66 c.
IPA Sebagai Pengembangan Sikap Makna sikap pada pengajaran IPA dibatasi pengertiannya pada sikap ilmiah
terhadap alam sekitar. Ada Sembilan aspek sikap dari ilmiah yang dapat dikembangkan, yaitu: 1 sikap ingin tahu; 2 sikap ingin mendapatkan
sesuatu yang baru; 3 sikap kerja sama; 4 sikap tidak putus asa; 5 sikap tidak berprasangka; 6 sikap mawas diri; 7 sikap bertanggung jawab; 8
sikap berfikir bebas; 9 sikap kedisiplinan diri. Sikap ilmiah ini dapat dikembangkan ketika siswa melakukan diskusi, percobaan, simulasi, atau
kegiatan di lapangan. Berdasarkan ketiga hakikat IPA di atas dapat diketahui bahwa mata
pelajaran IPA tidak hanya menekankan pada pemerolehan pengetahuan IPA yang berupa fakta, konsep, prinsip, dan teori IPA. Mata pelajaran IPA juga
memperhatikan proses pemerolehan pengetahuan tersebut melalui penerapan sepuluh ketrampilan proses, serta memperhatikan aspek-aspek pengembangan
sikap ilmiah dalam pemerolehan pengetahuan tersebut.
5. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
Pembelajaran sering juga disebut dengan belajar mengajar sebagai terjemahan dari istilah instructional yang terdiri atas dua kata yaitu belajar dan
mengajar. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nana Sujana 2004: 28
bahwa perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai
bentuk seperti
berubah pengetahuannya,
kecakapan dan
67 kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya dan lain-lain aspek yang
ada dalam individu. Untuk mencapai perubahan tersebut, Oemar Hamalik 2007: 57
menyatakan bahwa pembelajaran hendaknya berfungsi sebagai suatu sistem yang terdiri dari unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan
prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran bisa juga diartikan sebagai kegiatan guru secara terprogram
dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.
Menurut Syaiful Sagala 2010: 63 pembelajaran mempunyai dua karakteristik. Kedua karakteristik tersebut meliputi:
a. Dalam proses pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara
maksimal, bukan hanya menuntut siswa untuk sekedar mendengar, mencatatkan tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses berpikir.
b. Dalam pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses tanya jawab
terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa, yang pada gilirannya kemampuan berpikir itu
akan dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Tahun 2006 tentang Standar Isi menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam IPA berkaitan dengan cara
mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep,
68 atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih
lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga
dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
Kegiatan pembelajaran IPA mencakup pengembangan kemampuan dalam mengajukan
pertanyaan, mencari
jawaban, memahami
jawaban, menyempurnakan jawaban tentang “apa”, “mengapa”, dan “bagaimana”
tentang gejala alam maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis yang akan diterapkan dalam lingkungan dan teknologi. Kegiatan
tersebut dikenal dengan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode ilmiah. Metode ilmiah dalam mempelajari menurut Pusat Kurikulum 2006 meliputi
mengidentifikasi masalah, menyusun hipotesa, memprediksi konsekuensi dari hipotesis, melakukan eksperimen untuk menguji prediksi, dan merumuskan
hukum umum yang sederhana yang diorganisasikan dari hipotesis, prediksi, dan eksperimen.
Dalam belajar IPA peserta didik diarahkan untuk membandingkan hasil prediksi peserta didik dengan teori melalui eksperimen dengan menggunakan
metode ilmiah. Pendidikan IPA di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana
69 bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitarnya, serta
prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, yang didasarkan pada metode ilmiah.
Pembelajaran IPA menekankan pada pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu memahami alam
sekitar melalui proses “mencari tahu” dan “berbuat”, hal ini akan membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam.
Keterampilan dalam mencari tahu atau berbuat tersebut dinamakan dengan keterampilan proses penyelidikan atau “inquiry skills” yang meliputi
mengamati, mengukur, menggolongkan, mengajukan pertanyaan, menyusun hipotesis,
merencanakan eksperimen
untuk menjawab
pertanyaan, mengklasifikasikan, mengolah, dan menganalisis data, menerapkan ide pada
situasi baru, menggunakan peralatan sederhana serta mengkomunikasikan informasi dalam berbagai cara, yaitu dengan gambar, lisan, tulisan, dan
sebagainya. Melalui keterampilan proses dikembangkan sikap dan nilai yang meliputi rasa ingin tahu, jujur, sabar, terbuka, tidak percaya tahyul, kritis,
tekun, ulet, cermat, disiplin, peduli terhadap lingkungan, memperhatikan keselamatan kerja, dan bekerja sama dengan orang lain.
6. Konsep Learning Cycle dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam