Dari table di atas, terlihat perbandingan pemakaian TKN dan TKA antara tahun 2009 dan 2010. Pada tahun 2009 penggunaan TKN jauh lebih banyak dibandingkan dengan TKA dengan rasio 100 : 1. Pada tahun 2010,
jumlah penggunaan TKN dan TKA meningkat, namun penggunaan TKA meningkat lebih besar dibandingkan dengan penggunaan TKN, sehingga rasio perbandingannya menjadi 80 :1.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk mendukung prioritas nasional dalam hal pemberdayaan TKN, diantaranya adalah:
Dengan memperhatikan pemanfaatan tenaga kerja setempat sesuai dengan standar kompetensi yang dipersyaratkan pada sub sector migas dilaksanakan pengembangan Tenaga Kerja Nasional melalui
pelaksanaan Program Magang bagi fresh graduates pada perusahaan-perusahaan migas terutama perusahaan yang menggunakan Tenaga Kerja Asing. Program tersebut bertujuan untuk memberikan
kesempatan magang bagi fresh graduates untuk mendapatkan pengalaman bekerja pada perusahaan- perusahaan migas sesuai dengan latar belakang pendidikan mereka. Bekal pengalaman kerja tersebut
memberikan nilai tambah bagi mereka untuk mendapatkan pekerjaan terutama pada perusahaan- perusahaan yang bergerak di sub sektor migas KKKS Migas, Usaha Hilir Migas, dan Usaha Penunjang
Migas.
Dengan pengendalian penggunaan tenaga kerja asing dilakukan melalui pemberian rekomendasi persetujuan atau penolakan terhadap permohonan rekomendasi RPTKA Rencana Penggunaan TKA
dan IMTA Ijin Mempekerjakan TKA berdasarkan hasil konsultasi teknis. Hasil pelaksanaan pengendalian penggunaan TKA pada tahun 2010 adalah pemberian rekomendasi persetujuan
penggunaan TKA sebanyak 2.827 TKA serta penolakan sebanyak 198 posisi TKA.
Terwujudnya pemberdayaan nasional dapat diukur melalui 3 indikator kinerja seperti yang tercantum pada tabel di atas, secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Rasio tenaga kerja asing dengan tenaga kerja nasional
Realisasi penggunaan tenaga asing dengan penggunaan tenaga kerja nasional di Sektor ESDM pada tahun 2010 ini adalah sebagai berikut :
Tabel 5.42
Rasio Tenaga Kerja Nasional dan Tenaga Ketja Asing
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi KESDM Tahun 2010
142
Tabel 5.43. Rencana Impor Barang Operasi Migas dan Intervensi Verifikasi
Rencana Kebutuhan Barang Impor 2006-2010
2. Persentase pemanfaatan barang dan jasa dalam negeri pada usaha minyak dan gas bumi
Dalam rangka pengutamaan penggunaan produksi dalam negeri tersebut dilakukan kegiatan pengendalian impor barang operasi melalui mekanisme penilaian dan penandasahan Rencana Impor
Barang.
Selama tahun 2010 telah ditandasahkan Rencana Kebutuhan Barang Impor yang diajukan oleh Kontraktor KKS menjadi Rencana Impor Barang guna menunjang kegiatan operasi perminyakan
sesuai dengan kebutuhan operasi sebesar ± US 4,846.38 milyar, dengan status barang sewa sebesar ± US 3,504 milyar dan barang bukan sewa sebesar ± US 1,343 milyar dengan rincian dalam bentuk
barang jadi, sebesar ± US 744,88 juta, dalam bentuk Manufaktur Batam sebesar ± US 499.00 juta, dan dalam Fabrikasi Dalam Negeri sebesar ± US 99,82 juta. Sehingga intervensi terhadap impor
barang operasi sebesar USD 601,08 juta.
Peningkatan nilai rencana impor barang terjadi karena aktivitas KKKS melakukan eksplorasi sehingga banyak memerlukan barang danatau jasa disamping KKKS yang sedang melakukan pengembangan.
Meningkatnya kesadaran KKKS dalam menggunakan produksi dalam negeri mengakibatkan terjadinya penurunan intervensi pada barang-barang yang terindikasi ADP sudah dapat diproduksi
dalam negeri
Nilai investasi hulu migas tahun 2010 adalah USD 11,344.71 juta 11,34 milyar, apabila diasumsikan bahwa nilai dalam suatu pembelanjaan KKKS didapatkan dari pembelanjaan dalam dan luar negeri
dimana mekanisme pengadaan barang dari luar negeriimpor wajib melalui mekanisme RKBImasterlist, maka persentase pemanfaatan barang dan jasa dalam negeri dapat dilakukan
pendekatan melalui nilai investasi dikurangi nilai barang luar negeri nilai Rencana Impor Barang dibagi dengan nilai investasi dikali dengan 100 persen, sehingga persentase pemanfaatan barang dan
jasa dalam negeri pada sub sektor migas adalah 57.
