Rumusan Masalah Pertanyaan Penelitian

9 Sementara menurut Gibson 1990, status gizi berasal dari kata status dan gizi. Status diartikan sebagai tanda atau penampilan yang diakibatkan oleh suatu keadaan, sedangkan gizi merupakan hasil dari proses organisme dalam menggunakan bahan makanan melalui proses pencernaan, penyerapan, transportasi, metabolisme dan pembuangan untuk pemeliharaan hidup. Maka status gizi adalah tanda atau penampilan fisiologis yang disebabkan oleh keseimbangan intake gizi dan penggunaannya oleh organism. Status gizi yang baik terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan bekerja secara umum pada tingkat setinggi mungkin.

2.1.2 Klasifikasi status gizi

Dalam menentukan klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku yang sering disebut reference. Baku Antropometri yang sekarang diguanakan di Indonesia adalah WHO-NHCS. Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Depkes dalam pemantauan status gizi PSG anak balita tahun 1999 menggunakan baku rujukan World Health Organization- National Centre For Health Statistics WHO-NHCS. Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu secara biokimia, dietetika, klinik dan antropometri cara yang paling umum dan mudah digunakan untuk mengukur status gizi di lapangan. Indeks antropometri yang dapat digunakan adalah; Tinggi Badan per TBU; Berat Badan per Tinggi Badan BBTB; LLAU; LLATB; IMT; dan Berat Badan per BBU. 10 Menurut Sukirman 2000 dalam pemantauan, evaluasi dan pencatatan serta pelaporan status gizi diperlukan standar nasional. Di Indonesia standar ini menggunakan standar baku antropometri World Health Organization Nasional Center for Health Statistics WHO-NCHS. Secara formal standar ini ditetapkan penggunaannya dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 920MenkesSKVIII2002 untuk mengukur status gizi anak. Sedangkan detail klasifikasi status gizi berdasarkan World Health Organization Nasional Center for Health Statistics WHO-NCHS sebagaimana tabel dibawah. Tabel 2.1 Klasifikasi Status Gizi Indek Status Gizi Ambang Batas Berat Badan Menurut Umur  Gizi buruk  Gizi kurang  Gizi baik  Gizi lebih  3SD  -3SD sampai -2SD  -2SD sampai +2SD  +2SD Tinggi Badan Menurut Umur  Pendek  Normal  -2SD  -2SD sampai +2SD Tinggi Badan Menurut Umur Sangat kurus -3SD Sumber : World Health Organization Nasional Center for Health Statistics WHO-NCHS Sesuai kriteria tersebut, maka misalnya, pengertian status gizi buruk dan gizi kurang merupakan status gizi balita penderita gizi buruk dan gizi kurang berdasarkan hasil penimbangan serta di kategorikan menurut WHO Z – score. 11 Penilaian status gizi dapat dilaksanakan dengan bermacam-macam metode antara lain dengan pemeriksaan : 1. Gejala klinis 2. Laboratorium 3. Biofisik 4. Antropometri Dari beberapa metode yang ada tersebut ditemui beberapa kendala seperti besarnya biaya atau tidak praktis dilaksanakan di lapangan. Hanya pemeriksaan gejala-gejala klinis dan pengukuran antropometri yang paling praktis digunakan di lapangan Supariasa, 2002. A. Penilaian status gizi secara langsung 1. Antropometri Untuk menilai pertumbuhan gizi anak sering digunakan ukuran-ukuran antropometrik yang dibedakan menjadi dua kelompok yang meliputi: Tergantung yaitu berat badan terhadap , tinggi badan terhadap , lingkar kepala terhadap dan lingkar lengan atas terhadap . Kesulitan menggunakan cara ini adalah menetapkan anak yang tepat, karena tidak semua anak mempunyai catatan mengenai tanggal lahirnya. Tidak tergantung yaitu berat badan terhadap tinggi badan, lingkar lengan atas terhadap tinggi badan. Kemudian hasil pengukuran antopometrik tersebut dibandingkan dengan suatu baku tertentu, misalnya baku harvard, NCHS, atau baku nasional Supariasa, 2002. Dewasa ini dalam program gizi masyarakat, pemantauan status gizi anak balita mengunakan metode