangi dengan pajak di tambah besarnya subsidi. Semakin besar pendapatan disposible
maka akan semakin besar alokasi untuk konsumsi. Sedangkan besarnya tabungan ditentukan oleh besarnya pendapatan setelah dikurangi besarnya pengeluaran konsumsi. Jadi pendapatan
merupakan variabel utama yang menentukan besarnya konsumsi dan tabungan. Fungsi konsumsi menjelaskan hubungan antara besarnya pendapatan yang siap
dibelanjakan disposible income dengan tingkat konsumsi. Sifat hubungan itu adalah positif artinya semakin besar pendapatan semakin besar pengeluaran konsumsi dan sebaliknya.
Hubungan fungsional antara pendapatan dengan konsumsi diperkenalkan oleh John Maynard Keynes berdasarkan pengamatan empiris di lapangan. Jika pendapatan besarnya sama dengan
konsumsi maka dikatakan titik impas break even point dimana besarnya tabungan sama dengan nol. Hubungan antara pendapatan, konsumsi dan tabungan dijelaskan pada gambar
berikut :
Gambar di atas menjelaskan bahwa bentuk kurva konsumsi berlereng positif artinya semakin besar pendapatan semakin tinggi pengeluaran konsumsi dan sebaliknya. Demikian
juga kurva tabungan
saving
berlereng positif artinya semakin tinggi pendapatan maka semakin tinggi besarnya tabungan dengan asumsi pengeluaran konsumsi tetap. Jadi semakin
tinggi pengeluaran konsumsi akan mendorong besarnya tabungan semakin kecil dengan asumsi pendapatan tetap. Jadi seseorang dikatakan baru bisa menabung manakala besarnya
pendapatan lebih besar dari pada konsumsi Y C dan sebaliknya seseorang tidak akan bisa menabung manakala besarnya pendapatan lebih kecil dari pada pengeluaran konsumsi Y
C. Untuk menopang pengeluaran konsumsi minimal
otonomous consumption
bagi mereka yang pendapatan lebih kecil dari pengeluaran konsumsi, maka harus ditutup dengan
berhutang dissaving.
7.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi
Pengeluaran konsumsi merupakan aktifitas manusiawi yang dilakukan oleh setiap individu dan masyarakat untuk meningkatkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk
hidup. Secara teoritis ada beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya konsumsi yaitu : 1.
Besarnya pendapatan nasional 2.
Distribusi pendapatan nasional di tengah masyarakat 3.
Kekayaan masyarakat dalam bentuk alat tukar perdagangan 4.
Barang-barang konsumsi tahan lama yang dimiliki masyarakat 5.
Kebijakan perusahaan dalam bidang keuangan dan pemasaran 6.
Ekspektasi masyarakat terhadap perubahan kondisi perekonomian Besarnya pendapatan nasional sudah dijelaskan dalam berbagai literatur ekonomi
bahwa fungsi dipengaruhi secara positif oleh besarnya pendapatan nasional. Artinya bahwa semakin tinggi pendapatan nasional akan semakin tinggi besarnya pengeluaran konsumsi dan
sebaliknya. Besarnya pengaruh fungsional antara pendapatan nasional dengan pengeluaran konsumsi ditentukan oleh besarnya marginal propensity to consume MPC.
Pengeluaran konsumsi juga dipengaruhi oleh distribusi pendapatan di antara masyarakat. Kondisi ekonomi dan pendapatan masyarakat akan menentukan bagaimana pola
konsumsinya yang ditunjukkan dengan besarnya MPC. Pada masyarakat menengah ke bawah ada kecenderungan MPC cukup besar mendekati 100 artinya setiap ada pertambahan
pendapatan akan digunakan sepenuhnya untuk memenuhi kebutuhan dasar yang masih sangat minim. Sebaliknya pada masyarakat menengah ke atas relatif nilai MPC cukup rendah artinya
setiap ada pertambahan pendapatan maka hanya sebagian kecil yang dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi karena sebagian besar kebutuhan hidupnya sudah terpenuhi.
Pola konsumsi masyarakat juga dipengaruhi oleh alat-alat pertukaran yang dimiliki masyarakat. Semakin banyak alat likuid yang dimiliki akan semakin memudahkan melakukan
transaksi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi. Demikian juga manakala cadangan devisa yang dimiliki suatu negara cukup banyak maka akan memudahkan melakukan transaksi
perdagangan dengan negara lain. Kebijakan finansial dan pemasaran yang dilakukan suatu perusahaan akan
menentukan pola konsumsi masyarakatnya. Melalui aktifitas promosi dan advertensi yang dilakukan akan mempengaruhi bagaimana ketertarikan masyarakat untuk membeli suatu
produk yang sebelumnya tidak tertarik untuk membelinya. Model-model pemasaran dan promosi gencar dilakukan oleh perusahaan baik melalui penjualan langsung direct selling
maupun multi level marketing MLM ditempuh untuk dapat mendekati dan meyakinkan konsumen agar tertarik membeli produk yang ditawarkan.
Ekspektasi masyarakat akan perubahan kondisi dimasa yang akan datang juga akan mempengaruhi pola konsumsi masyarakat. Ekspektasi perubahan harga barang dimasa depan
ditentukan oleh pengalaman masa lalu dan kemungkinan-kemungkinan yang pernah terjadi pada masa itu. Sering kali masyarakat mengambil sikap berbeda berdasarkan pengalaman
sebelumnya misalnya pada kasus rencana pemerintah untuk menaikkan harga BBM yang kemudian ternyata keputusan itu dianulir kembali dengan berbagai pertimbangan dan alasan.
7.4. Marginal Propensity to Consume MPC
Aspek penting dalam menjelaskan pengeluaran konsumsi masyarakat adalah mengenai kecenderungan marginal untuk berkonsumsi atau
Marginal Propensity to Consume
MPC yang didefinisikan dengan besarnya jumlah tambahan pengeluaran konsumsi pada setiap pertambahan pendapatan konsumen per satu satuan. Dalam ilmu ekonomi makro
modern kajian tentang konsumsi merupakan topik utama karena menjadi bagian utama dalam komponen pembentuk pendapatan nasional. Untuk menjelaskan pengaruh perubahan
pendapatan dengan perubahan pengeluaran dikenal konsep kecenderungan marginal untuk mengkonsumsi
marginal propensity to consume = MPC.
Pada gambar di atas MPC disimbulkan dengan „b‟ yang menunjukkan lereng
slope
dari kurva konsumsi. Istilah marginal menunjuk pada konsep tentang perubahan yaitu pengaruh perubahan pendapatan
terhadap perubahan konsumsi. Besarnya „kecenderungan untuk mengkonsumsi” menggambarkan tingkat konsumsi yang diinginkan seorang konsumen dari setiap
pertambahan pendapatan per satu satuan. Secara umum besarnya MPC antara 0,5 – 1 artinya
bahwa manakala adanya kenaikan pendapatan, maka sebagian besar 50 lebih akan dialokasikan untuk menambah konsumsi.