Tercapainya target pemanfaatan barang dan jasa dalam negeri pada usaha migas dapat disebabkan meningkatnya kesadaran KKKS dalam menggunarkan produksi dalam negeri sehingga
mengakibatkan meningkatnya persentase pemanfaatan barang dan jasa dalam negeri pada usaha migas.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi KESDM Tahun 2010
143
Selain mengendalikan barang impor pada kegiatan usaha migas, dalam rangka mendukung dan menumbuh kembangankan produksi dalam negeri sehingga mampu mendukung kegiatan investasi migas
juga dilakukan pembinaan terhadap industri barang dalam negeri dengan memberikan ratingperingkat sesuai hasil penelitian dan penilaian kemampuan meliputi aspek legal status usaha dan finansial, teknis
kemampuan produksi dan sistem manajemen, jaringan pemasaran dan layanan purna jual.
3. Penggunaan Barang dan Jasa Produksi dalam negeri dalam pembangunan sektor Pertambangan Umum
Sub sektor mineral, batubara dan panas bumi, Jumlah penggunaan produk dalam negeri yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan sub sektor mineral, batubara dan panas bumi telah mencapai 54 atau dengan
nilai capaian 90 dibandingkan dengan target sebesar 60. Perlu dijelaskan bahwa kebijakan penggunaan kandungan lokal bukan sebatas penggunaan sumber daya
manusia atau barang lokal, namun harus lebih luas dan besar. Maksudnya produsen dan pasarnya harus dibawa ke Indonesia, sehingga multiplayer effect benar-benar dikembangkan dan dimanfaatkan oleh
masyarakat Indonesia . Hal ini telah diamanatkan dalam UU No. 4 Tahun 2009 pasal 106 yang secara tegas menyebutkan bahwa perusahaan tambang harus mengutamakan tenaga kerja, barang dan jasa dalam
negeri.
Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalui pencapaian 1 indikator kinerja sasaran yang dikembangkan dari indikator kinerja programkegiatan rencana kinerja tahun 2010. Indikator kinerja
sasaran beserta target, realisasi dan capaiannya diuraikan dalam tabel berikut:
Sasaran 13. Peningkatan Nilai Tambah
Tabel 5.44. Indikator Kinerja Sasaran 13
Grafik 5.32. Rencana kebutuhan barang impor
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi KESDM Tahun 2010
144
Paten : Pengembangan Metode Seismo-Radio Nuklida untuk Eksplorasi Migas
Rancang Bangun Pembuatan Tabung ANG Adsorbed Natural Gas untuk Penyimpanan Bahan Bakar Gas
Pilot Plant: Pengembangan Metode Seismo-Radio Nuklida untuk Eksplorasi Migas
Studi Produksi Biomassa Mikroba Chlorophyceae Aquatik pada Photobioreaktor Tabung Skala Pilot sebagai Bahan Baku Biofuel
Pengembangan Model Adsorben Konversi Gas Bumi Selain itu tercatat beberapa produk dalam negeri yang telah digunakan untuk kegiatan usaha migas,
seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.45. Kemampuan Produksi Dalam Negeri
Pada beberapa sasaran strategis di bagian sebelumnya telah diinformasikan berbagai pengaruh positip kontribusi sektor ESDM terhadap perekonomian nasional, seperti: peran penting sebagai sumber
penerimaan negara, peningkatan peran dalam pembangunan daerah, dan peningkatan surplus neraca perdagangan, serta efek berantai ketenagakerjaan.
Selain yang disebutkan di atas, sektor ESDM juga memberi peningkatan nilai tambah terhadap kemampuan nasional dalam bidang teknologi rekayasa perancangan dan perakitan instalasi peralatan
migas. Sebagaimana yang terlihat pada tabel diatas, bahwa untuk tahun 2010 target kinerja yang ditetapkan dapat dicapai seluruhnya atau 100.
Pada tahun 2010 ini, Kementerian ESDM melalui Badan Litbang ESDM berhasil merealisasikan 2 buah paten dan 3 buah pilot plant di bidang migas yaitu:
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi KESDM Tahun 2010
145
Sasaran 14. Peningkatan industri jasa backward linkage dan industri yang
berbahan baku dari sektor ESDM, antara lain pupuk forward linkage
Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalui pencapaian 2 indikator kinerja sasaran yang dikembangkan dari indikator kinerja programkegiatan rencana kinerja tahun 2010. Indikator
kinerja sasaran beserta target, realisasi dan capaiannya diuraikan dalam tabel berikut:
Tabel 5.46. Indikator Kinerja Sasaran 14
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi KESDM Tahun 2010
146
1. Usaha Jasa Pertambangan, yaitu usaha jasa yang kegiatannya berkaitan dengan tahapan danatau
bagian kegiatan usaha pertambangan 2.
Usaha Jasa Pertambangan Non Inti, yaitu usaha jasa selain usaha jasa pertambangan yang memberikan pelayanan jasa dalam mendukung kegiatan usaha pertambangan meliputi: bidang-
bidang di luar usaha jasa pertambangan Berdasarkan Direktori Perusahaan Jasa Pertambangan Mineral dan Batubara Tahun 2010 tercatat 683
usaha jasa lokal dan nasional yang terdiri dari 429 usaha jasa nasional dan 254 usaha jasa lokal. Sebagai catatan usaha jasa lokal yang diinventarisir baru dari 4 Provinsi, sehingga jumlah usaha jasa lokal
sebenarnya masih lebih banyak lagi. Dari target 600 jasa usaha pertambangan, realisasi yang dapat dicapai Kementerian ESDM tahun 2010 ini mencapai 683 usaha jasa local dan nasional di bidang
pertambangan umum.
1. Terpenuhinya bahan baku industri pupuk · Persentase pemenuhan bahan baku industri pupuk