Kendala Dalam Penyusunan dan Penerapan Desain Pembelajaran

187 pelaksanaan pembelajaran berupa kegiatan ulangan harian sehingga tidak memungkinkan untuk pelaksanaan percobaan.

5. Kendala Dalam Penyusunan dan Penerapan Desain Pembelajaran

Integrasi Budaya dan Karakter Bangsa Mata Pelajaran IPA Kelas V SD Juara Kota Yogyakarta Berdasarkan wawancara yang dilaksanakan pada 28 November 2013, SKM WG.III28111355 menyatakan bahwa, “ Kendala dalam penyusunan desain pembelajaran integrasi budaya dan karakter bangsa adalah penyusunan desain yang cenderung memusatkan ke satu atau hanya beberapa MI saja, hal ini berdampak pada pengintegrasian nilai yang cenderung juga hanya pada nilai tertentu saja, sedangkan nilai yang lain cenderung terkesan terabaikan.” Kendala tersebut timbul dikarenakan terdapatnya keberagaman jenis kecerdasan dan karakter siswa sehingga guru mengalami kesulitan dalam mengakomodasi keberagaman tersebut dalam satu bentuk pembelajaran. SKM WG.III28111357 menyatakan bahwa sebagai upaya untuk mengatasi kendala tersebut guru menyusun kegiatan pembelajaran yang bervariatif, yaitu mencakup MI yang berbeda untuk tiap pertemuan. Berkaitan dengan kendala dalam penerapan desain pembelajaran, SKM WG.III28111358 menyatakan bahwa kendala dalam penyusunan desain pembelajaran integrasi budaya dan karakter bangsa adalah terdapatnya kesenjangan antara penerapan nilai-nilai tersebut di dalam kelas dengan kehidupan siswa di lingkungan dan waktu yang berbeda. Nilai yang ditanamkan di kelas melalui pembelajaran belum tentu diterapkan di lingkungan dan waktu yang berbeda sehingga pembelajaran terkesan kurang bermakna, misalnya siswa 188 memiliki kebiasaan ramai, guru sudah mengingatkan tetapi kebiasaan tersebut tetap muncul pada waktu yang berbeda yaitu pada mata pelajaran selanjutnya. Kendala tersebut menurut SKM dilatarbelakangi oleh faktor adanya kerjasama antara sekolah dengan orangtua siswa untuk selalu memotivasi siswa. Dengan kata lain, konsistensi penerapan pendidikan budaya dan karakter bangsa antara di sekolah dan di rumah dipengaruhi oleh tingkat sinergitas antara sekolah dengan guru kelas dalam memotivasi siswa untuk mengembangkan nilai dan karakter tersebut. Selain itu, faktor lupa yang dialami siswa untuk selalu menerapkan nilai- nilai dalam kehidupan sehari-hari juga merupakan kendala dalam penanaman nilai seperti yang terdapat desain pembelajaran integrasi budaya dan karakter bangsa. Hal ini dikarenakan guru cenderung menekankan kepada kegiatan penyampaian materi yang terlalu luas sehingga penanaman nilai terkesan terabaikan selama kegiatan pembelajaran. Masalah ini berdampak pada kurang bermaknanya pembelajaran dimana siswa hanya memfokuskan diri untuk mempelajari materi yang terlalu luas dan melupakan nilai-nilai yang seharusnya dapat mereka kembangkan. Hal ini berdasarkan pernyataan guru bahwa, “Banyak Mbak faktornya, bisa karena kurangnya minat orangtua untuk bekerjasama dengan sekolah untuk selalu memotivasi siswa mengembangkan nilai-nilai yang sudah mereka pelajari disini di sekolah.red. Juga kadang desain pembelajaran itu kurang bermakna kalau nilai-nilai itu kadang dilupakan oleh siswa, faktor lupa itu sudah pasti ada sehingga tidak jarang desain pembelajaran itu hanya berkisar di penyampaian materi, penanaman nilainya menjadi bias sehingga keberlanjutan penanaman nilai merupakan faktor tambahan disini, perlu ada kegiatan penanaman nilai yang dilakukan secara berkelanjutan, baik di kelas maupun lewat kegiatan di luar kelas.” WG.III28111359 Menanggapi kendala tersebut, upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi kendala tersebut adalah dengan mengingatkan siswa secara berkelanjutan melalui 189 setiap tahap kegiatan pembelajaran tentang nilai-nilai yang seharusnya dikembangkan. Untuk mendukung keterlaksanaan pendidikan budaya dan karakter bangsa melalui pembelajaran, guru menyarankan bahwa, “... guru seharusnya memiliki kepercayaan kepada siswa Mbak, bahwa mereka bisa menerapkan nilai-nilai itu di kehidupan mereka. Dengan kita percaya kepada mereka, itu akan menjadi penghargaan bagi mereka. Mereka akan berusaha untuk menjaga kepercayaan yang sudah mereka dapat. Jika perbuatan mereka dalam pembelajaran bertentangan dengan nilai guru sedapat mungkin tidak mencap siswa dengan cap-cap negatif, seperti kata- kata ‘bodoh kamu’, ‘salah itu jawabannya’, itu akan berdampak panjang bagi kejiwaan siswa. Cap itu akan terus berbekas bagi siswa sehingga siswa mungkin akan takut untuk menunjukkan sikap-sikap yang mungkin saja akan sesuai dengan nilai-nilai yang diharapkan dalam pembelajaran.” WG.III28111361

C. Pembahasan

2. Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa di Lingkungan Sekolah

Pendidikan budaya dan karakter bangsa merupakan suatu bentuk pendidikan dengan upaya penginternalisasian nilai-nilai karakter bangsa ke dalam kegiatan pembelajaran. Nilai mendasar yang merupakan pokok penerapan pendidikan budaya dan karakter bangsa di lingkungan sekolah adalah penanaman nilai spiritualitas. Pelaksanaan pendidikan budaya dan karakter bangsa melalui penanaman nilai- nilai spiritual didasarkan pada ideologi sekolah, yaitu ideologi Islam dengan menginternalisasikan nilai-nilai Iman dan Taqwa IMTAQ di semua mata pelajaran disamping menyelenggarakan program-program pengembangan nilai- nilai IMTAQ sebagai bentuk optimalisasi pelaksanaan pendidikan agama di sekolah seperti penyelenggaraan kegiatan Tahfidz dan Baca Tulis Al Qur’an BTAQ. Kegiatan tersebut merupakan bentuk penerapan pendidikan budaya dan