Panitia Penyelenggara Ibadah Haji

Perjalanan Haji adalah perjalanan antar Negara yang didalamnya berlaku hukum Internasional , diantaranya adalah kelengkapan dokumen perjalanan yang diatur dengan peraturan pemerintahan nomor 36 tahun 1992 tentang surat Perjalanan Republik Indonesia, yaitu paspor. Penggunasan paspor dilihat dari jenisnya ada empat macam, yaitu paspor diplomatik, paspor dinas, paspor umum dan paspor haji. Setiap warga Negara yang hendak menunaikan ibadah haji harus menggunakan Paspor Haji yang dikeluarkan oleh Menteri Agama dan telah mendapatkan visa haji dari pemerintahan Arab Saudi melalui Kedutaan Besar Arab Saudi di Indonesia. Paspor haji berwarna coklat merupakan dokumen resmi yang harus dimiliki oleh setiap calon haji untuk melaksanakan perjalanan ibadah haji dan pemiliknya wajib melakukan pengamanan atas paspor yang dimiliki serta hanya diberikan kepada calon jamaah haji yang telah terdaftar resmi di Kementerian Agama.Berbeda dengan jenis paspor lainnya, paspor tersebut hanya berlaku untuk satu musim haji, demikian juga dengan visa yang diberikan oleh pemerintah Arab Saudi berlaku sebatas hanya untuk kota-kota perhajian, yaitu Jeddah, Mekkah, Madinah. Blanko paspor haji dicetak oleh Kementerian Agama dan tidak ada interaksi langsung dengan calon haji, sejak penulisan data calon haji yang dilakukan dengan komputerisasi sampai pada pengurusan dan penyelesaian visa haji kedutaan Besar Arab Saudi. Dibandingkan dengan jenis paspor lainnya, paspor haji disamping merupakan dokumen sah untuk masuk ke Arab Saudi, mempunyai kekhususan karena didalamnya terdapat lembaran yang akan digunakan sebagai sarana pendataan lembar biodata, lembar embarkasi, lembar debarkasi dan bukti transaksi antara KeMenterian Agama propinsi yaitu meliputi kegiatan penulisan biodata secara otomatis melalui SISKOHAT Provinsi, penempelan foto dan penandatanganan oleh pejabat yang berwewenang sehingga sah sebagai dokumen haji. Dan di embarkasi bidang imigrasi akan melaksanakan tugasnya yaitu pemeriksaan paspor yang sudah selesai diproses oleh pemvisaan, memeriksa kelengkapan paspor jamaah haji, memubuhkan checking pemberangkatan dan kedatangan jamaah, mengirim paspor di bidang penerbangan yang telah diberikan tiket. 57 c. Akomodasi Yang dimaksud dengan akomodasi disini adalah tempat penginapan atau pengasramaan sebagai penampungan sementara pada waktu jumlah haji di tempat embarkasi atau debarkasi dan pemondokkan selama berada di Arab Saudi.Akomodasi bagi 57 Ahmad Nidjam dan Alatief Hanan, Manajemen Haji Jakarta: Nizam press, 2004, cet ke-1 h.63 jamaah haji merupakan kebutuhan dasar setelah konsumsi dan sandang dan melibatkan dana yang tidak sedikit bahkan dalam komponen BPIH menempati urutan kedua setelah biaya angkutan udara. Sebelum pemberangkatan ke Arab Saudi, jamaah haji diasramakan di masing-masing asrama haji embarkasi maksimal selama 24 jam sebelum penerbangan ke Arab Saudi. Fungsi Asrama haji selain selain tempat pemulihan kesehatan recover dan istirahat setelah melakukan perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan dari daerah asalnya masing-masing, juga sebagai tempat penyelesaian proses penerbangan untuk ke luar negri check in. Kegiatan selama di asrama haji meliputi penyelesaian dokumen perjalanan paspor haji oleh imigrasi, pemeriksaan barang bawaan oleh bead an cukai, pemberian bekal hidup living cost, pemeriksaan kesehatan akhir dan pemantapan manasik.Keperluan akomodasi dan konsumsi selama