Terwujudnya pengurangan beban subsidi BBM dan Listrik

5. Terwujudnya pengurangan beban subsidi BBM dan Listrik

Subsidi energi yang terdiri dari BBMLPG dan listrik masih diterapkan dalam rangka mendukung daya beli masyarakat dan aktifitas perekonomian. Besarnya subsidi BBMLPG bervariasi tiap tahunnya, tergantung dari konsumsi dan harga minyak. Subsidi energi mengambil porsi yang cukup besar dalam APBN. Akan sangat bermanfaat dan berdampak ekonomi positif jika anggaran subsidi tersebut dipergunakan untuk pembangunan sektor lain yang lebih penting, seperti pendidikan, kesehatan, subsidi pangan, perawatanpembangunan infrastruktur, jalan, transportasi dan bantuan sosial. Pergeseran subsidi energi menjadi subsidi langsung atau untuk anggaran sektor lain, memiliki dampak politik dan sosial yang lebih tinggi, Sehingga perlu dilakukan secara bertahap. Penurunan subsidi BBM, LPG dan BBN pada tahun 2010 direncanakan menurun sampai dengan 68,7 trilyun. Subsidi listrik juga diturunkan menjadi sebesar 37,8 trilyun. Dengan penurunan subsidi ini, maka akan tersedia lebih banyak dana untuk pembangunan sektor lain yang lebih memerlukan. 6. Terwujudnya peran penting sektor ESDM dalam peningkatan surplus neraca perdagangan dengan mengurangi impor Sekitar 60 produksi minyak Indonesia dipasok untuk dalam negeri dan dan sisanya sebesar 40 untuk ekspor. Terkait Neraca atau balance minyak mentah Indonesia, saat ini ekspor sebesar 399 ribu bph 61 masih lebih besar dari impor sebesar 254 ribu bph 39, atau ekspor lebih besar dari impor net exporter. Namun, jika impor BBM sebesar 418 ribu barelhari juga diperhitungkan, maka balance minyak berubah menjadi ekspor 399 ribu bph 37 dan impor 672 bph 77, sehingga impor lebih besar daripada ekspor net importer. Dengan produksi minyak sebesar 976 ribu bph saat ini, sementara konsumsi dalam negeri sebesar 1.038 ribu bph, maka impor BBM tetap diperlukan. Konsumsi terbesar terjadi pada sektor transportasi 56 dan diikuti oleh pembangkit listrik 18, industri 13,5 dan rumah tangga 12,5. Sehubungan dengan resesi ekonomi global, dalam konteks perekonomian nasional, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2010 ini diproyeksikan masih positif, yaitu 5,5. Pertumbuhan ekonomi tersebut didukung oleh dominasi konsumsi domestik, belanja pemerintah yang lebih tinggi, investasi yang relatif konstan dan pendapatan bersih ekspor ekspor dikurangi impor yang masih positif. Sektor ESDM selalu mencatatkan surplus sejak tahun 2005 sampai dengan 2009. Nilai impor per tahun adalah antara 54 s.d. 64 persen dari nilai ekspornya, sehingga neraca perdagangannya selalu positif. Dalam proyeksi tahun 2010, nilai ekspor dirancang sebesar 135 juta barrel. Angka ini adalah setelah memperhitungkan upaya peningkatan produksi dan optimasi lapangan yang ada, serta pembukaan wilayah kerja yang baru. Sementara itu nilai impor komoditi migas dan pertambangan umum diusahakan tidak meningkat. Kalaupun ada peningkatan angkanya tidak besar yang selaras dengan upaya konservasi dan menjadikan neraca yang positif atau surplus. Pada tahun 2010 nilai impor BBM sebesar 42,25 juta kilo liter, sedangkan impor minyak mentah untuk diolah sebesar 90,04 juta barel dan diupayakan penurunan nilai impor pertambangan umum sebesar 903 untuk masing-masing.

7. Terwujudnya peningkatan efek berantaiketenagakerjaan