11
BAB II KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teori
1. Pembelajaran Kimia
Slameto 2013 mengatakan bahwa dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan yang paling pokok adalah kegiatan belajar. Hal ini
dikarenakan proses belajar yang dialami oleh peserta didik sebagai anak didik dapat mempengaruhi berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan. Belajar
harus dilakukan dengan sengaja, direncanakan sebelumnya dengan struktur tertentu. Hal ini bertujuan untuk mengontrol secara cermat proses belajar dan hasil
belajar yang akan dicapai dengan cermat Hamalik, 2010. Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang saling berhubungan
dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain dalam proses pendidikan. Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek yang menerima
pelajaran sasaran didik, sedangkan mengajar merujuk pada apa yang harus dilakukan oleh pendidik. Adanya perpaduan antara proses belajar peserta didik
dengan proses mengajar pendidik akan membentuk proses perubahan tingkah laku peserta didik melalui berbagai pengalaman yang diperolehnya Sudjana, 2010.
Perubahan tingkah laku tersebut dapat berupa penguasaan terhadap ilmu pengetahuan yang dipelajari, atau penguasaan terhadap keterampilan dan sikap
Baharuddin Wahyuni, 2010, h. 34. Proses belajar mengajar merupakan proses interaksi aktif antara peserta
didik, pendidik, dan materi pembelajaran dalam kegiatan pendidikan. Dalam
12 kegiatan proses belajar mengajar ada kegiatan belajar yang dilakukan peserta
didik dan ada kegiatan mengajar yang dilakukan pendidik. Kedua kegiatan ini harus berlangsung secara bersama-sama pada waktu yang sama, sehingga terjadi
adanya interaksi komunikasi aktif antara peserta didik, pendidik, dan materi pembelajaran Arifin, Sudja, Ismail, HAM, Wahyu, 2005. Pendidik berperan
untuk menciptakan suasana atau memberikan pelayanan agar peserta didik belajar. Oleh karena itu, harus dipahami bagaimana peserta didik memperoleh
pengetahuan dari kegiatan belajarnya. Strategi yang tepat bagi peserta didik dapat ditentukan apabila pendidik dapat memahami bagaimana proses dalam
memperoleh pengetahuan Sugihartono et al, 2007. Terdapat perbedaan antara belajar dengan pembelajaran, yakni terletak
pada penekanannya. Belajar lebih menekankan pada pembahasan tentang peserta didik dan proses yang menyertai dalam rangka perubahan tingkah lakunya,
sedangkan pembelajaran lebih menekankan pada pendidik dalam upayanya untuk membuat peserta didik dapat belajar Sugihartono et al, 2007. Pembelajaran
menurut Sudjana 2010, h. 28 merupakan setiap upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik yang dapat menyebabkan peserta didik melakukan kegiatan
belajar. Berbeda dengan Sugihartono et al. 2007 yang mengartikan proses pembelajaran sebagai satu kesatuan seperangkat komponen yang saling
berkesinambungan. Ilmu kimia merupakan dalah satu bagian dari ilmu pengetahuan alam
IPA yang mempelajari komposisi dan struktur zat kimia, serta hubungan keduanya dengan sifat zat tersebut. Komposisi susunan zat menyatakan
13 perbandingan unsur yang membentuk zat itu Syukri, 1999, h. 1. Menurut
Mulyasa 2012, h. 132 kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagiamana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan
komposisi, struktur, dan sifat perubahan dinamika serta energitika zat. Pada awalnya ilmu kimia diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan
induktif namun pada perkembangan selanjutnya kimia juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori deduktif. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa pembelajaran kimia merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran kimia.
Berdasarkan uraian tersebut maka pembelajaran kimia dapat didefinisikan sebagai proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya
agar tercapainya tujuan pembelajaran kimia. Pembelajaran kimia akan bermakna apabila pendidik menyediakan pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari
yang terkait dengan penerapan konsep, kaidah, hukum, dan prinsip ilmu kimia. Proses pembelajaran dilakukan sedemikian rupa agar peserta didik dapat aktif
dalam mempelajari kimia sebagai produk yang berupa pengetahuan atau sebagai
proses yang berupa metode dan sikap ilmiah. 2.
