semakin meningkat dan implikasinya mereka akan meningkatkan jumlah output.
Pada kuadran empat Q.4 menjelaskan hubungan antara jumlah uang yang dibelanjakan currency value of spending = C dengan tingkat harga P.
Dalam teorinya ini Choudhury menjelaskan bahwa pergerakan tingkat harga inflasi semata-mata karena adanya perkembangan di sektor riil yang
ditunjukkan oleh besarnya currency value of spending C. Jadi perubahan kurva π-C semata-mata karena adanya perubahan dan gejala di sektor riil bukan
di sektor riil. Sementara perubahan harga P disebabkan adanya perubahan pada real value of spending P.Q sementara besarnya tingkat keuntungan rate
of profit selaras dengan perkembangan real value of spending P.Q. Jadi dapat disimpulkan bahwa perubahan tingkat harga disebabkan karena adanya
perubahan tingkat keuntungan rate of profit. Pandangan uang dan kebijakan moneter menurut Choudhury secara
sederhana dapat dirumuskan bahwa uang dan kebijakan moneter dalam Islam harus bertumpu pada dinamika di sektor riil underlying transactions bukan di
sektor moneter. Hal ini berpandangan bahwa esensinya uang dan instrumen moneter hanyalah „instrumen ekonomi‟ untuk menggerakkan sektor riil dan
kesejahteraan ekonomi masyarakat dapat terwujud dari perkembangan pada sektor riil buka pada sektor moneter.
BAB VII KEBIJAKSANAAN FISKAL
8.1. Tujuan Kebijaksanaan Fiskal
Kebijaksanaan fiskal merupakan bentuk campur tangan pemerintah dalam perekonomian agar dapat mencapai tujuan pembangunan yang diidealkan yaitu kesejahteraan
ekonomi, keadilan, pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Secara umum ada beberapa fungsi dan tujuan kebijaksanaan fiskal yaitu pertama, fungsi distribusi yang
dimaksud adalah dapat terdistribusikannya pendapatan nasional secara adil dan proporsional untuk terwujudnya masyarakat yang sejahtera. Fungsi distribusi ini juga dimaksudkan untuk
mencegah jangan sampai pendapatan nasional hanya terkonsentrasi pada sekelompok kecil masyarakat saja. Kedua, fungsi alokasi yang dimaksud adalah bagaimana sumber daya
ekonomi dapat dialokasikan secara baik untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup masyarakat seperti pangan, sandang, perumahan, infrastruktur jalan, jembatan, keamanan, keadilan,
sekolah, rumah sakit, tempat ibadah, dsb. Tanpa campur tangan pemerintah sulit rasanya terwujud kehidupan masyarakat yang harmonis dan seimbang antara kebutuhan jasmani dan
rohani di antara masyarakat. Ketiga, fungsi stabilisasi yaitu terselenggaranya kegiatan ekonomi yang seimbang antara pertumbuhan ekonomi dengan pemerataan, stabilitas harga
dan stabilitas nilai tukar mata uang dengan pertumbuhan ekonomi yang positif.
Fungsi dan tujuan kebijaksanaan fiskal secara umum adalah bagaimana perekonomian dapat terselenggara dengan baik, stabil dan seimbang sehingga dapat mendorong
pemanfaatan potensi ekonomi secara optimal untuk mencapai kesejahteraan ekonomi bagi masyarakat. Kebijaksanaan fiskal juga merupakan instrumen ekonomi untuk dapat meredam
dampak dari gejolak ekonomi eksternal terhadap perekonomian seperti kenaikan harga minyak dunia, melemahnya nilai tukar mata uang, kenaikan tingkat bunga internasional serta
melemahnya perekonomian negara mitra. Kebijaksanaan fiskal juga menjadi alat ekonomi untuk mengatasi permasalahan ekonomi domestik seperti bencana alam, gagal panen karena
kekeringan, dan percepatan ekonomi wilayah tertinggal melalui pembangunan infrastruktur. Kebijakan fiskal juga menjadi instrumen ekonomi untuk mendorong percepatan pertumbuhan
ekonomi melalui peningkatan kapasitas produksi nasional. Komponen utama untuk peningkatan kapasitas produksi nasional adalah pembentukan investasi capital formation
dalam jumlah yang signifikan. Kegiatan investasi yang dilakukan pemerintah dalam bentuk pembangunan perusahaan negara BUMN, penyediaan alat-alat produksi, penyediaan bahan
baku dan tenaga ahli. Jadi kebijakasanaan fiskal adalah kebijakan ekonomi yang dilakukan pemerintah melalui penentuan pos-pos dalam penerimaan dan pengeluaran dalam APBN
untuk mencapai perekonomian yang diharapkan yaitu keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan pemerataan untuk mencapai kesejahteraan ekonomi masyarakat.
