Program Listrik Perdesaan beragam jenisnya disesuaikan dengan kebutuhan dan potensi daerah. Program ini dari tahun ke tahun cenderung terus ditingkatkan baik dari segi volume maupun
intensitasnya, sebagai salah satu wujud nyata dari dukungan terhadap pembangunan daerah.
Melalui program penyediaan listrik perdesaan juga telah dibangun pembangkit listrik dari energi terbarukan seperti pembangkit listrik tenaga mikro hidro PLTMH, pembangkit listrik tenaga bayu
PLTB, pembangkit listrik tenaga surya PLTS serta jaringan tegangan menengah dan jaringan tegangan rendah.
Rincian kenaikan penggunaan energi baru dan terbarukan perjenis untuk Listrik Perdesaan dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2010 sebagai berikut:
4. Desa Mandiri Energi
Desa Mandiri Energi DME merupakan terobosan dalam mendukung diversifikasi energi dan penyediaan energi daerah. Program ini terdiri dari DME berbasis Bahan Bakar Nabati BBN dan non-
BBN. DME berbasis BBN menggunakan bahan baku energi jarak pagar, kelapa sawit, singkong dan tebu. Sedangkan DME berbasis non-BBN memanfaatkan sumber energi setempat yaitu mikrohidro,
angin, surya dan biomassa. Pemenuhan kebutuhan sumber energi mandiri bagi desa-desa di Nusantara terus ditingkatkan agar program ini memberikan manfaat langsung berupa kemandirian
energi melalui pemberdayaan potensi daerah. Secara rinci target dan realisasi pembangunan gardu dan jaringan distribusi dapat dilhat pada tabel
dibawah ini.
Tabel 5.29. Pembangunan Gardu Dan Jaringan Distribusi
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi KESDM Tahun 2010
124
Gambar 5.14. Desa Mandiri Energi
Sesuai target yang telah ditetapkan pada tahun 2010, sebanyak 50 DME telah berhasil diwujudkan dengan memanfaatkan potensi daerah, sehingga sampai dengan tahun 2010 ini, total seluruh desa dengan
sumber energi mandiri telah terwujud sebayak 633 desa, dimana sebanyak 396 desa adalah DME berbasis Non-BBN dan 237 desa berbasis BBN.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi KESDM Tahun 2010
125
Gambar 5.15. Peta Sebaran Desa Mandiri Energi
5. Jumlah sumur bor daerah sulit air.
Penyediaan air bersih melalui pengeboran air tanah juga merupakan program strategis sektor ESDM yang langsung bersentuhan dengan kebutuhan masyarakat. Penyediaan air tanah di daerah sangat sulit air
diharapkan mampu memenuhi kebutuhan air minum dan air baku penduduk di desa tertinggal atau desa miskin. Hal ini diharapkan akan memicu rangkaian dampak positif, secara sosial, ekonomi dan
pengembangan wilayah.
Kegiatan penyediaan air bersih tersebut dilakukan tiap tahunnya melalui pendanaan APBN dari tahun anggaran 19951996. Sejak dimulainya program pengeboran air tanah tersebut, lebih dari satu juta jiwa
telah menikmati ketersediaan air bersih ini.
Pada tahun 2010 Kementerian ESDM berhasil melaksanakan kegiatan ini sesuai dengan target yang telah ditetapkan, yaitu sebanyak 100 titik bor yang diperuntukan bagi 216.000 jiwa telah berhasil diwujudkan,
seperti yang terlihat pada table dibawah ini.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi KESDM Tahun 2010
126
Grafik 5.24. Masyarakat yang dapat menikmati air bersih
Perkembangan jumlah titik bor sejak tahun 1995 hingga tahun 2010, terlihat pada grafk dibawah ini.
Grafik 5.23. Titik Pemboran Air Tanah
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi KESDM Tahun 2010
127
Tujuan V : Terwujudnya pengurangan beban subsidi BBM dan Listrik
Subsidi energi yang terdiri dari subsidi untuk BBMLPG dan listrik masih diterapkan dalam rangka mendukung daya beli masyarakat dan aktivitas perekonomian. Besarnya subsidi BBMLPG bervariasi
tiap tahunnya, tergantung dari kuantitas konsumsi dan fluktuasi harga minyak. Adapun subsidi untuk LPG dimulai saat diterapkannya program konversi minyak tanah ke LPG tahun 2007.
Terkait dengan subsidi LPG, sampai dengan bulan Juli 2010 telah dibagikan sebanyak 45,6 juta paket perdana kepada rumah tangga dan usaha mikro. Sampai dengan akhir 2010, telah diprogramkan untuk
membagikan sebanyak 52,9 juta paket perdana. Sedangkan untuk tahun 2011 direncanakan akan didistribusikan sebanyak 3,82 juta paket perdana.
