86
Gambar 2. Histogram Distribusi Frekuensi Skor Pretest Kelas
Eksperimen
Berdasarkan gambar di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPA peserta didik kelas eksperimen pada saat pretest paling
banyak ada pada sekor 70 dengan frekuensi 5 peserta didik atau 25. Peserta didik yang mempunyai hasil belajar IPA paling sedikit berada
pada sekor 35, 40, 45, 60, 80 dengan masing-masing frekuensi 1 peserta didik atau 5. Selanjutnya kategorisasi untuk variabel hasil belajar IPA
didapat dengan menggunakan kecendrungan dengan data ideal M+1,5 SD. Setelah dihitung dengan rumus katagori data, didapat kriteria
interval untuk hasil belajar IPA. Berikut ini adalah tabel rumus kategori variabel hasil belajar IPA.
Pretest Eksperimen
90.00 80.00
70.00 60.00
50.00 40.00
30.00
Frequency
5 4
3 2
1
Histogram
Mean =63.00 Std. Dev. =12.183
N =20
87
Tabel 13. Katagori Skor Pretest Kelas Eksperimen
Katagori Rumus
Skor
Tinggi X ≥ M + SD
X ≥ 75,18 Sedang
M - SD ≤ X M + SD
50,82 ≤ X 75,18
Rendah X M - SD
X 50,82 Berdasarkan rumus katagori diatas, maka tabel katagori frekuensi
pretest eksperimen adalah sebagai berikut:
Tabel 14. KatagoriDistribusi Frekuensi Pretest Kelas Eksperimen
No Katagori
Skor Frekuensi
Persen
1 Tinggi
X ≥ 75,18 1
5 2
Sedang 50,82
≤ X 75,18 16
80 3
Rendah X 50,82
3 15
Total 20
100 Berdasarkan tabel katagori hasil belajar IPA dan tabel distribusi
frekuensi di atas dapat diketahui bahwa skor hasil belajar IPA siswa kelas eksperimen pada saat pretest paling tinggi sebanyak 5 dengan frekuensi
sebesar 1, dikatagori sedang sebanyak 80 dengan frekuensi sebesar 16, dan yang berada diaktagori paling rendah sebanyak 15 dengan
frekuensi 3.
b. Data Pretest Kelas Kontrol
Dari hasil perhitungan nilai hasil belajar IPA peserta didik kelas kontrol pada saat pretest diperoleh nilai terendah 40 dan nilai tertinggi
75. Selanjutnya dengan bantuan SPSS versi 15 dapat diketahuai bahwa nilai rata-rata mean sebesar 63,5, nilai tengah median sebesar 65, nilai
88
yang paliang banyak muncul mode sebesar 75, dan simpangan baku standart deviasi sebesar 11,01. Distribusi frekuensi data skor pretest
kelas kontrol dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 15. Distribusi Frekuensi Data Skor Pretest Kelas Kontrol
No. Skor
Frequency Percent
Cumulative Percent
1 40
1 5
5 2
45 1
5 10
3 50
3 15
25 4
60 2
10 35
5 65
4 20
55 6
70 4
20 75
7 75
5 25
100
Total 20
100 Tabel frekuensi data skor pretest kelas kontrol di atas dapat
digambarkan dalam bentuk histogram berikut ini:
89
Gambar 3. Histogram Distribusi Frekuensi Skor Pretest Kelas
Kontrol
Berdasarkan gambar di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPA peserta didik kelas kontrol pada saat pretest paling banyak
ada pada sekor 75 dengan frekuensi 5 peserta didik atau 25. Peserta didik yang mempunyai hasil belajar IPA paling sedikit berada pada sekor
30, 45, dengan masing-masing frekuensi 1 peserta didik atau 5. Selanjutnya kategorisasi untuk variabel hasil belajar IPA didapat dengan
menggunakan kecendrungan dengan data ideal M + 1,5 SD. Setelah dihitung dengan rumus katagori data, didapat kriteria interval untuk hasil
belajar IPA. Berikut ini adalah tabel rumus kategori variabel hasil belajar IPA.
