Di sektor transportasi akan dikembangkan substitusi BBM dengan LPG, BBG, coal gasification, coal liquefaction, bioethanol, biodiesel, solar cell, CBM, Fuel Cell, dan oil Shale, demikian juga
di sektor Iindustri dan pembangkit akan dilakukan substitusi BBM dengan energi alternatif lain.Untuk pengembangan Bahan Bakar Nabati diharapkan akan dapat dilaksanakan jalur
cepat pengembangan BBN melalui program Desa Mandiri Energi, Kawasan khusus pengembangan BBN dan setiap daerah mengembangkan BBN sesuai potensi. Dengan jalur
cepat pengembangan BBN tersebut diharapkan pada jangka pendek akan bermanfaat untuk penciptaan lapangan pekerjaan dan pengurangan kemiskinan, sedangkan jangka panjang
diharapkan BBN dapat menjadi alternatif energi yang dapat diandalkan.
Disamping kebijakan utama, terdapat kebijakan lainnya untuk mewujudkan ketahanan energi dan mineral di Indonesia. Kebijakan tersebut adalah:
a. Kebijakan Domestic Market Obligation DMO
Untuk mengupayakan keamanan pasokan minyak dan gas bumi serta batubara dalam negeri telah ditetapkan kebijakan domestikc market obligation DMO. Untuk sub sektor
migas, sesuai Undang Undang nomor 22 Tahun 2001 pasal 22 ayat 1, badan usaha atau badan usaha tetap wajib menyerahkan 25 bagiannya dari hasil produksi minyak bumi
dan atau gas bumi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Pada tahun 2008 produksi minyak sebesar 357,50 juta barel atau 62,3 dari produksi dipasok untuk kebutuhan
dalam negeri, sedangkan gas bumi dari sebesar 7,883 bscfd atau 47,8 dipasok untuk kebutuhan dalam negeri.
Untuk mengupayakan keamanan pasokan batubara dalam negeri, pemerintah menetapkan kebijakan DMO batubara.
Kebijakan DMO batubara merupakan kebijakan bagi produsen batubara untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, Undang-uUndang No. 30 Tahun 2007 tentang Energi
mengamanatkan terjaminnya ketahanan energi nasional melalui kewajiban Pemerintah untuk menyediakan cadangan penyangga energi. Dari kajian yang dilaksanakan
diketahui, bahwa kebijakan DMO batubara sangat diperlukan untuk menjamin ketahanan energi nasional. Kemudian berdasarkan UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan
Mineral dan Batubara, pasal 5 ayat 2 s.d. 5, Pemerintah untuk kepentingan nasional wajib melaksanakan pengendalian produksi dan ekspor. Selanjutnya berwenang menetapkan
produksi tiap-tiap komoditas per tahun setiap provinsi, yang wajib ditaati oleh Pemerintah Daerah.
b. Kebijakan Untuk Peningkatan Local Content
Di sub sektor minyak dan gas bumi, sebagaimana yang diamanatkan Undang Undang nomor 22 Tahun 2001, yaitu mendukung dan menumbuh-kembangkan kemampuan
nasional, menciptakan lapangan kerja, untuk lebih mampu bersaing di tingkat nasional, regional dan internasional, maka telah didukung dengan berbagai peraturan pelaksanaan
dalam upaya mencapai sasaran Peningkatan Kapasitas Migas Nasional pada tahun 2025, diantaranya adalah:
Operatorship 50 oleh perusahaan nasional. Penggunaan barang dan jasa nasional sebesar 91
Penggunaan sumber daya manusia SDM Nasional sebesar 99
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi KESDM Tahun 2010
62
c. Kebijakan Peningkatan Nilai Tambah Pertambangan