Kebijakan subsidi BBM dilaksanakan secara bertahap, dimana saat ini jumlah dan jenis BBM yang disubsidi semakin sedikit yaitu minyak tanah, bensin, premium, dan solar. Volume minyak tanah
bersubsidi mulai dikurangi tiap tahunnya seiring dengan diterapkannya program konversi minyak tanah ke LPG. Selain itu, pengawasan peruntukan minyak tanah terus membaik dengan adanya kartu kendali
minyak tanah. Adapun dalam rangka jaminan pasokan BBM, untuk wilayah yang telah dilakukan konversi minyak tanah ke LPG, minyak tanah tetap dijual dengan harga keekonomian. Grafik 5.25. Kebijakan dan
Volume BBM bersubsidiDi sub sektor ketenaga-listrikan, dilaksanakan pengelompokan pelanggan dimana untuk pelanggan kelompok Sosial S-1 sampai dengan S-3, Rumah Tangga R-1 dan R-2, Bisnis
B-1 sampai dengan B-3 , Industri I-1 sampai dengan I-4, Pemerintah P-1 dan P-2, berlaku harga jual di bawah harga Biaya Pokok Produksi BPP, artinya hampir seluruh pelanggan listrik masih mendapatkan
subsidi.
Dalam rangka mengurangi beban subsidi BBM dan Listrik, ditetapkan 1 satu sasaran dalam tahun 2010, yaitu sebagai berikut:
BBM BERSUBSIDI
KEBIJAKAN DAN VOLUME
§ KEBIJAKAN SUBSIDI BBM
No JENIS BBM
TAHAP I TAHAP II
TAHAP III TAHAPIV
2010? 1
M. Tanah S
S S
S 2
Premium S
S S
NS 3
M. Solar S
S S
NS 4
M. Diesel S
S NS
NS 5
M. Bakar S
S NS
NS 6
Avtur S
NS NS
NS 7
Avgas S
NS NS
NS No
JENIS BBM TAHAP I
TAHAP II TAHAP III
TAHAPIV 2010?
1 M. Tanah
S S
S S
2 Premium
S S
S NS
3 M. Solar
S S
S NS
4 M. Diesel
S S
NS NS
5 M. Bakar
S S
NS NS
6 Avtur
S NS
NS NS
7 Avgas
S NS
NS NS
S = Subsidi NS = Non Subsidi
2009
§ VOLUME BBM BERSUBSIDI
2006 2009
2010 ?
BBM Non-Subsidi BBM Subsidi
BBM bersubsidi: 100.000 kL
M. Tanah 60
40 20
Ju ta
K L
§ VOLUME BBM BERSUBSIDI
2006 2009
2010 ?
BBM Non-Subsidi BBM Subsidi
BBM bersubsidi: 100.000 kL
M. Tanah 60
40 20
Ju ta
K L
BBM-SUBSIDI KEBIJAKAN DAN VOLUME
Grafik 5.25. Kebijakan dan Volume BBM bersubsidi
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi KESDM Tahun 2010
128
Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalui pencapaian 2 indikator kinerja sasaran yang dikembangkan dari indikator kinerja programkegiatan rencana kinerja tahun 2010. Indikator kinerja
sasaran beserta target, realisasi dan capaiannya diuraikan dalam tabel berikut:
Tabel 5.33. Indikator Sasaran 9
Salah satu hasil akhir yang ingin dicapai oleh Kementerian ESDM adalah berkurangnya subsidi BBM dan listrik guna mengurangi beban APBN. Secara rinci, tabel di bawah ini menunjukkan perbandingan
realisasi subsidi energi tahun 2009 dengan tahun 2010.
Tabel 5.34. Perbandingan Realisasi Subsidi Energy Tahun 2009-2010
Pada tahun 2010 realisasi subsidi energi sebesar Rp. 145,16 triliun atau melebihi kuota sebesar Rp. 144 triliun. Jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2009, di tahun 2010 ini, jumlah subsidi energi
mengalami kenaikan yang cukup besar yaitu sebesar 40.
Perkembangan subsidi BBMLPG dan Listrik pada lima tahun terakhir seperti grafik dibawah ini.
Sasaran 9.Terwujudnya pengurangan beban subsidi BBM dan Listrik
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi KESDM Tahun 2010
129
Pada tahun 2010 realisasi subsidi energi sebesar Rp. 145,16 triliun atau melebihi kuota sebesar Rp. 144 triliun. Jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2009, di tahun 2010 ini, jumlah subsidi energi mengalami
kenaikan yang cukup besar yaitu sebesar 40.
Perkembangan subsidi BBMLPG dan Listrik pada lima tahun terakhir seperti grafik dibawah ini.
1. Subsidi BBM LPG