Struktur Organisasi Sumber Daya Manusia KESDM

8. Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral; 9. Badan Pendidikan dan Pelatihan Energi dan Sumber Daya Mineral; 10. Badan Pelaksana Hilir Migas 11. Dewan Energi Nasional 12. Staf Ahli Menteri Bidang Sumber Daya Manusia dan Teknologi; 13. Staf Ahli Menteri Bidang Ekonomi dan Keuangan; 14. Staf Ahli Menteri Bidang Informasi dan Komunikasi; 15. Staf Ahli Menteri Bidang Kewilayahan dan Lingkungan Hidup; 16. Staf Ahli Menteri Bidang Kemasyarakatan dan Kelembagaan; 17. Pusat Data dan Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral.

2. Struktur Organisasi

Struktur organisasi sesuai Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 18 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral adalah sebagai berikut : Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi KESDM Tahun 2010 18 Gambar 1.12. Struktur Organisasi Kementerian ESDM Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi KESDM Tahun 2010 19

3. Sumber Daya Manusia KESDM

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral terhitung mulai tanggal 1 Maret 2011 memiliki jumlah pegawai sebanyak 6.096 pegawai yang tersebar di 11 unit Eselon I. Dibandingkan jumlah pada tahun sebelumnya, tahun ini terdapat penambahan jumlah pegawai sebesar 5,56 , yaitu dari 5.775 orang ditahun 2009 menjadi 6.096 orang ditahun 2010. Penyebaran jumlah pegawai KESDM per unit Eselon I dapat dilihat pada tabel dan grafik di bawah ini : Tabel 1.4. JUMLAH PEGAWAI NEGERI SIPIL KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL TMT 1 MARET 2011 Gambar 1.13. Kekuatan PNS KESDM TMT Maret 2011 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi KESDM Tahun 2010 20 Sedangkan berdasarkan strata pendidikan pegawai KESDM dapat dilihat pada tabel dan gragik dibawah ini. Tabel 1.5. JUMLAH PEGAWAI NEGERI SIPIL KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL MENURUT PENDIDIKAN TMT 1 MARET 2011 Gambar 1.14. Kekuatan PNS KESDM Menurut Pendidikan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi KESDM Tahun 2010 21 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi KESDM Tahun 2010 22 RPJM 2010-2014 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi KESDM Tahun 2010 23 elaksanaan pembangunan dalam tahun 2010 merupakan tahun terakhir RPJMN 2004- 2009 dan tahun pertama RPJMN 2010-2014. Berbagai upaya dan kemajuan-kemajuan yang telah dicapai pada tahun-tahun sebelumnya merupakan landasan bagi pelaksanaan pembangunan RPJMN 2010-2014. Demikian juga, perkembangan P perekonomian nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia yang mengalami krisis ekonomi yang dipicu oleh kasus subprime mortgage di Amerika Serikat. Krisis ini telah menyebabkan perekonomian Amerika mengalami resesi yang dalam dan telah menjalar ke negara maju lainnya, serta berimbas pula ke berbagai negara di dunia termasuk Indonesia. Dampak krisis global mulai dirasakan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional sejak triwulan IV tahun 2008. Pertumbuhan ekonomi triwulan IV tahun 2008 adalah minus 3,6 persen jika dibandingkan dengan triwulan III tahun 2008 q-t-q dan meningkat 5,2 persen y-o-y. Sementara itu, pada triwulan sebelumnya ekonomi tumbuh cukup tinggi, yaitu 6,2 persen pada triwulan I; 6,4 persen pada triwulan II; dan 6,4 persen pada triwulan III y-o-y. Krisis global yang berdampak pada turunnya permintaan dunia, menurunnya harga minyak dan komoditas menyebabkan ekspor barang dan jasa tumbuh negatif 5,5 persen pada triwulan IV 2008 jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Dampak global juga mendorong pembalikan aliran modal dari Indonesia ke luar negeri sehingga investasiPembentukan Modal Tetap Bruto PMTB hanya tumbuh 0,8 persen pada triwulan IV jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Penurunan pertumbuhan ekonomi berlanjut sampai dengan triwulan II tahun 2009. Pertumbuhan ekonomi triwulan I tahun 2009 adalah 4,5 persen dan pada triwulan II pertumbuhan menurun menjadi 4,1 persen. Sejak triwulan III tahun 2009 laju pertumbuhan ekonomi meningkat kembali menjadi 4,2 persen dan pada triwulan IV meningkat menjadi 5,4 persen yang menunjukkan tanda- tanda pemulihan ekonomi nasional sejalan dengan membaiknya ekonomi dunia. Pertumbuhan ekonomi selama tahun 2009 sebesar 4,5 persen y-o-y. Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi didorong oleh pengeluaran pemerintah dan pengeluaran masyarakat yang masing- masing tumbuh 15,7 persen dan 4,9 persen. Sementara itu ekspor masih tumbuh negatif, yaitu -9,7 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan ekonomi terutama didorong oleh sektor pertanian yang meningkat sebesar 4,1 persen; dan sektor tersier, yaitu sektor listrik, gas, dan air; serta pengangkutan dan telekomunikasi yang masing masing tumbuh 13,8 persen dan 15,5 persen. Sementara itu, industri pengolahan nonmigas hanya tumbuh 2,1 persen Rendahnya inflasi pada tahun 2009 terutama disumbangkan oleh harga kelompok barang dan jasa yang dapat dikendalikan oleh Pemerintah administered prices. Penurunan harga komoditas global terutama harga BBM telah mendorong Pemerintah untuk menu runkan harga BBM dalam negeri yang kemudian diikuti oleh penurunan tarif angkutan. Pada tahun 2009, Pemerintah menurunkan harga BBM dan tarif angkutan masing-masing sebesar 14,1 persen dan 12,1 persen. Selain oleh faktor-faktor tersebut, rendahnya inflasi tahun 2009 juga didukung oleh penurunan inflasi bahan pokok yang harganya mudah bergejolak, khususnya pangan volatile food yang cenderung menurun. Di samping itu, menguatnya nilai tukar rupiah, melambatnya permintaan domestik dan membaiknya ekspektasi inflasi juga berkontribusi pada rendahnya laju inflasi pada tahun 2009. Seiring dengan pemulihan kegiatan ekonomi dunia dan domestik, tekanan inflasi pada tahun-tahun mendatang diperkirakan cenderung meningkat. Inflasi tahun 2010 diperkirakan 5,3 persen sesuai asumsi APBN-P 2010. 2 RPJM 2010-2014

2.1. Kondisi Umum