Pada tahun 2010 realisasi subsidi energi sebesar Rp. 145,16 triliun atau melebihi kuota sebesar Rp. 144 triliun. Jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2009, di tahun 2010 ini, jumlah subsidi energi mengalami
kenaikan yang cukup besar yaitu sebesar 40.
Perkembangan subsidi BBMLPG dan Listrik pada lima tahun terakhir seperti grafik dibawah ini.
1. Subsidi BBM LPG
Jumlah subsidi BBM, BBN, dan LPG di tahun 2010 ini mencapai Rp 82,35 Triliun atau 107,4 dari target yang ditetapkan. Hal tersebut disebabkan karena realisasi subsidi BBM, BBN dan LPG yang jauh
dibawah kuota akibat penguatan nilai kurs rupiah. Jika dibandingkan dengan jumlah subsidi di tahun 2009, pada tahun 2010 ini jumlah subsidi mengalami peningkatan yang hampir 2 kali lipat. Hal ini
disebabkan oleh meningkatnya jumlah konsumsi BBM akibat bertambahnya jumlah kendaraan bermotor.
Grafik 5.26. Perkembangan subsidi BBMLPG dan Listrik 2006-2010
Grafik 5.27. Perkembangan Subsidi BBM
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi KESDM Tahun 2010
130
Dalam rangka mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan bahan bakar fosil yang merupakan bahan bakar tidak terbarukan, dan beralih untuk pengembangan potensi Bahan Bakar Nabati BBN,
Pemerintah melalui Perpres 5 Tahun 2006 menetapkan target penggunaan BBN sebesar 5 dari total konsumsi energi pada tahun 2025. Prospek pengembangan bahan bakar nabati sangat memungkinkan,
terutama karena potensi ketersediaan lahan dan keanekaragaman bahan baku.
Upaya yang dilakukan Pemerintah, untuk mengurangi subsisi BBM adalah sebagai berikut: Pengalihan Subsidi Harga ke Subsidi Langsung melalui revitalisasi Program Perlindungan Dan
Kesejahteraan Masyarakat Pengurangan Volume Q BBM tertentu, dengan cara: menghemat pemakaian BBM; mengembangkan
energi pengganti alternatif BBM BBG dan Bahan Bakar Lain, dan subsidi BBM hanya untuk target konsumen dilaksanakan dengan Penerapan Sistem Distribusi Tertutup
Pemilihan Harga Patokan BBM yang tepat dengan cara: menekan biaya distribusi BBM, dan menghitung harga keekonomian penyediaan BBM
2. Subsidi Listrik
Realisasi subsidi listrik tahun 2010 lebih tinggi dari rencana yang ditargetkan, yaitu dari Rp 55,11 Triliun menjadi Rp 62,81 Triliun atau mengalami peningkatan sebesar 14. Hal ini antara lain disebabkan oleh:
Kenaikan penjualan tenaga listrik dari target 143,26 TWh menjadi 146,19 TWh; Kenaikan penggunaan BBM dari target 6.420.058 KL menjadi 9.392.894 KL, yang disebabkan antara
lain: keterlambatan penyelesaian PLTU Batubara, program mengatasi pemadaman dalam tahun 2010, dan tidak tercapainya volume pasokan gas alam sesuai target.
Adanya kekurangan pembayaran subsidi listrik pada tahun 2009 yang harus dibayar di tahun 2010.
PERKEMBANGAN TARGET DAN REALISASI SUBSISI LISTRIK TAHUN 2000 - 2010
Grafik 5.28. Perkembangan Target dan Realisasi Subsidi BBM
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi KESDM Tahun 2010
131
Dasar penghitungan subsidi listrik diilustrasikan seperti gambar di bawah ini:
Gambar 5.16. Dasar Penghitungan Subsidi Listrik
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi KESDM Tahun 2010
132
Sekitar 60 produksi minyak Indonesia dipasok untuk dalam negeri dan dan sisanya sebesar 40 untuk ekspor. Terkait Neraca Minyak Mentah Indonesia, saat ini ekspor sebesar 399 ribu bph 61 masih lebih
besar dari impor sebesar 254 ribu bph 39, atau ekspor lebih besar dari impor net exporter. Namun, jika impor BBM sebesar 418 ribu barelhari juga diperhitungkan, maka balance minyak berubah menjadi
ekspor 399 ribu bph 37 dan impor 672 bph 77, sehingga impor lebih besar daripada ekspor net importer.
Dengan produksi minyak sebesar 945 ribu bph saat ini, sementara konsumsi dalam negeri sebesar 1.038 ribu bph, maka impor BBM tetap diperlukan. Konsumsi terbesar terjadi pada sektor transportasi 56
dan diikuti oleh pembangkit listrik 18, industri 13,5 dan rumah tangga 12,5.
Sehubungan dengan resesi ekonomi global, dalam konteks perekonomian nasional, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2010 ini masih positif, yaitu 5,5. Pertumbuhan ekonomi tersebut didukung
oleh dominasi konsumsi domestik, belanja pemerintah yang lebih tinggi, investasi yang relatif konstan dan pendapatan bersih ekspor ekspor dikurangi impor yang masih positif.
Tujuan VI : Terwujudnya Peran Penting Sektor ESDM Dalam Peningkatan Surplus Neraca Perdagangan dengan Mengurangi Impor
NERACA PERDAGANGAN SEKTOR ESDM
Grafik 5.29. Neraca Perdagangan Sektor ESDM
Grafik 5.29. Neraca Perdagangan Sektor ESDMSektor ESDM selalu mencatatkan surplus sejak tahun 2005 sampai dengan 2009. Nilai impor per tahun adalah antara 54 s.d. 64 persen dari nilai ekspornya, sehingga neraca
perdagangannya selalu positif.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi KESDM Tahun 2010
133
Sektor ESDM selalu mencatatkan surplus sejak tahun 2005 sampai dengan 2009. Nilai impor per tahun adalah antara 54 s.d. 64 persen dari nilai ekspornya, sehingga neraca perdagangannya selalu positif.
Pada tahun 2008, surplus dicapai pada angka yaitu sebesar US 17,9 miliar, dimana ekspornya mencapai US 50,1 miliar dan impornya US 32,2 miliar. Demikian juga untuk tahun 2009 ini, dimana dampak resesi
global masih kuat, meskipun nilai ekspor sektor ESDM menurun, namun nilai impornya juga menurun, sehingga surplus masih dapat dipertahankan.
Guna mewujudkan Peran Penting Sektor ESDM Dalam Peningkatan Surplus Neraca Perdagangan dengan Mengurangi Impor, maka dalam tahun 2010 ditetapkan 1 satu sasaran sebagai berikut:
Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalui pencapaian 4 indikator kinerja sasaran yang dikembangkan dari indikator kinerja programkegiatan rencana kinerja tahun 2010. Indikator kinerja
sasaran beserta target, realisasi dan capaiannya diuraikan dalam tabel berikut:
Sasaran 10. Optimalnya Ekspor dan Impor Sektor ESDM
Tabel 5.35. Indikator Sasaran 10
1. Jumlah ekspor minyak mentah