8.2. Komponen dalam Kebijaksanaan Fiskal
Kebijaksanaan fiskal dalam realitasnya dituangkan dalam rumusan anggaran pendapatan dan belanja negara APBN yang terdiri dari komponen pendapatan dan
komponen pengeluaran. Komponen pendapatan terdiri dari unsur pajak dan non pajak misalnya penerimaan royalti, keuntungan dari BUMN, hasil penjualan aset negara
privatisasi, dsb. Unsur penerimaan dari pajak merupakan unsur utama dalam penerimaan negara karena menyangkut obyek pajak yang jumlahnya tidak sedikit.
Komponen pengeluaran negara menyangkut pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan. Unsur pengeluran rutin dalam APBN misalnya membiayai gaji pegawai
negeri, subsidi untuk masyarakat miskin, subsidi daerah otonom, subsidi daerah bencana, tunjangan dinas, pembelian peralatan kantor, pembelian peralatan laboratorium, dsb. Tujuan
dari pengeluaran rutin pemerintah adalah meningkatkan kualitas layanan publik
public services
sehingga dapat terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik
good governances.
Sedangkan komponen pengeluaran pembangunan meliputi pengeluaran yang fungsinya untuk meningkatkan kapasitas produsi nasional misalnya pembangunan gedung
sekolah dan perguruan tinggi, pembangunan pangkalan militer, pembangunan infrastruktur jalan, jembatan, bendungan, pelabuhan, bandara, jaringan telekomunikasi, dsb. Ditinjau dari
karakteristiknya dapat diketahui bahwa pengeluaran rutin bersifat jangka pendek untuk meningkatkan kualitas layanan dan penyelenggaraan pemerintahan secara rutin. Sedangkan
pengeluaran pembangunan bersifat jangka panjang untuk meningkatkan kapasitas produksi nasional, dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Komponen utama kebijaksanaan fiskal adalah pajak tax karena pajak dapat menjadi instrumen dalam mengendalikan perekonomian disamping sebagai sumber utama penerimaan
negara. Ada beberapa macam pajak yaitu pajak pendapatan, pajak barang mewah, pajak kekayaan, pajak penjualan, Pembayaran pajak oleh subyek pajak merupakan kewajiban yang
kompensasinya diterima secara tidak langsung dalam bentuk penyelenggaraan sarana publik seperti keamanan, jalan, pendidikan, kesehatan, dsb.
8.3. Pemerintah, Pasar dan Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal dikaitkan dengan tugas, fungsi, wewenang dan tanggung jawab pemerintah dalam mengatur perekonomian agar dapat berjalan sesuai dengan target yang
telah ditetapkan. Peran pemerintah dalam perekonomian dikaitkan dengan kegagalan pasar dalam menyelesaikan masalah ekonomi baik menyangkut alokasi dan distribusi sumberdaya
ekonomi serta fungsi stabilisasi perekonomian. Jadi intervensi pemerintah dalam perekonomian karena pasar dalam beberapa kasus gagal dalam menyelesaikan masalah
ekonomi sehingga menimbulkan permasalahan ekonomi seperti kemiskinan, pengangguran, ketimpangan pendapatan, dsb. Kegagalan pemerintah dalam menyelesaikan masalah public
goods dan externality menimbulkan ekses dalam perekonomian seperti terbengkalainya fungsi dan layanan publik seperti kualitas bangunan sekolah dasar SD yang buruk, sanitasi
yang tidak terawat, kesejahteraan pegawai negeri sipil yang rendah, kualitas jalan raya yang rusak, lampu penerang jalan yang tidak terawat, sampah yang berserakan, kualitas
persenjataan dan alutista yang tertinggal, layanan kesehatan di Puskesmas yang rendah, dsb.
