20
4. Higher Order Thinking Skills
Berpikir merupakan salah satu kemampuan yang dimiliki seseorang sejak mengenal lingkungan sekitarnya dan tidak dapat terpisahkan dari kehidupan. Pada
umumnya setiap orang tidak akan memiliki kemampuan berpikir yang sama, karena setiap individu memiliki lingkungan yang berbeda pula. Menurut Arends
2008 berpikir merupakan proses yang melibatkan operasi-operasi mental, meliputi induksi, deduksi, klasifikasi, dan penalaran. Berpikir dapat dikatakan
sebagai proses representasi simbolis melalui bahasa berbagai obyek dan kejadian nyata dan menggunakan representasi simbolis dalam menemukan
prinsip-prinsp esensial obyek dan kejadian tersebut. Perbandingan antara representasi abstrak dengan operasi-operasi mental biasanya didasarkan pada
fakta-fakta dan kasus-kasus tertentu di tingkat konkret. Berpikir adalah kemampuan dalam menganalisis, mengkritik, dan mencapai kesimpulan
berdasarkan interferensi yang baik. Menurut Isjoni dan Ismail 2008 berpikir merupakan sebuah cara untuk
belajar. Keterampilan berpikir memiliki tempat yang sangat utama dalam menjalani kehidupan sebagai individu, salah satunya dalam pembelajaran. Dalam
kegiatan pembelajaran, setiap peserta didik diharuskan untuk selalu berpikir agar dapat menyelesaikan setiap permasalahan yang diberikan pendidik. Karakteristik
utama dari berpikir ialah adanya abstraksi. Maksud dari abstraksi tersebut adalah anggapan lepasnya kualitas atau relasi dari benda-benda, kejadian-kejadian, dan
situasi-situasi yang mula-mula dihadapi sebagai kenyataan Purwanto, 2010.
21 Setiap peserta didik tidak selalu memiliki bentuk keterampilan berpikir
yang sama ketika melakukan pemecahkan masalah. Hal ini disesuaikan dengan keterampilan yang dimiliki masing-masing peserta didik. Keterampilan berpikir
merupakan keterampilan yang memberikan kontribusi terhadap pemecahan masalah secara efektif. Keterampilan berpikir pada diri peserta didik perlu
dikembangkan terhadap bagian-bagian yang lebih khusus dari keterampilan berpikir tersebut serta melatihnya di kelas. Hal ini dikarenakan keterampilan
berpikir dapat membantu peserta didik dalam proses pembelajaran aktif di kelas Sapriya, 2015, h. 52.
Setiap pemecahan masalah memerlukan taraf berpikir paling tinggi dan paling sukar Rooijakkers, 1993, h. 111. Proses berpikir tingkat tinggi peserta
didik sangat diperlukan dalam pemcahan masalah tersebut. Dengan demikian, keterampilan berpikir peserta didik dapat diukur melalui proses pemecahan
masalah yang diberikan oleh pendidik melalui Lembar Kerja Peserta Didik LKPD. Keterampilan berpikir tingkat tinggi merupakan keterampilan berpikir
yang mengharuskan peserta didik untuk memanipulasi informasi dan ide-ide yang dimiliki dalam cara tertentu yang memberi mereka pengertian baru Gunawan,
2003. Salah satu hal yang dapat merangsang Higher Order Thinking Skills
peserta didik adalah dengan memberikan suatu permasalahan yang harus dipecahkan oleh peserta didik secara mandiri. Peran pendidik dalam hal ini adalah
sebagai fasilitator dan motivator. Kegiatan belajar memecahkan masalah merupakan tipe kegiatan belajar dalam usaha mengembangkan keterampilan
22 berpikir. Berpikir adalah aktivitas kognitif tingkat tinggi yang melibatkan
asilmilasi dan akomodasi berbagai pengetahuan dan struktur kognitif atau skema kognitif yang dimiliki peserta didik untuk memecahkan persoalan. Dalam
kegiatan belajar pemecahan masalah peserta didik terlibat dalam berbagai tugas, penentuan tujuan yang ingin dicapai dan kegiatan untuk melaksanakan tugas
Suprijono, 2011. Dalam taksonomi Bloom yang kemudian direvisi oleh Anderson dan
Krathwohl, keterampilan berpikir tingkat tinggi dibagi menjadi tiga aspek dalam ranah kognitif. Aspek-aspek tersebut meliputi aspek menganalisis, aspek
mengevaluasi, dan aspek mencipta. a. Menganalisis
Menganalisis merupakan kemampuan dalam memecah atau menguraikan suatu materi atau informasi menjadi komponen-komponen yang lebih kecil
sehingga dapat mudah dipahami Gunawan, 2003, h. 184. Bagian-bagian kecil tersebut kemudian dihubungkan antar bagian dan antara setiap bagian
dan struktur keseluruhannya Anderson Krathwohl, 2010, h. 120. b. Mengevaluasi
Mengevaluasi berhubungan dengan pembuatan keputusan yang berdasarkan kriteria dan standar tertentu. Kriteria-kriteria yang paling sering digunakan
adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi. Kriteria-kriteria tersebut ditentukan sendiri oleh peserta didik Anderson Krathwohl, 2010,
h. 125. Dalam membuat keputusan peserta didik perlu menyesuaikan prosedur yang digunakan untuk menyelesaikan suatu permasalahan.
23 c. Mencipta
Mencipta melibatkan proses dalam menyusun elemen-elemen menjadi sebuah keseluruhan yang koheren untuk membuat suatu produk yang orisinil. Aspek
ini mengharuskan peserta didik untuk mengumpulkan elemen-elemen atau informasi dari berbagai sumber referensi dan menggabungkan informasi
tersebut menjadi sebuah struktur baru yang barkaitan dengan pengetahuan awal peserta didik Anderson Krathwohl, 2010, h. 128-129. Menurut
Sutrisno 2011, h. 18 aspek ini merupakan keterampilan tersulit dalam revisi taksonomi Bloom.
5. Pengetahuan Awal