Pretest Kontrol
80.00 70.00
60.00 50.00
40.00 30.00
Frequency
5 4
3 2
1
Histogram
Mean =63.50 Std. Dev. =11.014
N =20
90
Tabel 16. Katagori Skor Pretest Kelas Kontrol
Katagori Rumus
Skor
Tinggi X ≥ M + SD
X ≥ 74,51 Sedang
M - SD ≤ X M + SD
52,49 ≤ X 74,51
Rendah X M - SD
X 52,49 Berdasarkan rumus katagori diatas, maka tabel katagori frekuensi
pretest kontrol adalah sebagai berikut:
Tabel 17. KatagoriDistribusi Frekuensi Pretest Kelas Kontrol
No Katagori
Skor Frekuensi
Persen
1 Tinggi
X ≥ 74,51 4
20 2
Sedang 52,49
≤ X 74,51 11
55 3
Rendah X 52,49
5 25
Total 20
100 Berdasarkan tabel katagori hasil belajar IPA dan tabel distribusi
frekuensi di atas dapat diketahui bahwa skor hasil belajar IPA siswa kelas kontrol pada saat pretest paling tinggi sebanyak 20 dengan frekuensi
sebesar 4, dikatagori sedang sebanyak 55 dengan frekuensi sebesar 11, dan yang berada diaktagori paling rendah sebanyak 25 dengan
frekuensi 5. Untuk memudahkan pengamatan terhadap perbandingan statistik
skor awal hasil belajar IPA kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel rangkuman berikut ini:
91
Tabel 18. Rangkuman Data Pretest Kelas Kontrol dan Kelas
Eksperimen Kelas
Nilai Terendah
Nilai Tertinggi
Mean Median Modus Simpangan
Baku Pretest
Kontrol 40
75 63,5
65 75
11,01434
Pretest Eksperimen
35 80
63 65
70 12,18282
c. Uji T Antar Kelas
Setelah pemberian pretest pada masing-masing kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka hasil pretest dari kedua kelas
tersebut diuju dengan uji-T. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik sebelum dilakukan treatment.Dari hasil
perhitungan uji-T diperoleh nilai T hitung sebesar -0,136 dan nilai tabel sebesar 2,024 pada taraf signifikansi diatas 0,05 df sebesar 38, dan p
sebesar 0,892. Karena T hitung lebih kecil daripada T tabel, maka hasil tersebut menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan
kemampuan awal belajar IPA pada kedua kelas tersebut. Rangkuman hasil uji T antar kelas untuk pretest adalah sebagai berikut:
Tabel 19. Rangkuman Hasil Uji Pretest Antar Kelas
Kelas t-hitung
t-tabel a = 0,05
Df P
Keterangan
Pretest -0,136
2.024 38
0,892 thtt tidak
signifikan
92
2. Deskripsi Data Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
a. Data Posttest Kelas Eksperimen
Dari hasil perhitungan nilai hasil belajar IPA kelas eksperimen pada saat postest diperoleh nilai terendah 60 dan nilai tertinggi 95.
Selanjutnya dengan bantuan SPSS versi 15 dapat diketahuai bahwa nilai rata-rata mean sebesar 79,5, nilai tengah median sebesar 80, nilai
yang paliang banyak muncul mode sebesar 85, dan simpangan baku standart deviasi sebesar 10,50. Distribusi frekuensi data skor postest
kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 20. Distribusi Frekuensi Data Skor Postest Kelas Eksperimen
No. Skor
Frequency Percent
Cumulative Percent
1 60
1 5
5 2
65 3
15 20
3 70
1 5
25 4
75 3
15 40
5 80
3 15
55 6
85 4
20 75
7 90
3 15
90 8
95 2
10 100
Total 20
100
Tabel frekuensi data skor posttestkelas eksperimen di atas dapat digambarkan dalam bentuk histogram berikut ini:
93
Gambar 4. Histogram Distribusi Frekuensi Skor Posttest Kelas
Eksperimen
Berdasarkan gambar di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPA peserta didik kelas eksperimen pada saat posttest paling
banyak ada pada sekor 85 dengan frekuensi 4 peserta didik atau 20. Peserta didik yang mempunyai hasil belajar IPA paling sedikit berada
pada sekor 60 dan 70 dengan masing-masing frekuensi 1 peserta didik atau 5. Selanjutnya kategorisasi untuk variabel hasil belajar IPA
didapat dengan menggunakan kecendrungan dengan data ideal M + 1,5 SD. Setelah dihitung dengan rumus katagori data, didapat kriteria
interval untuk hasil belajar IPA. Berikut ini adalah tabel rumus kategori variabel hasil belajar IPA.
