dan biasanya diawali dengan kenaikan tingkat upah dan harga barang, sehingga perlu dirumuskan kebijakan meningkatkan upah dan kebijakan moneter yang longgar.
Namun yang terjadi justru sebaliknya bahwa perekonomian semakin tertekan karena banyak dunia usaha yang mengalami kesulitan dalam membayar upah bagi buruhnya.
Kebijakan yang tepat seharusnya adalah memberikan stimulus ekonomi melalui peningkatan belanja pemerintah untuk mendorong aktivitas ekonomi masyarakat
melalui proyek-proyek ekonomi yang dibiayai oleh pemerintah. 2.
Kesalahan dalam mengasumsikan bahwa kegagalan untuk menganggap hal lain konstan, artinya bahwa ketidakmampuan dalam melihat hal lain sebagai sesuatu yang
konstan pada saat melakukan penalaran. Sebagai contoh misalnya penurunan pajak kendaraan meningkatkan jumlah penerimaan asli daerah PAD dari retribusi pajak
kendaraan. Kesimpulan ini dapat menyesatkan karena tidak mempertimbangkan peningkatan jumlah kendaraan dari tahun ke tahun seiring dengan pertambah jumlah
penduduk dan aktivitas ekonomi masyarakat. 3.
Kesalahan komposisi falacy of the composition yaitu suatu kesalahan dimana diasumsikan bahwa apa yang berlaku untuk sebagian maka juga berlaku untuk semua.
Hal ini dapat dipahami dengan mencermati fenomena di sektor pertanian misalnya, jika produksi pertanian meningkat maka pendapatan petani akan meningkat dan
kesejahteraan petani juga meningkat. Namun dalam kenyataan tidak berlaku seperti itu, yaitu manakala produksi hasil pertanian semua petani meningkat berakibat terjadi
surplus produksi dan berakibat harga produk di pasar menurun yang mengakibatkan pendapatan dan kesejahteraan petani menurun.
1.7. Sistem Ekonomi Islam
19
Islam sebagai suatu sistem kehidupan manusia mengandung suatu tatanan nilai dalam mengatur semua aspek kehidupan manusia baik menyangkut sosial, politik, budaya, hukum,
ekonomi dsb. Syariat Islam mengandung suatu tatanan nilai yang berkaitan dengan aspek akidah, ibadah, akhlaq dan muamalah. Pengaturan sistem ekonomi tidak bisa dilepaskan
dengan syariat Islam dalam pengertian yang lebih luas. Sistem ekonomi Islam memiliki beberapa prinsip dasar sebagai berikut :
20
19
Sultan Abu Ali, Ibid, p. 140 dan juga Muhammad Nejjatullah Siddiqi, Ibid, p. 16
20
Masudul Alam Choudhury, Ibid, p. 14 dan juga lihat Muhammad Umer Chapra, Ibid, hal. 199
Individu mempunyai kebebasan sepenuhnya untuk berpendapat atau membuat suatu keputusan yang dianggap perlu selama tidak menyimpang dari kerangka syariat Islam
untuk mencapai kesejahteraan masyarakat yang optimal dan menghindari kemungkinan terjadinya kekecauan dalam masyarakat.
Agama Islam mengakui hak milik Individu dalam masalah harta sepanjang tidak merugikan kepentingan masyarakat luas.
Islam juga mengakui bahwa tiap individu pelaku ekonomi mempunyai perbedaan potensi yang berarti juga memberikan peluang yang luas bagi seseorang untuk mengoptimalkan
kemampuannya dalam kegiatan ekonomi. Namun hal itu kemudian ditunjang oleh seperangkat kaedah untuk menghindari kemungkinan terjadinya konsentrasi kekayaan
pada seseorang atau sekelompok pengusaha dan mengabaikan kepentingan masyarakat umum.
Islam tidak mengarahkan pada suatu tatanan masyarakat yang menunjukkan adanya kesamaan ekonomi tapi mendukung dan menggalakkan terwujudnya tatanan kesamaan
sosial. Kondisi ini mensyaratkan bahwa kekayaan negara yang dimiliki tidak hanya dimonopoli oleh segelintir masyarakat saja. Disamping itu dalam sebuah negara Islam
tiap individu mempunyai peluang yang sama untuk mendapatkan pekerjaan dan melakukan aktivitas ekonomi.
Adanya jaminan sosial bagi tiap individu dalam masyarakat. Setiap individu mempunyai hak untuk hidup secara layak dan manusiawi. Menjadi tugas dan kewajiban negara untuk
menjamin setiap warga negaranya dalam memenuhi kebutuhan pokok hidupnya. Instrumen Islam mencegah kemungkinan konsentrasi kekayaan pada sekelompok kecil
orang dan menganjurkan agar kekayaan terdistribusi pada semua lapisan masyarakat melalui suatu mekanisme yang telah diatur oleh syariat.
Islam melarang praktek penimbunan kekayaan secara berlebihan yang dapat merusak tatanan perekonomian masyarakat. Untuk mencegah kemungkinan munculnya praktek
penimbunan Islam memberikan sangsi yang keras kepada para pelakunya. Islam tidak mentolerir sedikitpun terhadap setiap praktek yang asosial dalam kehidupan
masyarakat seperti minuman keras, perjudian, prostitusi, peredaran pil ecstasy, pornografi, night club, discotique dsb.
Proses perkembangan ilmu pengetahuan dalam konteks masyarakat konvensional dapat dicermati pada skema berikut :
Gambar 3.1 Proses Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada Masyarakat Sekuler
Proses perkembangan ilmu pengetahuan pada masyarakat sekuler semata-mata hanya mengandalkan kemampuan olah fikir
rasio
untuk mengamati dan meneliti fenomena alam dengan mengesampingkan informasi dari wahyu sementara kebenaran ilmiah adalah bersifat
spekulatif dan bebas nilai
free value.
Paradigma perkembangan ilmu pengetahuan sekuler melahirkan masyarakat ilmiah yang jauh dari nilai-nilai agama dan mengabaikan norma-
norma agama. Sedangkan perkembangan ilmu pengetahuan dalam konteks masyarakat Islam senantiasi berpijak pada kaidah-kaidah agama. Nilai Islam merupakan sumber informasi dan
panduan
guidence
dalam proses perkembangan ilmu sehingga aspek ontologis, epistimologis dan aksiologis selalu dalam koridor Islam sebagaimana dapat dilihat pada
gambar di bawah ini :
Aksiologis
Ideologis
Interaksi manusia
Kegiatan Ilmiah Ilmu Pengetahuan
Ontologis Epistimologis
Aksiologis Naqli
Ideologis
Ideologis Ijtihadi
Hikmahmemperkuat Interaksi
manusia
Gambar 3.2. Proses Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada Masyarakat Islam
Ontologis Epistimologis
Gambar di atas menjelaskan perbedaan yang fundamental dan filosofis antara perkembangan keilmuan dalam perspektif Islam dan sekuler. Dalam pandangan Islam bahwa
wahyu
dalil naqli
adalah sumber utama dari semua informasi yang ada di dalam kehidupan sosial dan alam semesta ini. Sehingga wacana keilmuan baik dari aspek ontologis,
epistimologis dan aksiologis harus dalam koridor wahyu yaitu Al- Qur‟an dan Assunnah
sehingga produk pemikiran yang dihasilkan tidak akan menyimpang dari nilai-nilai Islam, meskipun hasil kajian empirik masih memberikan peluang terjadinya perbedaan karena
Kegiatan Ilmiah Ilmu Pengetahuan