Model Problem Based Learning
Model Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang dirancang dan dikembangkan untuk mengasah kemampuan peserta didik dalam
memecahkan masalah. Dalam hal ini, pendidik berperan mengajukan permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, memberikan
dorongan pada peserta didik, memotivasi, menyediakan bahan ajar, dan fasilitas
14 lain yang diperlukan peserta didik untuk memecahkan masalah serta memberikan
dukungan dalam upaya membangun pengetahuan dan perkembangan intelektual peserta didik Riyanto, 2013. Proses pemecahan masalah dalam pelaksanaan
Problem Based Learning harus disesuaikan dengan langkah-langkah metode ilmiah, sehingga peserta didik dapat belajar memecahkan masalah secara
sistematis dan terencana. Oleh karena itu, penerapan model Problem Based Learning dapat memberikan peserta didik pengalaman belajar yang sangat baik
dalam melakukan kerja ilmiah Suprihatiningrum, 2016. Model Problem Based Learning terdiri dari lima tahapan utama yang
dimulai dari pendidik memperkenalkan peserta didik dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian serta analisis hasil kerja peserta didik. Menurut
Arends dalam Warsono dan Hariyanto 2012 model Problem Based Learning memiliki tahap-tahap pelaksanaan seperti berikut.
a. Mengorientasi peserta didik pada masalah Pendidik
menginformasikan tujuan
pembelajaran, mendeskripsikan
kebutuhan-kebutuhan logistik penting, dan memotivasi peserta didik agar terlibat dalam kegiatan pemecahan masalah yang mereka pilih sendiri.
b. Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar Pendidik membantu peserta didik menentukan dan mengorganisasikan tugas-
tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
15 c. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Pendidik mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah. d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya serta memamerkannya
Pendidik membimbing peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang layak sesuai seperti laporan, rekaman video, dan model, serta
membantu mereka bekerjasama dengan teman lain. e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Pendidik membantu peserta didik melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan dan proses-proses yang mereka gunakan.
Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang berlandaskan pada paham konstruktivisme yang mengakomodasi keterlibatan
peserta didik dalam belajar dan pemecahan masalah Hamruni, 2009, h. 221. Eggen dan Kauchak 2012 mengatakan beberapa karakteristik dari model
Problem Based Learning, yaitu proses pembelajaran fokus pada pemecahan masalah, peserta didik bertanggungjawab untuk memecahkan masalah, dan
pendidik mendukung peserta didik dalam proses memecahkan masalah. Berdasarkan karakteristik tersebut, dapat dikatakan bahwa model pembelajaran ini
merupakan model pembelajaran yang terpusat pada peserta didik student centered.
Dalam hal sarana belajar, pendekatan konstruktivistik menekankan bahwa peranan utama dalam kegiatan belajar adalah aktivitas peserta didik dalam
16 mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, melalui bahan, media peralatan
lingkungan dan fasilitas lainnya yang disediakan untuk membantu pembentukan tersebut. Lingkungan belajar sangat mendukung munculnya berbagai pandangan
dan interpretasi terhadap realitas, konstruksi pengetahuan, serta aktivitas –aktivitas
lain yang didasarkan pada pengalaman sehingga memunculkan pemikiran terhadap usaha mengevaluasi belajar konstruktivistik Siregar Nara, 2014.
Dalam proses pemecahan masalah, dibutuhkan pengetahuan-pengetahuan dan keterampilan-keterampilan yang berkaitan dengan masalah tersebut. Salah
satu keterampilan yang dibutuhkan adalah keterampilan berpikir dalam mengaitkan pengetahuan yang dimiliki peserta didik untuk memecahkan masalah.
Seperti yang diungkapkan oleh Tan dalam Rusman 2014, h. 225 dalam penerapan model Problem Based Learning, keterampilan berpikir peserta didik
betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok yang sistematis, sehingga dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan
keterampilan berpikirnya secara berkesinambungan. Menurut Ratumanan dalam Trianto 2015 model Problem Based
Learning efektif untuk pembelajaran proses berpikir tingkat tinggi. Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran peserta didik terdorong untuk memproses
informasi yang telah dimiliki, dan menyusun pengetahuan mereka sendiri sesuai dengan masalah yang dipecahkan. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan
pengetahuan dasar maupun kompleks peserta didik. Model Problem Based Learning yang diterapkan pada materi pokok
“Larutan Asam dan Basa” dilaksanakan dengan memberi kesempatan peserta
17 didik untuk memecahkan masalah yang diberikan pendidik melalui Lembar Kerja
Peserta Didik LKPD. Pemberian masalah tersebut bertujuan untuk merangsang keterampilan untuk berpikir tingkat tinggi dalam proses memecahkan masalah.
Melalui proses ini, peserta didik dapat lebih memahami terhadap materi yang diajarkan.
3. Model Learning Cycle 5E