Kondisi tersebut merupakan dampak dari ketidakmampuan pemerintah dalam menyediakan fasilitas umum
public goods
yang baik. Dalam perekonomian melalui bekerjanya mekanisme pasar seharusnya alokasi dan
distribusi sumber daya ekonomi dapat dilakukan dengan baik sehingga permasalahan ekonomi di atas tidak terjadi. Mekanisme pasar melalui bekerjanya kekuatan permintaan dan
penawaran akan menyelesaikan permasalahan ekonomi dan menentukan keseimbangan pada berbagai jenis barang dan jasa secara efisien sehingga dapat ditentukan harga dan kuantitas
keseimbangan barang dan jasa. Namun dalam permasalahan public goods dan externality mekanisme pasar tidak selalu bisa menyelesaikan masalah ekonomi tersebut yang disebabkan
karena Kebijaksanaan fiskal atau sering diungkapkan dengan kebijakan fiskal
fiscal policy
adalah tindakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam bidang anggaran APBN untuk mempengaruhi jalannya perekonomian. Kebijakan fiskal diformulasikan dengan tindakan
yang dilakukan oleh pemerintah pada pos-pos pendapatan dan pengeluaran dalam anggaran pemerintah untuk mempengaruhi perekonomian. Sifat kebijakan fiskal ada dua macam yaitu
kebijakan fiskal ekspansif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan kebijakan fiskal kontraktif untuk mengatasi perekonomian yang
over heating
ditandai dengan inflasi yang tinggi. Pengendalian perekonomian melalui penentuan besarnya pos-pos pendapatan
misalnya kebijakan fiskal kontraktif melalui peningkatan tarif pajak untuk mengerem laju pertumbuhan ekonomi sehingga tingkat inflasi dapat dikendalikan. Implikasinya adalah
dengan peningkatan pajak akan menyebabkan pendapatan yang siap dibelanjakan disposible income akan berkurang sehingga mengurangi pengeluaran konsumsi dan akhirnya
mengurangi agregat demand. Kebijakan fiskal kontraktif juga bisa dilakukan melalui pengendalian dari sisi penerimaan misalnya pemotongan gaji dan tunjangan bagi PNS,
pemotongan anggaran kementrian dan pengurangan subsidi bagi masyarakat miskin.
Pada sisi lain kebijakan ekspansif melalui pengendalian dari sisi penerimaan misalnya pengurangan pajak yang menyebabkan peningkatan pendapatan yang siap dibelanjakan
disposible income sehingga akan meningkatkan pengeluaran konsumsi dan pada akhirnya meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Kebijakan fiskal melalui sisi pengeluaran
expenditure dilakukan melalui peningkatan anggaran belanja pemerintah untuk peningkatan gaji PNS, peningkatan anggaran kementrian dan lembaga, peningkatan subsidi bagi
masyarakat miskin.
Umer Chapra dalam buku
Islam dan Tantangan Ekonomi
menegaskan tentang bagaimana peran negara dalam mengatur perekonomian melalui beberapa elemen tindakan
Chapra, hal. 216 yaitu :
1. Mekanisme filter yang secara sosial disepakati
2. Sistem motivasi yang mendorong individu untuk melakukan yang terbaik untuk
dirinya dan masyarakatnya 3.