berada di Asrama haji embarkasi ditanggung oleh pemerintah karena termasuk dalam komponen Biaya Penyelenggara Ibadah Haji BPIH. 58 d. Pembinaan Jamaah Pembinaan jamaah haji dilakukan sejak dini, pembinaan jamaah haji yang dilakukan pemerintah adalah rangkaian yang 58 Ahmad Nidjam dan Alatief Hanan, Manajemen Haji Jakarta: Nizam press, 2004, cet ke-1 h.65 mencakup penerangan, penyuluhan dan bimbingan tentang ibadah haji yang dilakukan sejak jamaah haji mendaftarkan diri sampai kembali selesai menunaikan ibadah haji.Pembinaan dilakukan demi keselamatan, kelancaran, ketertiban dan kesejahteraan jamaah haji serta kesempurnaan ibadah haji tanpa dikenakan biaya tambahan diluar BPIH yang telah ditetapkan. Pelaksanaan pembinaan haji dilakukan secara terus menerus dengan berbagai metode tatap muka, media cetak, dan elektronik internet, konsultasi telepon dan penerbitan buku-buku serta leaflet, sejak sebelum masa pendaftaran haji, periode pendaftaran sampai dengan saat pemberangkatan, dalam perjalanan di dalam pesawat, selama di Arab Saudi sampai setelah kembali ke tanah air. Materi pembinaan bagi jamaah haji dapat dikelompokkan yaitu manasik haji, bimbingan ibadah, perjalanan, pelayanan kesehatan, pembinaan haji mabrur, ukhuwah islamiyah dan ibadah sosial. Materi pembinaan ibadah haji ditetapkan oleh pemerintah dalam bentuk buku bimbingan dan pola pembinaan yang dijadikan sebagai dasar pembinaan dan bimbingan baik oleh pemerintah maupun masyarakat namun tetap dapat dikembangkan sesuai dengan segmen jamaah haji yang dibimbingnya. Disamping pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah, upaya ini juga dapat dilakukan secara mandiri atas inisiatif haji sendiri, lembaga social keagamaan, organisasi massa islam, kelompok bimbingan ibadah haji dan majelis taklim, dan tetap merupakan kesatuan sistem bimbingan jamaah haji yang mengacu kepada kemandirian jamaah dan dititik beratkan kepada pemahaman manasik dan pengetahuan perjalanan ibadah haji. Dan pelayanan di embarkasi bagian pembinaan jamaah melaksanakan tugas pemantapan manasik ketika jamaah di Asrama haji, memberikan ceramah, melayani jamaah haji jika ingin berkonsultasi. 59 e. Keamanan Panitia penyelenggara ibadah haji harus memberikan pelayanan yang terbaik untuk jamaah begitu juga keamanan di asrama jamaah haji dan juga diluar asrama , karena asrama sudah dalam keadaan steril sehingga tidak boleh ada tamu yang keluar masuk asrama selain jamaah dan petugas, panitia keamanan perlu mengatur lalu lintas jamaah haji dan para petugas yang keluar masuk asrama dan menjaga keamanan jamaah. Tidak hanya di dalam asrama panitia keamanan juga bertugas di bandara halim dalam mengatur lalu lintas jamaah keluar masuk bandara, memeriksa identitas petugas yang masuk keluar bandara dan juga panitia keamanan dapat menerima pengaduan jika ada kasus kasus kehilangan barang. 59 Ahmad Nidjam dan Alatief Hanan, Manajemen Haji Jakarta: Nizam press, 2004, cet ke-1 h.69-71 f. Perbekalan Jamaah haji perlu mendapatkan perbekalan dari Negara ketika menjalani ibadah haji, maka jamaah haji mendapatkan uang living cost dari pemerintah dan tanda identitas jamaah berupa gelang identitas yang harus digunakan jamaah sehingga dapat dikenal jamaah dari Indonesia, begitu juga tugas panitia perbekalan adalah mengamankan barang-barang yang tercecer. g. Penerbangan Panitia penyelenggara ibadah haji pun ditugaskan di bagian penerbangan yang mengurusi penimbangan barang bawaan, dan menyiapkan tiket jamaah haji sesuai dengan manifest yang sudah terdata, dan membuat berita acara tentang pemberangkatan dan pemulangan jamaah. h. Imigrasi Panitia dibagian imigrasi bekerja sama dengan instansi terkait yaitu keimigrasian dalam memeriksa paspor jamaah haji yang telah diproses pemvisaannya, kelengkapan paspor jamaah, mengirimkan paspor yang sudah siap kepada bidang penerbangan. 