52 tugas terstruktur baik secara individual maupun kelompok sesuai
dengan hasil belajar siswa f
Memotivasi siswa untuk mendalami materi pembelajaran melalui kegiatan belajar mandiri
g Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya
C. Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
Pendidikan budaya dan karakter bangsa merupakan suatu bentuk pendidikan yang menginternalisasikan nilai-nilai karakter bangsa ke dalam kegiatan
pembelajaran. Penerapan pendidikan budaya dan karakter bangsa berdasarkan pada urgensi tentang semakin memudarnya karakter bangsa yang merupakan
nilai-nilai luhur kepribadian bangsa Indonesia yang perlu dilestarikan. Untuk menerapkan pendidikan budaya dan karakter bangsa dalam pembelajaran
hendaknya perlu adanya pemahaman yang mendalam tentang hakikat pendidikan budaya dan karakter bangsa. Hakikat pendidikan budaya dan karakter bangsa
dalam pembelajaran akan diuraikan lebih lanjut melalui pembahasan di bawah ini.
1. Pengertian Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
Pengertian pendidikan budaya dan karakter bangsa dapat ditinjau dari 3 tiga kata kunci, yaitu kata pendidikan, budaya, dan karakter bangsa dimana merupakan
unsur penyusun konsep pendidikan budaya dan karakter bangsa. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
pada pasal 1 menyatakan bahwa, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan
53 potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Berdasarkan pengertian tersebut, pendidikan merupakan suatu bentuk kegiatan yang terencana secara sistematis dan berkelanjutan dimana hendaknya meliputi
suatu perencanaan makro dan mikro untuk mengembangkan potensi, kepribadian, dan ketrampilan yang diperlukan siswa dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Berkenaan dengan arti budaya, kata budaya berasal dari kata Sanskerta
buddhayah , yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau “akal”.
Kebudayaan menurut Koentjaraningrat 1990 merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat
yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Berdasarkan pernyataan tersebut, budaya dan kebudayaan merupakan hasil cipta, rasa, dan karsa manusia
yang diperoleh melalui kegiatan belajar. Sebagai suatu bentuk sistem, kebudayaan menurut Koentjaraningrat 1979: 187-
188 memiliki tiga wujud, yaitu: a.
Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya.
Wujud kebudayaan ini berbentuk abstrak sehingga tidak dapat dilihat dengan indera penglihatan. Wujud ini terdapat di dalam pikiran masyarakat yang
berupa ide atau gagasan banyak hidup bersama dengan masyarakat. Gagasan itu selalu berkaitan dan tidak bisa lepas antara yang satu dengan yang lainnya.
Keterkaitan antara setiap gagasan ini disebut sistem. Koentjaraningrat 1979:
54 187 mengemukaan bahwa kata ‘adat’ dalam bahasa Indonesia adalah kata
yang sepadan untuk menggambarkan wujud kebudayaan pertama yang berupa ide atau gagasan ini. Sedangkan untuk bentuk jamaknya disebut dengan adat
istiadat. b.
Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleksitivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat.
Sistem sosial dijelaskan Koentjaraningrat 1979: 187 sebagai keseluruhan aktifitas manusia atau segala bentuk tindakan manusia yang berinteraksi
dengan manusia lainnya. Aktifitas ini dilakukan setiap waktu dan membentuk pola-pola tertentu berdasarkan adat yang berlaku dalam masyarakat tersebut.
Tindakan-tindakan yang memiliki pola tersebut disebut sebagai sistem sosial oleh Koentjaraningrat. Sistem sosial berbentuk konkrit karena bisa dilihat
pola-pola tindakannya dengan indra penglihatan. Kemudian wujud ketiga kebudayaan disebut dengan kebudayaan fisik.
c. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Wujud kebudayaan ini menurut Koentjaraningrat 1979: 188 bersifat konkret karena merupakan benda-benda dari segala hasil ciptaan, karya, tindakan,
aktivitas, atau perbuatan manusia dalam masyarakat. Berdasarkan pernyataan di atas, budaya dan kebudayaan memiliki 3 tiga
wujud, yaitu berupa sistem nilai dan norma yang bersifat abstrak sebagai suatu adat istiadat, berupa sistem aktifitas masyarakat dilakukan setiap waktu dan
membentuk pola-pola tertentu berdasarkan adat yang berlaku dalam masyarakat tersebut, serta berupa benda-benda hasil cipta, karya dan tindakan manusia.