Restrukturisasi perekonomian yang secara keseluruhan dengan tujuan mewujudkan maqashid meskipun menghadapi kelangkaan sumber-sumber daya
4. Peran pemerintah yang kuat dan positif
Mekanisme filter dalam mengalokasikan sumber daya ekonomi merupakan kombinasi antara mekanisme pasar dan sistem perencanaan yang memungkinkan terjadinya
pemanfaatan sumber daya secara efisien. Dalam pandangan Chapra bahwa Islam memiliki sistem nilai yang dapat mengendalikan persoalan ekonomi yaitu melalui kekuatan moral yang
dapat mengendalikan keinginan individu dalam perilaku konsumsinya. Prinsip hidup kesederhanaan dan merasa cukup menjadi benteng moral untuk menghindari perilaku hedonis
yang dapat mengatasi persoalan kesenjangan ekonomi antara yang kaya dan miskin serta pengurasan sumber daya ekonomi yang sifatnya terbatas. Filter moral juga menegaskan
tentang pemanfaatan sumber daya alam sebagai fungsi untuk mewujudkan kesejahteraan hidup manusia yang tidak mentolerir apapun bentuk perilaku yang merusak tatanan sosial dan
ekonomi. Filter moral akan menghindari dari perilaku boros dan penggunaan sumber daya ekonomi. Filter moral akan menghindari timbulnya perilaku korup yang berakibat pada
timbulnya kesenjangan antara yang kaya dan miskin. Filter moral juga menghindarkan diri dari penggunaan sumber daya ekonomi secara boros dan tidak tepat sasaran.
Motivasi yang benar dari individu akan menciptakan keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan individu dan sosial. Sistem kapitalisme mengandalkan kekuatan pasar
melalui motiv mencari keuntungan individu secara maksimal yang berpotensi merugikan kepentingan sosial. Namun motif individu dalam sistem pasar memang dapat
memaksimalkan potensi individu karena akan mendapatkan imbalan yang selaras dengan kontribusinya. Sistem sosialisme menolak paham individualisme dalam pengaturan ekonomi
karena akan mengorbankan kepentingan sosial dan harus diganti dengan sistem perencanaan yang menjamin pemenuhan kebutuhan setiap individu dalam masyarakat. Namun sistem
perencanaan mengabaikan motif individu yang berakibat pada kemandekan ekonomi dan menimbulkan kemiskinan masal. Inti persoalannya adalah pada pandangan sekuler dalam
memahami kehidupan dunia ini yang menimbulkan kerakusan, ketamakan dan rendahnya solidaritas sosial. Untuk itu perlu rekonstruksi dalam pandangan dunia ini yang berimplikasi
pada perilaku ekonomi individu dan masyarakat. Dalam pandangan bahwa dunia ini adalah ciptaan Allah SWT untuk manusia dan manusia berkewajiban untuk mengelolanya dengan
baik untuk kesejahteraan hidup bersama yang harus dipertanggungjawabkan nanti di akhirat kelak. Pandangan hidup inilah yang akan menetralisir sikap, pandangan, perilaku hedonis
yang cenderung mengabaikan aspek moral. Islam mengakui hak individu untuk mendapatkan kompensasi sesuai dengan kontribusinya dalam perekonomian. Namun Islam juga
memperhatikan kepentingan sosial dengan aturan tentang pengelolaan hak milik umum untuk kepentingan masyarakat. Islam melarang praktek monopoli oleh swasta yang berpotensi
merugikan individu. Islam juga mencela sikap kikir, tamak, rakus yang berakibat rusaknya sendi-sendi sosial masyarakat.
Pengaturan ekonomi tidak bisa dilepaskan dari peranan negara sebagai regulator perekonomian. Peran negara untuk menegaskan tentang pentingnya moral ekonomi
ditegakkan dalam praktek ekonomi di tengah masyarakat. Peran ini terutama dihadirkan dalam perlindungan kepentingan masyarakat untuk pengelolaan kekayaan negara seperti
hutan, sumber energi,sumber air dan kekayaan laut. Peran negara juga penting untuk menyelenggarakan sektor publik yang ditinggalkan individu seperti pertahanan dan