Posttest Eksperimen
100.00 90.00
80.00 70.00
60.00 50.00
Frequency
4
3
2
1
Histogram
Mean =79.50 Std. Dev. =10.501
N =20
94
Tabel 21. Katagori Skor PosttestKelas Eksperimen
Katagori Rumus
Skor
Tinggi X ≥ M + SD
X ≥ 90 Sedang
M - SD ≤ X M + SD
69 ≤ X 90
Rendah X M - SD
X 69 Berdasarkan rumus katagori diatas, maka tabel katagori frekuensi
posttest eksperiman adalah sebagai berikut:
Tabel 22. KatagoriDistribusi Frekuensi PosttestKelas Eksperimen
No Katagori
Skor Frekuensi
Persen
1 Tinggi
X ≥ 90 5
25 2
Sedang 69
≤ X 90 11
55 3
Rendah X 69
4 20
Total 20
100 Berdasarkan tabel katagori hasil belajar IPA dan tabel distribusi
frekuensi di atas dapat diketahui bahwa skor hasil belajar IPA siswa kelas eksperiman pada saat posttest paling tinggi sebanyak 25 dengan
frekuensi sebesar 5, dikatagori sedang sebanyak 55 dengan frekuensi sebesar 11, dan yang berada diaktagori paling rendah sebanyak 20
dengan frekuensi 4.
b. Data Posttest Kelas Kontrol
Dari hasil perhitungan nilai hasil belajar IPA peserta didik kelas kontrol pada saat postestdiperoleh nilai terendah 50 dan nilai tertinggi 75.
Selanjutnya dengan bantuan SPSS versi 15 dapat diketahuai bahwa nilai rata-rata mean sebesar 65,75, nilai tengah median sebesar 70, nilai
95
yang paliang banyak muncul mode sebesar 70, dan simpangan baku standart deviasi sebesar 8,31. Distribusi frekuensi data skor
posttestkelas kontrol dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 23. Distribusi Frekuensi Data Skor Postest Kelas
Kontrol No.
Skor Frequency
Percent Cumulative
Percent
1 50
2 10
10 2
55 1
5 15
3 60
5 25
40 4
65 1
5 45
5 70
6 30
75 6
75 5
25 100
Total 20
100
Tabel frekuensi data skor postestkelas kontrol di atas dapat digambarkan dalam bentuk histogram berikut ini:
96
Gambar 5. Histogram Distribusi Frekuensi Skor Posttest Kelas
Kontrol
Berdasarkan gambar di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPA peserta didik kelas kontrol pada saat posttest paling banyak
ada pada sekor 70 dengan frekuensi 6 peserta didik atau 30. Peserta didik yang mempunyai hasil belajar IPA paling sedikit berada pada sekor
55 dan 65 dengan masing-masing frekuensi 1 peserta didik atau 5. Selanjutnya kategorisasi untuk variabel hasil belajar IPA didapat dengan
menggunakan kecendrungan dengan data ideal M + 1,5 SD. Setelah dihitung dengan rumus katagori data, didapat kriteria interval untuk hasil
belajar IPA. Berikut ini adalah tabel rumus kategori variabel hasil belajar IPA.
Posttest Kontrol
80.00 70.00
60.00 50.00
40.00
Frequency
6 5
4 3
2 1
Histogram
Mean =65.75 Std. Dev. =8.315
N =20
97
Tabel 24. Katagori Skor PosttestKelas Kontrol
Katagori Rumus
Skor
Tinggi X ≥ M + SD
X ≥ 70,06 Sedang
M - SD ≤ X M + SD
57,44 ≤ X 70,06
Rendah X M - SD
X 57,44 Berdasarkan rumus katagori diatas, maka tabel katagori frekuensi
posttest kontrol adalah sebagai berikut:
Tabel 25. KatagoriDistribusi Frekuensi PosttestKelas kontrol
No Katagori
Skor Frekuensi
Persen
1 Tinggi
X ≥ 70,06 5
25 2
Sedang 57,44
≤ X 70,06 12
60 3
Rendah X 57,44
3 15
Total 20
100 Berdasarkan tabel katagori hasil belajar IPA dan tabel distribusi
frekuensi di atas dapat diketahui bahwa skor hasil belajar IPA siswa kelas kontrol pada saat posttest paling tinggi sebanyak 25 dengan frekuensi
sebesar 5, dikatagori sedang sebanyak 60 dengan frekuensi sebesar 12, dan yang berada diaktagori paling rendah sebanyak 15 dengan
frekuensi 3.