60 i. Bea dan Cukai Panitia bea dan cukai merencanakan pemeriksaan dokumen dan barang bawaan jamaah dengan memberikan tanda pada 60 Ahmad Nidjam dan Alatief Hanan, Manajemen Haji Jakarta: Nizam press, 2004, cet ke-1 h.80 bungkus kopertas barang bawaan yang sudah diperiksa, dan membuat data barang bawaan setiap kloter. 61 j. Pelayanan Kesehatan Pelayanan kesehatan adalah pemeriksaan, peralatan dan pemeliharaan kesehatan jamaah untuk menjaga agar jamaah haji tetap dalam keadaan sehat antara lain tidak menularkan atau ketularan penyakit selama menjalankan ibadah haji tersebut dan setelah kembali ke tanah air. Pemeriksaan dan pembinaan kesehatan jamaah haji telah dimulai sejak dini mulai puskesmas, kabupaten, kota dengan melibatkan seluruh unsur petugas di daerah. Dengan mengetahui kondisi jamaah haji sejak dini, maka pembinaan kesehatan dapat diarahkan untuk mengurangi atau menghilangkan penyakit yang dideritanya sehingga pelaksanaan ibadah haji dapat dilakukan dengan sempurna oleh jamaah haji yang bersangkutan. Pemeriksaan kesehatan bagi jamaah haji selama di tanah air dilakukan dalam tiga tahap, yaitu Pertama, pemeriksaan di puskesmas ini dalam rangka menjaring calon haji yang memenuhi salah satu persyaratan istito’ah yaitu sehat lahir dan batin dilakukan setelah pendaftaran haji dimulai dan dipergunakan calon haji untuk mendaftarkan diri, 61 Direktorat Jendral Penyelenggaraan Haji dan Umroh, Pedoman Kerja PPIH Embarkas, Jakarta: Kementrian Agama, 2010, h.39 Kedua, pemeriksaan di Dinas Kesehatan daerah dilakukan secara lebih teliti dengan tenaga pemeriksa dan fasilitas yang lebih baik serta merupakan penentuan akhir layak atau tidaknya calon haji berangkat ke Arab Saudi.Dalam tahap ini juga dilakukan pemeriksaan tes kehamilan, faksinasi meningitis meningokokus, pembinaan dan penyuluhan kesehatan, pelayanan rujukan dan pengamatan penyakit, Ketiga, pemeriksaan di embarkasi dilakukan secara selektif dan memeriksa kelengkapan dokumen kesehatan haji. Pembinaan kesehatan calon haji dilakukan secara terus menerus sejak terdaftar sampai saat keberangkatan meliputi berbagai aspek, yaitu kesehatan umum, gizi keluarga berencana dan menstruasi yang dikaitkan dengan ibadah haji, sehingga jamaah haji bisa melaksanakan ibadah haji dengan kesehatan yang optimal.Disamping pembinaan kesehatan, diperlukan pula obat- obatan dan alat kesehatan yang memadai sejak di embarkasi, selama dalam perjalanan dengan pesawat udara dan kebutuhan di Arab Saudi. Penyediaan obat-obatan ini disebut dengan pola dan jenis penyakit, serap pakai, kondisi resiko tinggi, dan mengutamakan produksi dalam negri obat generic. Pelayanan yang diberikan di embarkasi adalah melayani, dan merujuk calon jamaah yang sakit ke poliklinik asrama haji atau asrama haji yang telah ditentukan, mendata calon jamaah yang sakit, mengurus barang bawaan jamaah haji yang sakit, memonitor jamaah haji yang dirawat di rumah sakit asrama haji, mengurus pemakaman jamaaah haji yang wafat atau mengantar kepada keluarganya. 62 62 Nidjam Ahmad dan Hanan Alatief, Manajemen Haji Jakarta, Nizam press, 2004, cet ke-1 h.77