55 Nilai-nilai sebagai salah satu wujud kebudayaan dapat dikembangkan dan
dilestarikan melalui proses pendidikan. Hal ini berdasarkan pernyataan Umar Tirtarahardja dan La Sulo 2005: 33 bahwa, “sebagai proses transformasi budaya,
pendidikan diartikan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi yang lain.”
Umar Tirtarahardja dan La Sulo 2005: 33-34 menyatakan bahwa terdapat 3 tiga fungsi pendidikan dalam proses transformasi budaya, yaitu meneruskan
nilai-nilai yang masih cocok, memperbaiki nilai-nilai yang kurang cocok, dan mengganti nilai yang tidak cocok. Berdasarkan pernyataan tersebut, selain
meliputi pewarisan nilai, pendidikan dalam kebudayaan memiliki fungsi untuk mengembangkan nilai-nilai budaya bangsa yang sesuai dengan kehidupan masa
kini dan masa yang akan datang, serta mengembangkan prestasi baru yang menjadi karakter baru bangsa.
Wayne dalam Mulyasa, 2012: 3 memberikan konsep tentang karakter yang merupakan kata kunci ketiga dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa.
Wayne mengemukakan bahwa karakter berasal dari Bahasa Yunani yaitu charassein
yang memiliki arti menandai dan memfokuskan pada bagaimana menerapkan nilai-nilai kebaikan dalam tindakan nyata atau perilaku sehari-hari.
Berdasarkan pernyataan tersebut, seseorang yang berperilaku tidak jujur, curang, kejam, dan rakus dikatakan sebagai orang yang memiliki karakter jelek,
sedangkan orang yang berperilaku baik, jujur, dan suka menolong dikatakan sebagai orang yang memiliki karakter baik atau mulia.
56 Dalam hal ini, karakter merujuk pada suatu pola tingkah laku positif yang
telah berkembang dalam diri seseorang dalam bentuk manifestasi perilaku nyata. Pernyataan ini sejalan dengan Dirjen Pendidikan Agama Islam Kementerian
Agama Republik Indonesia dalam Mulyasa, 2012: 4 yang menyatakan bahwa karakter character dapat diartikan sebagai totalitas ciri-ciri pribadi yang melekat
dan dapat diidentifikasi pada perilaku invidu yang bersifat unik, dalam arti secara khusus ciri-ciri ini membedakan antara satu individu dengan individu yang
lainnya. Berdasarkan konsep pengertian dari ketiga kata kunci di atas, Endah
Sulistyowati 2012: 22-23 menyatakan bahwa pengertian pendidikan budaya dan karakter bangsa memiliki 3 tiga pengertian, antara lain:
a. Secara Umum
Pendidikan budaya dan karakter bangsa merupakan pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa pada diri siswa
sehingga siswa memiliki dan menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang religius, produktif,
dan kreatif. b.
Secara Programatik Pendidikan budaya dan karakter bangsa diartikan sebagai usaha bersama semua
guru dan pimpinan sekolah, melalui mata pelajaran dan budaya sekolah dalam membina dan mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa pada
siswa melalui proses aktif siswa dalam proses pembelajaran.
57 c.
Secara Teknis Pendidikan budaya dan karakter bangsa sebagai proses internalisasi serta
penghayatan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang dilakukan siswa secara aktif di bawah bimbingan guru, kepala sekolah, dan tenaga
kependidikan dalam kehidupannya di kelas, sekolah, dan masyarakat.
2. Fungsi Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa