Kebijakan Peningkatan Nilai Tambah Pertambangan Rencana Kinerja Tahun 2010 - Kementerian ESDM

c. Kebijakan Peningkatan Nilai Tambah Pertambangan

Kebijakan peningkatan nilai tambah terbagi menjadi peningkatan local content dan peningkatan nilai tambah pertambangan. Upaya optimalisasi dan peningkatan pemanfaatan barang dan peralatan produk dalam negeri local content untuk mendukung usaha pertambangan perlu mendapatkan perhatian yang lebih serius dari semua pihak, hal ini akan sejalan dengan amanant UU No. 4 tahun 2009 dan direktif Presiden. Pemerintah terus mendorong upaya peningkatan kandungan lokal di dalam kegiatan pertambangan, karena hal ini akan dapat mendorong perekonomian nasional. Di dalam kegiatan ini, khususnya di dalam secktor pertambangan yang ditekankan adalah pembelian di dalam negeri local expenditure terhadap kebutuhan pelaksanaan kegiatan pertambangan.

d. Kebijakan Peningkatan Investasi

Dalam rangka peningkatan daya saing investasi di sub sektor migas antara lain, dilakukan: Geological Prospekk, untuk peningkatan investasi migas, yaitu dengan Meningkatkan kegiatan survei GG dan survei umum di wilayah terbuka untuk mendorong pembukaan wilayah kerja baru; Peningkatan kualitas dan transparansi di dalam mengakses data dan informasi dipada kegiatan usaha migas untuk mendukung penawaran Wilayah Kerja Migas; Penerbitan Permen ESDM No. 03 Tahun 2008 tentang Pedoman dan Tata Cara Pengembalian Wilayah Kerja Yang Tidak Dimanfaatkan Oleh KKKS Dalam Rangka Peningkatan Produksi Migas; Menerbitkan Permen ESDM No. 036 Tahun 2008 tentang Pengusahaan Gas Metana Batubara Infrastruktur migas. Sesuai UU No.22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, memberikan peluang yang terbuka bagi swasta untuk melakukan kegiatan usaha hilir migas; Menyusun Rencana Induk Jaringan Transmisi dan Distribusi Gas Bumi Nasional; Menerbitkan peraturan-peraturan percepatan penyediaan infrastruktur seperti Perpres No. 42 Tahun 2005 dan Perpres No. 67 Tahun 2005. Regulatory Framework. Untuk mengatasi perbedaan penafsiran Pasal 31 UU 22 tahun 2001 tersebut dikeluarkan Peraturan Menteri Keuangan PMK nomor 177,178, dan 179. Sehingga sejalan dengan investasi di kegiatan Hulu Migas yang memerlukan kepastian investasi jangka panjang ; Permen ESDM No. 008 Tahun 2005 tentang Insentif Pengembangan Lapangan Minyak Bumi Marginal ; Menerbitkan Permen ESDM No. 01 Tahun 2008 tentang Pedoman Pengusahaan Minyak Bumi pada Sumur Tua. Di sub sektor kelistrikanketenagalistrikan, kebijakan investasi diprioritaskan untuk mendorong peningkatan peran swasta, peningkatan dan pemanfaatan teknologi dalam negeri, serta pemanfatan renewable energy dan energi setempat. Untuk itu Pemerintah terus berusaha menyempurnakan produk-produk regulasi yang mendorong investasi. Pada sub sector Mineral, Batubara dan Panas Bumi sesuai dengan Undang Undang nomor 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara mengamanatkan untuk memprioritaskan kepentingan bangsa pasal 2, namun juga mendukung pembangunan nasional melalui pengembangan mineral dan batubara. Pada intinya UU Minerba mendorong partisipasi pemerintah dan swasta untuk tercapainya peningkatan investasi baik di sisi hulu maupun hilir. Beberapa peluang investasi dalam UU Minerba diantaranya: Peningkatan investasi terhadap existing KK, PKP2B dan IUP dulu KP baik dari sisi proses penambangan ataupun terhadap adanya kewajiban pengolahan; Peningkatan investasi terhadap IUP baru melalui pelelangan ataupun IUPK; Peningkatan investasi terhadap upaya nilai tambah pertambangan local content, local expenditure, dan pengolahan; dan Peningkatan investasi terhadap berkembangnya usaha jasa. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi KESDM Tahun 2010 63 Untuk pemenuhan kebutuhan energi dan mineral serta untuk mencapai sasaran yang diinginkan, beberap strategi di Sektor ESDM, antara lain: 1. Sub sektor Migas. Untuk pemenuhan kebutuhan migas dan mineral serta untuk mencapai sasaran yang diinginkan, beberapa strategi di sub sektor migas antara lain: Mempertahankan Pproduksi Mmigas; Pengaturan penggunaan Domestikc Market Obligation DMO Minyak Bumi; dan Pengembangan cadangan strategis minyak bumi. Pemerintah akan melakukan pengaturan mengenai cadangan strategis minyak bumi yang meliputi lokasi, pembiayaan, pengelolaan, jumlah dan sumber minyak bumi. Cadangan strategis ini meliputi cadangan minyak mentah untuk pasokan kilang dan cadangan penyangga BBM yang akan memanfaatkan tangki minyak yang ada sesuai dengan rencana pengembangan infrastruktur migas dan mendorong peran swasta untuk berpartisipasi.

2. Sub sektor Ketenagalistrikan. Untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik dan mencapai

sasaran yang diinginkan, maka Pemerintah mengambil langkah-langkah sebagai berikut: Memastikan kecukupan penyediaan tenaga listrik untuk jangka menengah dengan mendorong pelaku usaha untuk menambah kapasitas pasokan listrik; Mendorong pemanfaatan energi baru terbarukan termasuk pemanfaatan biofuel untuk pembangkitan tenaga listrik; Meningkatkan kemampuan sistem penyaluran tenaga listrik akibat adanya pertumbuhan beban dan pembangunan pembangkit baru; Fasilitasi penyelenggaraan investasi dan pendanaan infrastruktur tenaga listrik; Ppeningkatan kesadaran masyarakat untuk melaksanakan diversifikasi energy; Meningkatkan kesadaran msyarakat dalam melaksanakan konservasi energi; Mendorong pelaksanaan diversifikasi energy; Penyusunan peraturan perundangan di bidang listrik dan pemanfaatan energi sebagai tindak lanjut UU No. 30 tahun 2007 tentang Energi dan UU No. 30 tahun; dan Peningkatan SDM Nnasional dalam Kkegiatan Uusaha Kketenagalistrikan.dan distribusi dan pembangunan pembangkit Energi Baru Terbarukan.

3. Sub sektor Mineral Batubara dan Panas Bumi Untuk menjamin keamanan pasokan

mineral, batubara dan panas bumi serta mencapai sasaran yang diinginkan maka diamnil diambil langkah- langkah antara lain sebagai berikut: Menjamin keamanan pasokan batubara melalui Pengendalian Produksi dan Ekspor; Meningkatkan Nnilai Ttambah Ppertambangan dengan mewajibkan ekspor produk tambang dalam bentuk produk akhir; memberikan kemudahan bagi investor terutama dalam mekanisme dan perizinan pendirian fasilitas pengolahan peleburanpemurnian, masalah penggunaan lahan untuk fasilitas pengolahan, fasilitas fiscal, serta dengan peran pemerintah melengkapi pembangunan infrastruktur untuk mendukung kegiatan pengolahan seperti jalan dan pelabuhan; Penyusunan kajian Mmaster plan pendirian fasilitas pengolahan mineral utama; Peningkatan Kualitas Dan Kontinuitas Peralatan Produksi Dalam Negeri; Meningkatkan investasi pertambangan; Pengembangan Panas Bumi; Peningkatan kualitas Ppenelitian dan Ppengembangan di bidang mineral dan batubara.

4. Investasi. Untuk mencapai sasaran yang diinginkan diperlukan kerjasama antara

pemerintah pusat, pemerintah daerah, BUMN, BUMD, maupun badan usaha swasta dalam rangka pembiayaan pembangunan sektor ESDM. Intervensi anggaran pemerintah pusat merupakan stimulus yang digunakan untuk penyusunan kebijakan, pembinaan, pengawasan, penelitian, pendidikan dan pelatihan, pengumpulan data, survei serta pemetaan yang menjadi tugas pokok pemerintah, di samping itu dilakukan untuk pembangunan sebagian kecil kelistrikan antara lain pembangunan pembangkit skala kecil, sebagian transmisi dan distribusi dan pembangunan pembangkit Energi Baru Terbarukan. KESDM telah mentargetkan masuknya investasi di bidang migas, listrik dan pertambangan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi KESDM Tahun 2010 64 Tabel 4.1. Rencana Investasi Sektor ESDM Tahun 2010 Untuk mencapai sasaran yang diinginkan diperlukan kerjasama antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, BUMN, BUMD, maupun badan usaha swasta dalam rangka pembiayaan pembangunan sektor ESDM. Intervensi anggaran pemerintah pusat merupakan stimulus yang digunakan untuk penyusunan kebijakan, pembinaan, pengawasan, penelitian, pendidikan dan pelatihan, pengumpulan data, survei serta pemetaan yang menjadi tugas pokok pemerintah, di samping itu dilakukan untuk pembangunan sebagian kecil kelistrikan antara lain pembangunan pembangkit skala kecil, sebagian transmisi dan distribusi dan pembangunan pembangkit Energi Baru Terbarukan. Sasaran investasi tahun 2010 dari tiap bidang dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi KESDM Tahun 2010 65

