Teori Konsumsi Keynes KONSUMSI

Secara umum keberadaan uang sebenarnya merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dihindari karena tuntutan kegiatan ekonomi yang semakin berkembang. Pada masa pra sejarah dimana kehidupan masyarakat relatif masih sangat sederhana dan sangat bergantung kepada ketersediaan alam, maka kegiatan transaksi jarang terjadi. Pada masa itu corak kehidupan ekonomi masyarakat hanya bersifat konsumtif semata karena jumlah manusia masih sedikit dan alam menyediakan semua kebutuhan manusia pada saat itu. Manusia hidup bergantung kepada kondisi lingkungan alam di sekitarnya. Dan seandainya manusia melakukan aktifitas produksi sekedar untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Jadi kemampuan konsumsi tergantung pada kemampuan produksi dan sebaliknya seseorang berproduksi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Inilah corak kehidupan masyarakat subsisten yang dicirikan dengan adanya aktifitas ekonomi berproduksi dan berkonsumsi pada satu kelompok orang. Perkembangan kehidupan manusia ditandai dengan jumlah manusia yang terus bertambah dan kebutuhan juga terus meningkat, maka kebutuhan hidup seseorang tidak selalu dapat dipenuhi oleh kondisi alam sektarnya. Manusia mulai berpikir perlunya melakukan perdagangan secara langsung dengan menukarkan barang yang dimilikinya dengan orang lain. Kegiatan inilah yang disebut dengan barter. Namun seiring dengan perjalanan waktu bahwa kebutuhan manusia terus meningkat baik jumlah, nilai dan intensitasnya, maka kegiatan barter tidak dapat mengakomodasi semua kebutuhan masyarakat. Mengapa barter kemudian ditinggalkan sebagai salah satu solusi mengatasi perekonomian ? Karena aktivitas barter baru dapat berjalan jika memenuhi ketentuan double coincidence of wants dengan syarat-syarat sebagai berikut : 46 1. Masing-masing pihak yaitu pihak I dan II sama-sama saling memerlukan barang tersebut. 2. Transaksi barter berlangsung pada waktu yang tepat dan sama 46 Roger A Arnold, ibid, hal. 295 3. Transaksi barter terlaksana pada tempat tertentu 4. Transaksi barter dalam nilai yang sesuai. Jika ada salah satu saja dari empat komponen di atas tidak terpenuhi, maka barter tidak dapat berjalan. Di sinilah orang mulai berpikir tentang perlunya suatu „alat pertukaran‟ untuk mengatasi kelemahan dari sistem barter tadi. Akhirnya orang berinisiatif mencari „alat pertukaran‟ pada jenis barang- barang tertentu seperti kerang, kayu, batu, dan tulang yang dianggap berharga dan mampu menyelesaikan permasalahan ekonomi di atas. Ada banyak manfaat dan keuntungan yang dirasakan dari ditemukannya ‟uang‟ dalam kegiatan ekonomi yaitu : 1. Uang dapat mengungkapkan nilai suatu barang , sehingga seseorang dapat dengan mudah membandingkan nilai suatu barang dengan barang lainnya. Kemudahan ini juga sangat membantu dalam merumuskan pengambilan keputusan baik sebagai produsen barang, konsumen maupun distributor. Seorang konsumen akan membeli suatu barang setelah melihat dan membandingkan suatu barang dengan barang lainnya. Demikian juga seorang produsen akan dapat menentukan biaya produksi dan harga jual barang yang dihasilkannya. 2. Uang memungkinkan penundaan pembayaran karena nilainya bisa diukur dan dibandingkan sehingga pembayaran gaji seorang karyawan dilakukan secara bulanan dan pembayaran kredit perumahan dilakukan secara cicilan tiap bulan dengan jumlah yang sudah ditentukan. 3. Uang yang diterima secara umum dapat ditunda pemakaiannya sehingga memudahkan bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya kapan saja dan dimana saja. 4. Uang dapat berupa sertifikat atau tanda bukti yang menunjukkan kepemilikan suatu kekayaan riil real asset seperti emas, perak, mutiara, dan permata. 5. Bentuk uang dapat berupa uang logam, uang kertas, tabungan dan deposito, bills, bonds dan common stocks yang dapat dipecah-pecah tanpa kehilangan nilai nominalnya.

13.2. Perkembangan Pemikiran tentang Uang

Pandangan tentang uang mengalami perkembangan cukup signifikan dari masa ke masa. Kelompok atau mazhab yang berpandangan cukup berpengaruh dalam perkembangan ekonomi moneter adalah pandangan kaum moneteris. Kaum moneteris sebenarnya melanjutkan dalam beberapa hal pemikiran ekonomi moneter yang sudah diletakkan oleh kaum klasik yang dimotori para ahli ekonomi seperti John Stuart Mill, David Ricardo, Jean Bodin, David Hume dan puncaknya adalah pandangan Irving Fisher tentang teori kuantitas uang the quantity theory of money. Inti pandangan kaum moneteris tentang uang adalah adanya hubungan yang fungsional antara jumlah uang dengan perkembangan harga barang dan jasa. Pandangan ekonomi ini menyatakan bahwa faktor utama yang mempengaruhi perubahan harga inflasi adalah jumlah uang beredar. Jadi menurut pandangan moneteris untuk mengatasi masalah inflasi, maka harus dikendalikan sumber utamanya yaitu dengan mengendalikan jumlah uang beredar. Jika jumlah uang beredar di masyarakat di kurangi maka tingkat harga akan turun dan sebaliknya. Namun pandangan kaum moneteris tentang uang sebenarnya lebih luas, mereka menyatakan bahwa jumlah uang beredar tidak hanya berpengaruh terhadap tingkat harga tetapi berpengaruh juga terhadap kesempatan kerja dan output riil. Pandangan ini sejalan dengan asumsi dasar kaum klasik bahwa dalam jangka panjang perekonomian mencapai full employment, sehingga penambahan jumlah uang beredar akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang disertai dengan peningkatan harga. Dalam keadaan perekonomian mengalami resesi penambahan jumlah uang beredar akan mendorong output riil dan kesempatan kerja. Dan jika sudah mencapai full employment penambahan