BAB III GAMBARAN UMUM

PANITIA PENYELENGGARA IBADAH HAJI EMBARKASI JAKARTA TAHUN 2014 Undang-Undang No 13 tahun 2008 pasal 11 mengamanatkan bahwa Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah harus membentuk Panitia Penyelenggara Ibadah Haji PPIH Embarkasi dalam operasional pemberangkatan dan pemulangan haji reguler. Gambaran umum tentang PPIH dapat dikemukakan sebagai berikut:

A. Visi dan Misi PPIH Embarkasi Jakarta

Penyelenggaraan Ibadah Haji Embarkasi Jakarta Tahun 1435 H2014 M merupakan pelaksanaan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2008 tentang penyelenggaraan ibadah haji yang mengamanatkan agar terus dilakukannya upaya penyempurnaan sistem dan manajemen penyelenggaraan ibadah haji agar pelaksanaan ibadah haji berjalan aman, tertib, dan lancar dengan menjunjung tinggi semangat keadilan , transparansi, dan akuntabilitas publik. Penyelenggaraan haji merupakan tugas nasional yang menjadi tanggungjawab pemerintah dibawah koordinasi Kementerian Agama yang pada pelaksanaannya melibatkan berbagai instansi dan lembaga, baik kementerian maupun non kementerian serta berbagai unsur masyarakat. 49 Operasional pemberangkatan jamaah haji Embarkasi Jakarta dalam pelaksanaannya memperhatikan tiga aspek yaitu pembinaan, pelayanan, dan perlindungan dengan visi dan misi sebagai berikut: Visi Menjadi pelayan jamaah haji Embarkasi Jakarta melalui manajemen perhajian yang profesional dan inovatif disertai integritas yang tinggi. Misi 1. Memberikan bimbingan agar jamaah haji menjadi haji yang mabrur dan meningkatkan amal ibadah pasca melaksanakan ibadah haji 2. Meningkatkan pelayanan agar jamaah haji merasa tertib dan nyaman 3. Memberikan perlindungan agar jamaah haji merasa aman 4. Meningkatkan citra petugas dalam memberikan pelayanan kepada jamaah haji 63

B. Landasan, Tugas dan Fungsi Panitia Penyelenggara Ibadah Haji PPIH

Embarkasi Jakarta 1. Landasan Kerja PPIH Embarkasi Jakarta Adapun yang menjadi landasan pengangkatan PPIH Jakarta adalah: a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji 63 Wawancara dengan Bapak H. Ahmad Syukri selaku pejabat Kementrian Agama Provinsi DKI Jakarta dan selaku anggota PPIH Embarkasi Jakarta tahun 2014, tanggal 6 April 2015 b. Peraturan Presiden Nomor 49 tahun 2014 tentang Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji tahun 1435 H 2014 M, c. Peraturan Menteri Agama Nomor 14 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Reguler Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 898, d. Keputusan Menteri Agama Nomor 52 Tahun 2014 tentang Penetapan Embarkasi dan Debarkasi Haji tahun 1435 H 2014 M, e. Keputusan Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah D283 tahun 2008 tentang pedoman kerja Panitia Penyelenggara Ibadah Haji PPIH pusat dan embarkasi, f. Keputusan Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Nomor D456 2014 tanggal 25 Juli 2014 tentang pembentukan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji PPIH Embarkasi Jakarta Pondok Gede tahun 1435 H 2014 M. 64

2. Tugas PPIH Embarkasi Jakarta

PPIH Embarkasi Jakarta mempunyai tugas menyelenggarakan operasional pemberangkatan dan pemulangan jamaah haji di embarkasidebarkasi Jakarta yang terdiri dari jamaah DKI Jakarta dan Lampung sesuai dengan kebijakan Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah. 64 Panitia PPIH, Laporan Operasional Pemberangkatan Jakarta: Asrama Haji Press, 2014, h.3

3. Fungsi PPIH Embarkasi Jakarta

Untuk melaksanakan tugas tersebut PPIH Embarkasi menyelenggarakan fungsi : a. Merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan pelayanan pemberangkatan dan pemulangan jamaah haji di embarkasi, b. Memberikan pelayanan penerimaan jamaah, transit, dokumen, akomodasi, pembinaan jamaah dan petugas, keamanan, perbekalan, penerbangan, imigrasi, bea cukai, dan kesehatan kepada jamaah haji di embarkasi, dan c. Mengkoordinasikan kegiatan pelayanan dengan unsur instansi terkait. 65

C. Pengangkatan dan Masa Kerja PPIH Jakarta

1. Pengangkatan PPIH dan Anggota PPIH

Panitia Penyelenggara Ibadah Haji PPIH dan anggota PPIH Embarkasi Jakarta dibentuk dan diangkat oleh Direktorat Jenderal atas usul Kepala Kantor Wilayah KeMenterian Agama Provinsi embarkasi setempat, dan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji PPIH Embarkasi bertanggung jawab kepada Direktorat Jenderal. Sedangkan pembantu Panitia Penyelenggara Ibadah Haji PPIH Embarkasi di angkat oleh Ketua PPIH dan jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan lapangan. 65 Direktorat Jendral Penyelenggara Haji dan Umroh Kementrian Agama RI, Pedoman kerja PPIH Pusat dan Embarkasi, Jakarta: Sekertariat, 2010, h.23