3. Uji Persyaratan Analisis
Dari hasil penelitian yang diperolah kemudian terlebih dahulu perlu dilakukan analisis persyaratan. Persyaratan yang harus dipenuhi adalah uji
normalitas dan uji homogenitas. Adapun hasil perhitungan adalah sebagai berikut:
98
a. Uji Normalitas Sebaran
Uji normlitas bertujuan untuk menguji apakah data berdistribusi normal atau tidak. Pengujian dilakukan dengan uji One Sample Komolgorov-
Smirnov menggunakan bantuan SPSS versi 15. Kriteria pengujian yaitu a jika nilai signifikansi Asym Sig 2 tailed 0,05, maka data
berdistribusi normal, dan b jika nilai signifikasi Asym Sig 2 tailed 0,05, maka data tidak berdistribusi normal. Hasil pengajian dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 26. Hasil Uji Normalitas No.
Kelompok Data
Nilai Signifikansi Asym Sig 2 tailed
Keterangan
1 Eksperimen
Pretest 0,312
Berdistribusi normal
Posttest 0,843
Berdistribusi normal
2 Kontrol
Pretest 0,375
Berdistribusi normal
Posttest 0,180
Berdistribusi normal
Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa nilai signifikansi data Pretest dan Posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
lebih besar dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa data pretest dan posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi
normal. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
b. Uji Homogenitas Variansi
Uji Homogenitas variansi digunakan untuk menguji kesamaan varians antar kelas kontrol dan kelas eksperimen. Tes statistik yang
99
digunakan untuk menguji homogenitas varians adalah uji F. Jika maka dapat dikatakan bahwa varian dari dua kelompok
adalah homogen.Pengujian homogenitas dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 15. Hasil uji homogenitas dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 27. Hasil Uji Homogenitas Varians No.
Kelas df1
df2 Nilai
Signifikansi Keterangan
1 Pretest
1 38
0,759 Varian
Homogen 2
Posttest 1
38 0,360
Varian Homogen
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa varian kelas Pretest dan Posttest adalah homogen karena mempunyai nilai signifikansi lebih dari
0,05. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
C. Pengujian Hipotesis
Uuntuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA peserta didik antara yang diajar dengan menggunakan media video
dan yang diajar dengan media konvensional digunakan uji T atau T-test. Hipotesis ditolak Ho apabila t hitung t tabel dengan df n-2 pada taraf
signifikansi a = 0,05. Hasil uji T dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 28. Rangkuman Hasil Uji Posttest Antar kelas
Kelas Rata-Rata
t-hitung t-tabel a
= 0,05 Df
Sig 2- tailed
Posttest Kontrol
65,75 4,591
2,024 38
0,000 Posttest
Eksperimen 79,5
100
Berdasarkan hasil uji T diketahui rata-rata Posttest kontrol 65,75 sedangkan rata-rata posttest kelas eksperiman 79,5 dan didapat nilai T hitunag
sebesar 4,591 dengan taraf signifikansi p 0,000. Nilai tabel dengan df = 38 pada taraf signifikansi a = 0,05 adalah 2,024 sesuai dengan karakteristik
diatas, diketahui bahwa nilai T hitung T tabel Berdasarkan hasil analisa data yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa: Hipotesia nol Ho yang berbunyi tidak ada perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA peserta didik kelas IV SDN 2 Kandangwangi
antara yang diajar dengan media video dengan yang diajar dengan
menggunakan media konvensional, ditolak, sedangkan hipotesis alternatif ha
yang berbunyi terdapat perbedaan yang signifikan prestasi belajar IPA peserta didik kelas IV SDN 2 Kandangwangi antara yang diajar dengan media video
dengan yang diajar dengan menggunakan media konvensional, diterima.
Kemudian untuk mengetahui tingkat keefektifan penggunaan media video dalam pembelajaran IPA, maka dilakukan perhitungan bobot keefektifan.
Hasil perhitungan bobot keefektifan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 29. Perhitungan Bobot Keefektifan Kelas
Skor Rata-Rata
Rata- Rata
Gain Skor Bobot
Keefektifan
Pretest Eksperimen 63
71,25 6,625
21,74 Posttest Eksperimen
79,5 Pretest Kontrol
63,5 64.625
Posttest Kontrol 65,75
101
Dari tabel diketahui bobot keefektifan sebesar 21,74. Mean posttest dan pretest mengalami kenaikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
hipotesis nol Ho yang berbunyi penggunaan media konvensional pada pembelajaran IPA peserta didik kelas IV SDN 2 Kandangwangi tidak efektif,
ditolak . Kemudian untuk hipotesis alternatif ha yang berbunyi penggunaan
media video pada pembelajaran IPA peserta didik kelas IV SDN 2 Kandangwangi lebih efektif daripada yang diajar dengan menggunakan media
konvensional, diterima. D.
Pembahasan Hasil Penelitian 1.
Perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN 2 Kandangwangi antara yang diajar dengan menggunakan media video
dan yang diajar dengan menggunakan bentuk pembelajaran konvensonal.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN 2 Kandangwangi anatar yang diajar
dengan menggunakan media video dan yang diajar dengan menggunakan bentuk pembelajaran konvensional. Selain itu penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui keefektifan penggunaan media video dalam pembelajaran IPA siswa kelas IV SDN 2 kandangwangi. Pernyataan diatas dapat dibuktikan
dengan melihat pada hasil pretest dan posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen. Maka berdasarkan hasil pengujian hipotesis dapat diketahui
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara yang diajar dengan menggunakan media video dan yang diajar dengan
menggunakan bentuk pembelajaran konvensional.
102
Penggunaan media video di kelas eksperiman sangat fungsional, menantang daya ingat, konsentrasi, dan yang terpenting peserta didik dapat
mengerti dan menangkap materi yang disampaikan. Penggunaan media video dalam pembelajaran IPA sangat menarik perhatian siswa karena
menggambarkan konsep tentang peristiwa-peristiwa perubahan alam secara kronologis dan langsung sehingga siswa tidak hanya membayangkan atau
mengira-ngira. Dengan beragam manfaat media video, maka penggunaan media video sangat diperlukan dalam pembelajaran IPA sehingga siswa
tidak merasa jenuh dan pembelajaran berlangsung secara tidak monoton. Hal ini sejalan dengan manfaat media video yang dikemukakan oleh Arsyad
2010: 49-50 yaitu dapat memusatkan perhatian dan mempertahankan perhatian, dapat mengikuti pengarahan, melatih daya analisis, menentukan
arti konteks, dapat memilah-milah informasi atau gagasan yang relevan dan informasi yang tidak relevan, dan dapat merangkum, mengemukakan
kembali, atau mengingat kembali informasi. Dengan demikian media video sangat diperlukan dalam proses pembelajaran.
Media video yang melibatkan dua indera yaitu indera pendengaran dan penglihatan secara bersamaan sangat membantu siswa dalam mencerna,
dan mengolah informasi, serta berimajinasi dalam pikiran siswa. Selain itu penggunaan media video yang dapat membuat siswa merasa tertantang,
merespon lebih positif, dan lebih bergairah. Berbeda halnya dengan siswa yang menggunakan bentuk pembelajara yang konvesional, mereka
cenderung mengerjakan hal lain, tidak semangat, dan kurang merespon
103
terhadap materi bahkan mengelung karena tidak mengerti apa yang disampaikan. Oleh karena itu media video dapat membantu guru dalam
proses pembelajaran yaitu bagaimana menyampaikan informasi melalui indera penglihatan dan pendengaran. Maka pembelajaran akan berjalan
tidak monoton. Setelah pengambilan data akhir kelas eksperiman, selanjutnya data
diolah dengan bantuan olah data SPSS versi 15. Hasil perhitungan menunjukan nilai rata-rata kelas eksperiman sebesar 63 kemudian menjadi
79,5. Hal itu berarti bahwa dikelas eksperiman terjadi peningkatan sebesar 16,5. Untuk kelompok kontrol pada saat pretest sebesar 63,5 dan pada saat
posttest sebesar 65,75. Berarti terjadi kenaikan sebesar 2,25. Meskipun kedua kelas sama-sama mengalami kenaikan rata-rata, namun kenaikan rata-
rata posttest pada kelas eksperiman lebih besar dibandingkan posttest kontrol. Kesimpulanya adalah nilai hasil belajar IPA lebih tinggi dengan
menggunakan media video dibandingkan dengan menggunakan bentuk pembelajaran konvensional. Sehingga dapat dikatakan terdapat perbedaan
yang signifikan hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN 2 Kandangwangi antara yang diajar dengan media video dan yang diajar dengan
menggunakan pembelajaran konvensional.