4.3. Rencana Kinerja Tahun 2010 - Kementerian ESDM

Sebagai penjabaran lebih lanjut dari Renstra KESDM Tahun 2010-2014, suatu rencana kinerja disusun setiap tahunnya. Rencana kinerja ini juga mengacu pada RKP Tahun 2010 yang merupakan rencana operasional dari RPJM Tahun 2010-2014. Selanjutnya , dalam rencana kinerja ini menjabarkan berisikan target kinerja yang harus dicapai dalam satu tahun pelaksanaan. Target kinerja ini merepresentasikan nilai kuantitatif yang dilekatkan pada setiap indikator kinerja, baik pada tingkat sasaran stratejik maupun tingkat kegiatan, dan merupakan benchmark bagi proses pengukuran keberhasilan organisasi yang dilakukan setiap akhir periode pelaksanaan. Dengan demikian, Rencana Kinerja KESDM Tahun 2010 merupakan dokumen yang menyajikan target kinerja untuk tahun 2010. Secara ringkas, Ggambaran keterkaitan Tujuan, sasaran, indikator kinerja dan target KESDM dalam tahun 2010, adalah sebagai berikut: Tabel 4.2. Tujuan 1:Terjaminnya pasokan energi dan bahan baku domestik Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi KESDM Tahun 2010 66 Tabel 4.3. Tujuan 2:Meningkatnya investasi sektor ESDM Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi KESDM Tahun 2010 67 Tabel 4.4 Tujuan 3:Terwujudnya peran penting sektor ESDM dalam penerimaan negara Tabel 4.5. Tujuan 4:Terwujudnya peningkatan peran sektor ESDM dalam pembangunan daerah Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi KESDM Tahun 2010 68 Tabel 4.6. Tujuan 5 : Terwujudnya pengurangan beban subsidi BBM dan Listrik Tabel 4.7. Tujuan 6:Peningkatan peran penting sektor ESDM dalam peningkatan surplus neraca perdagangan dengan mengurangi impor Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi KESDM Tahun 2010 69 Tabel 4.8. Tujuan 7:Terwujudnya peningkatan efek berantaiketenagakerjaan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi KESDM Tahun 2010 70 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi KESDM Tahun 2010 71 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi KESDM Tahun 2010 72 AKUNTABILITAS KINERJA Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi KESDM Tahun 2010 73 5 S ecara umum pengukuran capaian kinerja Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral KESDM tahun 2010 dilakukan dengan cara membandingkan antara target dengan realisasi masing-masing indikator kinerja. Namun demikian untuk beberapa indikator kinerja sasaran dan kegiatan juga dilakukan perbandingan dengan realisasi capaian kinerja tahun-tahun sebelumnya maupun dengan standar yang lazim. Secara ringkas sebagian besar sasaran-sasaran strategis yang telah ditargetkan dapat dicapai, namun demikian masih terdapat sebagian kecil sasaran strategis yang tidak berhasil diwujudkan pada tahun 2010 ini. Terhadap sasaran maupun target indikator kinerja yang tidak berhasil diwujudkan tersebut, KESDM telah melakukan evaluasi agar terdapat perbaikan penanganan di masa mendatang. Analisis capaian kinerja tersebut selengkapnya tertuang pada bagian berikut ini. Pada dasarnya proses pengukuran dan monitoring kinerja dilakukan langsung oleh masing- masing unit kerja utama yang bertanggung jawab atas pencapaian sasaran dan programkegiatan. Selanjutnya informasi kinerja dari unit-unit kerja tersebut disampaikan kepada Biro Perencanaan dan Kerjasama dan Inspektorat Jenderal untuk dievaluasi lebih lanjut sebelum diteruskan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Secara khusus Biro Perencanaan dan kerjasama menghimpun informasi kinerja tersebut sebagai satu kesatuan sebagai bahan utama untuk penyusunan LAKIP KESDM, sedangkan oleh Inspektorat Jenderal KESDM data kinerja tersebut dievaluasi untuk memberi rekomendasi perbaikan bagi setiap unit kerja yang terkait. Melalui proses ini diharapkan adanya upaya-upaya perbaikan kinerja sehingga capaian kinerja dapat tercapai sebagaimana yang diharapkan. Gambar 5.1. Proses pengukuran dan monitoring kinerja

5.1. Gambaran Umum Pengukuran Capaian Kinerja Tahun 2010