2. Penggunaan media video dalam pembelajaran IPA siswa klas IV SDN 2
Kandangwangi lebih efektif daripada dengan menggunakan pembelajaran konvensional.
Penelitian ini menggunakan dua kelas sebagai sampel, yaitu kelas eksperiman yang diajar menggunakan media video dan kelas kontrolyang
104
diajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Hasil analisis skor masing-masing kelas menunjukan adanya peningkatan hasil belajar IPA
bagi siswa. Dari data hasil kedua kelas tersebut maka dapat dihitung bobot keefektifanya. Bobot keefektifanya diperolah dari hasil pengurangan rata-
rata posttest kedua kelas kemudia dibagi rata-rata pretest kedua kelas. Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh bobot keefektifan sebesar 21,74. Dari
bobot keefektifan tersebut menunjukan bahwa penggunaan media video dalam pembelajaran IPA siswa kelas IV SDN 2 Kandangwangi lebih efektif
daripada menggunakan bentuk pembelajaran konvensional. Faktor-faktor lain sangat dibutuhkan untuk menunjang hasil belajar
IPA diantaranya motivasi, minat, bakat, lingkungan belajar, fasilitas sekolah, serta guru sebagai fasilitator dan motivator dalam kelas. Karena
faktor-faktor diatas saling berkaitan satu dengan yang lainya maka keberhasilan pembelajaran dapat dicapai. Dengan demikian, hasil penelitian
ini dapat mendukung dan membuktikan teori-teori tentang media seperti yang telah diuraikan sebelumnya.
E. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan peneliti sehingga manyebabkan hasil kurang
maksimal. Keterbatasan-keterbatasan tersebut dintaranya adalah: 1. Keterbatasan peneliti, dikarenakan kemampuan yang dimiliki peneliti,
sehingga mempengaruhi hasil yang belum maksimal.
105
2. Waktu yang digunakan untuk penelitian terbatas, sehingga hasil penelitian belum maksimal.
3. Instrumen dalam penelitian ini dibaut sendri oleh peneliti dengan pengetahuan yang masih terbatas
4. Mencari video kemudian menyesuaikan tema atau materi pembelajaran dengan tema dalam video
106
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan deskripsi data hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan pada siswa kelas IV SDN 2 Kandangwangi antara yang diajar dengan menggunakan media
video dan yang diajar dengan menggunakan bentuk pembelajaran konvensional. Hal ini dibuktikan dengan
sebesar 4,591 lebih besar dari
sebesar 2,024 dengan df = 38 dan a = 0,05. Jadi lebih
besar dari = 4,591
= 2,024 yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan pembelajaran IPA dengan menggunakan media
video. 2. Penggunaan media video dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas IV
SDN 2 Kandangwangi lebih efektif daripada dengan menggunakan bentuk pembelajaran konvensional. Hal ini dibuktikan dengan bobot keefektifan
sebesar 21,74.
B. Implikasi
Implikasi dari hasil penelitian ini, bahwa media video pembelajaran dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan media
pembelajaran untuk dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN 2 Kandangwangi khususnya untuk materi Perubahan Alam.
107
C. Saran
1. Bagi Peneliti lebih lanjut
Sebaiknya diadakan penelitian tentang pemanfatan media videoterhadap aspek pembelajaran yang lain karena fokus penelitian ini
hanya terbatas pada peningkatan hasil belajar siswa. Peneliti perlu lebih memperhatikan validitas dan reabilitas instrumen penelitian baik berupa
lembar tes soal maupun media video agar hasil yang diperoleh lebih maksimal.
2. Bagi Guru
Guru hendaknya memanfaatkan media video sebagai alternatif pemilihan media dalam proses pembelajaran materi yang memerlukan
viualisasi yang mendemonstrasikan hal – hal yang bersifat konsep dan gerakan motorik tertentu maupun suasana lingkungan tertentu dan
menggunakan metode pembelajaran yang lebih bervariatif dan disesuaikan dengan materi pembelajaran yang akan di ajarkan pada siswa sehingga
siswa tidak cepat jenuh dan pembelajaran berlangsung tidak monoton.
3. Bagi Sekolah
Sekolah diharapkan dapat mempertahankan dan dapat memaksimalkan penggunaan fasilitas, sarana dan prasarana serta
memberikan dukungan terhadap terhadap perkembangan media atau teknik pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
108
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi, dkk. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia.
Anderson Ronald H. 1994. Pemilihan dan Pengembangan Media Untuk Pembelajaran, terjemahan Yusufhadi Miarso, dkk. Jakarta: Raja
Grafindo Presada. Anwar Holil. 2009. Hakikat Pembelajaran IPA. Diakses dari
http:anwarholil.blogspot.com200901hakikat-pembelajaran-ipa.html ,
diakses pada tanggal 11 Agustus 2014, jam 13.30 WIB Asri Budiningsih. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Azhar Arsyad. 1997. Media Pengajaran. Jakarta: Rajawali Pers. Basuki Wibawa Frida Mukti. 1991. Media Pengajaran. Jakarta: Depdikbud
Dikjen Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga kependidikan Dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.
Cynthia Sparks. 2000. Effective Use Of Video Clips Usi. Diakses dari http:cynthiasparks.tripod.comeffective_use_of_video_clips_usi
. httm pada tanggal 15 agustus 2014, jqm 20.35 WIB.
Depdiknas. 2003. Naskah Akademik Mata Pelajaran IPA. Jakarta: Balitbang Depdiknas.
_______. 2006 Kurikulum 2006 Standar Kompetensi Mata Pelajaran. Jakarta: Balitbang Depdiknas.
Dimyati. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah Saiful Bahri. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Dwi Siswoyo. 2007. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press. Dyas Anggraeni 2011. Karakteristik IPA. Diakses dari
http:www.google.comxhtml?q=Karakteristik20IPAclient=ms.opera_ mb_nochannel=bh
. pada tanggal 11 Agustus 2014, jam 12.45 WIB. Eko Putro Widoyoko, S. 2009. Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
109
Fajri Em Zul. 2006. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Difa Publisher..
Haryanto. 2004. Sains Untuk SD Kelas IV. Jakarta: Erlangga. Hendro Darmodjo Jeny RE Kaligis. 1992. Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Alam II. Jakarta: Depdikbud. Idris. 2008. Hakikat IPA. Diakses dari
http:hakikat_IPA.doc.pdf . Pada tanggal
11 Agustus 2014, jam 14.00 WIB. Iskandar. 2001. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung: CV. Mulana.
Maslichah Asy’ari. 2006. Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat
dalam Pembelajaran Sains di Sekolah Dasar. Yogyakarta: Universitas Sanata Darma.
M. Dalyono. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Mohammad Nazir. 2005. Metode Penelitian. Jakarta: Gahlia.
Mudjijo. 1995. Tes Hasil Belajar. Jakarta: Bumi Aksara. Muhammad Rohman dan Sofan Amri. 2013. Strategi Desain Pengembangan
Sistem Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustakaraya. Munadi Yudi. 2008. Media Pembelajaran: Suatu Pendekatan Baru. Jakarta:
Gaung Persada Press. Nana Sudjana. 1989. Penilaian Proses Hasil Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru. _______. 2009. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo. Ngalim Purwanto. 1996. Psikologi Pendidikan. Bandung: CV Remaja
Rosdakarya. Patta Bundu. 2006. Penilaian Ketrampilan Proses dan Sikap Ilmiah dalam
Pembelajaran Sains. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Purwanto, M.N. 2011. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Ratna Wilis Dahar. 2011. Teori-Teori Belajar dan Pembeajaran. Jakarta:
Erlangga.
110
Riduwan. 2007. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Smaldino, E Sharon, dkk 2011. Teknologi Pembelajaran dan Media Untuk Belajar, diterjemahkan oleh Arif Rahman dari instrukturional Technology
And Media For Learning. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta. Sugiono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: CV Alfabeta.
Sugihartono, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press. Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rev
V. Jakarta: Rineka Cipta. _______. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana. 1986. Metode Statistika. Bandung: Tarsito Bandung. Suwarno dan Hotimah Wahyudin. 2009. Sains IPA Untuk SD. Jakarta: Tugu
Publisher. Sutrisno Hadi. 2002. Metodologi Riset. Yogyakarta: Andi Ofset.
Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Usman Samatowa. 2006. Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar.
Jakarta: Departemen Pendidikan Tinggi Sekolah Dasar. _______. 2011. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Indeks.
Wasih Djojosoediro. 2009. Bahan Ajar Cetak: Hakikat IPA dan Pembelajaran
IPA SD. Jakarta: Dirjen Dikti – Depdiknas. Wina Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media. Yusuf Hadi Miarso. 1984. Media Pendidikan. Jakarta: Teknologi Komunikasi
Pendidikan.